Tes Kemampuan Akademik (TKA) telah menjadi topik hangat dalam dunia pendidikan Indonesia. Sebagai bentuk pengukuran kemampuan akademik siswa secara nasional, TKA sering kali menuai pro dan kontra. Di satu sisi, pendukungnya melihat TKA sebagai instrumen objektif untuk memetakan kualitas pendidikan. Di sisi lain, kritikus khawatir akan dampaknya terhadap tekanan siswa dan kesenjangan akses.
Namun, jika dilihat lebih dalam, urgensi pelaksanaan TKA tidak bisa diabaikan, terutama di era persaingan global yang semakin ketat. TKA bukan hanya alat seleksi, melainkan sarana untuk memperkuat sistem pendidikan secara keseluruhan. Berdasarkan berbagai perspektif, berikut adalah lima alasan utama mengapa TKA penting untuk dilaksanakan, dengan mempertimbangkan manfaatnya bagi siswa, sekolah, dan bangsa.
1. Sebagai Alat Ukur Objektif dan Merata
Alasan pertama yang membuat TKA krusial adalah kemampuannya sebagai alat ukur yang objektif dan merata di seluruh Indonesia. Dalam konteks pendidikan yang beragam, TKA memungkinkan pemetaan kemampuan akademik siswa secara nasional, tanpa bias regional atau institusional. Data dari TKA memberikan gambaran jelas tentang distribusi kemampuan siswa dari berbagai daerah, mulai dari pusat kota hingga pelosok. Hal ini penting karena Indonesia memiliki kesenjangan geografis yang signifikan, di mana akses terhadap fasilitas pendidikan tidak merata.
Misalnya, melalui TKA, pemerintah dan lembaga pendidikan dapat mengidentifikasi daerah tertinggal yang memerlukan intervensi lebih lanjut. Hasil tes ini menjadi dasar untuk kebijakan afirmasi, seperti alokasi sumber daya tambahan untuk sekolah di wilayah terpencil. Selain itu, TKA mendorong standarisasi penilaian, sebagaimana diatur dalam Permendikdasmen Nomor 9 Tahun 2025, yang menekankan pengukuran kemampuan akademik secara nasional. Tanpa tes ini, penilaian pendidikan cenderung subjektif, bergantung pada guru atau sekolah masing-masing, yang bisa menimbulkan ketidakadilan.
Dengan demikian, TKA memastikan setiap siswa dievaluasi berdasarkan standar yang sama, sehingga hasilnya mencerminkan potensi sebenarnya. Ini bukan hanya tentang nilai, melainkan tentang menciptakan sistem yang adil dan transparan, yang pada akhirnya meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan.
2. TKA Dasar untuk Perbaikan Kurikulum dan Pemerataan Kualitas Guru
TKA juga berperan penting sebagai fondasi untuk perbaikan kurikulum dan pemerataan kualitas guru di Indonesia. Data hasil tes ini memberikan insight berharga bagi pembuat kebijakan untuk menganalisis kelemahan dalam sistem pendidikan. Misalnya, jika hasil tes menunjukkan rendahnya kemampuan siswa di bidang matematika atau sains di daerah tertentu, hal itu bisa menjadi sinyal untuk merevisi kurikulum agar lebih relevan dan efektif. Selain itu, TKA membantu dalam evaluasi kinerja guru, karena hasil siswa sering kali mencerminkan kualitas pengajaran.
Dalam praktiknya, kegiatan simulasi TKA seperti Kompetisi Nasional KENAL TKA menunjukkan bagaimana data rekap nilai dan peringkat nasional dapat diunduh oleh sekolah untuk mengevaluasi proses pembelajaran. Guru dan kepala sekolah bisa menggunakan data ini untuk merancang strategi pengajaran yang lebih baik, seperti mengintegrasikan latihan soal berbasis standar nasional. Ini tidak hanya menguntungkan siswa secara individu, tetapi juga memperkuat institusi pendidikan secara keseluruhan.
Di sisi lain, pemerataan kualitas guru menjadi lebih mungkin melalui dukungan dari dinas pendidikan provinsi, seperti yang terlihat dalam kolaborasi dengan Jawa, Sumatera, Sulawesi, Nusa Tenggara Barat, dan Kepulauan Riau. Tanpa TKA, perbaikan ini akan sulit dilakukan secara sistematis, karena tidak ada tolok ukur nasional yang kredibel. Oleh karena itu, pelaksanaan tes di atas adalah investasi jangka panjang untuk membangun kurikulum yang adaptif dan guru yang kompeten.
3. Mempersiapkan Siswa Menghadapi Seleksi Sekolah Unggulan dan Perguruan Tinggi
Salah satu alasan terkuat untuk melaksanakan TKA adalah persiapan siswa menghadapi seleksi masuk sekolah unggulan dan perguruan tinggi. Di tengah persaingan yang semakin ketat, tes ini menjadi sarana untuk memastikan kesiapan siswa dalam menghadapi tantangan tersebut. Sekolah seperti MAN Insan Cendekia, SMA Pradita Dirgantara, atau SMA Labschool, serta perguruan tinggi negeri, sering kali menggunakan format tes serupa sebagai gerbang masuk. Tanpa pengalaman tes ini, siswa berpotensi kesulitan beradaptasi dengan tekanan dan format ujian yang ketat.
Latihan TKA sejak dini, seperti melalui simulasi berbasis Computer-Based Test (CBT) secara online, membantu siswa membiasakan diri dengan suasana ujian yang realistis. Tahapan seleksi dalam kompetisi KENAL TKA, mulai dari penyisihan