Perspektif

Robert of Ketton, Penerjemah Pertama Al-Qur’an yang Kontroversial

3 Mins read

Robert of Ketton adalah seoarang intelektual Barat yang pertama kali menerjemahkan Al-Qur’an dari bahasa Arab ke bahasa latin. Karya penerjemahan tersebut kemudian menjadi karya yang agung.

Sebab kajian Islam di Barat pun semakin berkembang setelah terjemahan Al-Qur’an dari Robert dipublikasikan. Meski demikian, terjemahan versi Robert of Ketton tersebut menjadi penerjemahan yang kontroversial setelah dilakukan kajian oleh generasi selanjutnya.

Namun, sebelum membahas tentang Robert of Ketton, penulis akan membahas latar belakang awal sejarah yang menarik perhatian bangsa Barat mempelajari Al-Qur’an

Latar Belakang Ketertarikan Sarjana Barat Mempelajari Islam

Sejarah mencatat bahwa umat Islam pernah mengalami kejayaan yang sangat cemerlang di abad pertengahan, khususnya pada bidang ilmu pengetahuan.

Bahkan Islam menjadi pusat peradaban dunia dengan kemegahan perpustakaan Baitul Hikmah di Baghdad yang didirikan oleh Harun al-Rasyid.

Sebab pada masa saat itu, umat Islam memiliki semangat intelektual yang tinggi, bahkan banyak menerjemahkan buku Yunani (karna banyak karya yang berbahasa Yunani mengandung ilmu pengetahuan umum) ke bahasa Arab, untuk dikembangkan lebih luas lagi.

Selain memiliki ilmu pengetahuan yang berpusat di Baghdad, umat Islam juga memiliki pusat perdaban yang terletak di Eropa, yaitu di Andalusia. Selama 7 abad (755 M- 1492 M) Islam berkuasa, banyak hal yang telah dilakukan oleh cendekiawan Muslim dalam menyumbangkan kemaslahatan kehidupan manusia. Seperti Ibn Bajjah yang melahirkan karya tentang kedokteran, astronomi, dan filsafat, Ibn Rusyd tentang filsafat, Ibn Sina tentang kedokteran, Ibn Khaldun tentang sejarah, dll.

Akan tetapi di sisi lain, kemajuan pengetahuan yang dimilki umat Islam, terdapat masa kegelapan yang terjadi di wilayah Barat (Selain Islam). Sehingga dengan kemajuan ilmu pengetahuan oleh umat Islam memancing ketertarikan masyarakat Barat untuk mempelajarinya.

Baca Juga  Sebelum Menghafal Al-Qur'an, Perbaiki Dulu Cara Bacanya!

Hingga pada penghujung kemunduran Kordova, Eropa dari luar Spanyol mulai membangun dan lebih meningkatkan kontak budaya dengan Islam.

Khususnya pasca perebutan Toledo pada tahun 1085 oleh kekuatan orang Kristen, Petrus Venerabilis mengawali misi intelektual dalam rangka proyek penerjemahan teks –teks Arab ke latin, salah satunya adalah Al-Qur’an.

Adapun proses pelatinan teks Arab, khususnya pada Al-Qur’an menimbulkan polemik, sebab proses saat menerjemahkan tersebut berlangsung dengan suasana batin yang kurang mesra antara Barat-Kristen dan Arab-Islam. Mereka berkompetisi dalam menggungulkan keyakinan masing-masing.

Misi yang dibawa oleh Petrus Venerabilis dapat dikatakan sebagai awal pendobrak sarjana barat dalam mempelajari Islam.

Sebab Misi yang dibawanya menghasilkan produk terjemahan Al-Qur’an ke bahasa latin untuk pertama kalinya. Penerjemahan tersebut dilakukan oleh Robert of Ketton.

Robert of Ketton: Penerjemah Al-Qur’an Pertama Barat yang Kontrovesial

Robert of Ketton pada awalnya adalah seorang yang tertarik pada bidang astronomi dan geometri. Bahkan ia bekerja sebagai penerjemah karya-karya sains. salah satu karya penerjemahannya yang monumental adalah penerjemahan kitab al-Khwarizmi “al-Kitab al-Mukhtasar fi Hisab al-Jabr wa al-Muqabalah” ke bahasa latin.

Akan tetapi fokus pada kedua bidang tersebut teralihkan karena dibujuk oleh Peter the Venerable untuk kesediaannya dalam berpastisipasi pada proyek petrus. Karena Robert dikenal sebagai penerjemah yang baik.

Adapun proyek tersebut adalah membentuk forum untuk menerjemahkan kitab-kitab berbahasa Arab ke bahasa latin, termasuk Al-Qur’an dengan tujuan menyerang Muslim.

Setelah menuntaskan pekerjaanya kepada Petter, Robert kembali kepada pekerjaan awalnya, yaitu menerjemahkan karya-karya sains yang kemudian meninggal dunia, akan tetapi tidak diketahui pasti tanggal dan tahunnya.

Semetara itu, terjemahan Al-Qur’an-nya pun menjadi karya bestseller. Meski tidak dipublikasikan dalam edisi kritis modern, tetapi setidaknya terdapat 25 manuskrip dan 2 edisi cetak abad ke 16.

Baca Juga  Pemuda, Mitos, dan Legenda "Indonesia Merdeka"

Karya itu pun menjadi versi standar untuk bacaan terjemahan Al-Qur’an di Eropa hingga pada abad ke 18. Serta penerjemahan Al-Qur’an ke bahasa latin untuk yang pertama kalinya.

Namun, meskipun dibaca secara luas, karya Robert tersebut tak terlepas dari berbagai kritikan. Seperti kritikan Marie Therese d’Alverny, penulis karya ilmiah tentang Robert.

Menurutnya Robert cenderung menggunakan istilah bahasa Kristen dalam menerjemahkan istilah-istliah pada Islam dan menghubungkan dalam versi latinnya terhadap pikiran yang terpisah dari Arab.

Contoh Penerjemahan

Sebagai Contohnya pada terjemahan surat al-Baqarah ayat 28.

كَيْفَ تَكْفُرُونَ بِٱللَّهِ وَكُنتُمْ أَمْوَٰتًا فَأَحْيَٰكُمْ ۖ ثُمَّ يُمِيتُكُمْ ثُمَّ يُحْيِيكُمْ ثُمَّ إِلَيْهِ تُرْجَعُونَ

Artinya: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.”

Terjemahan versi Robert adalah Hie namque uos ad uitam de non esse deducens mortem inducet et ad se uos resurgere faciet, atau terjemahan Inggrisnya  For he, drawing you out of nonbeing into life, will bring on death, and will make you rise up to him. (Karena dia, menarikmu keluar dari ketidakadaan ke dalam kehidupan, akan membawa kematian, dan akan membuatmu bangkit untuknya).

Namun Komentar Thomas E. Burman mengatakan  bahwa Robert meruntuhkan beberapa kata kerja pertama menjadi satu frasa partisip—”menarik Anda keluar dari ketiadaan ke dalam kehidupan”—dan kemudian mengaitkan ini ke klausa utama (“dia … akan mendatangkan kematian”) sepenuhnya dapat dimengerti.

Kalimat kompleks yang dihasilkan sangat natural dalam bahasa Latin, terutama bahasa Latin dari kalangan terpelajar abad kedua belas. Tapi mengapa “tidak ada” (“non esse”)?

Al-Qur’an asli cukup jelas berbunyi, “Karena ketika kamu mati, [Tuhan] memberimu hidup,” tidak, seperti terjemahan Robert menyiratkan, “Karena ketika kamu tidak ada, [Tuhan] memberimu hidup.”

Baca Juga  Bisnis Berlabel "Syariah", Apakah Menjual Agama?

Di mana terjemahnnya justru membuat Al-Qur’an tampak lebih masuk akal bagi pembacanya yang beragama Kristen.

Sedang menurut Penafsir Islam pertengahan, al-Thabari bahwa ayat tersebut menjelaskan akan dibangkitkan di hari pembalasan.

Dari beberapa komentar megenai terjemahan Robert of Ketton tersebut, bisa dikatakan bahwa jatuhnya berbagai kritikan tersebut kerena pengaruh dari misi Peter the Venerable yang ingin menjatuhkan Islam. Sehingga terkesan kontroversi karena terdapat penggunaan  istilah Kristen yang dicantumkan di terjemahannya tersebut.

10 posts

About author
Mahasantri P.P Al-Ishlah Paciran, Lamongan
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds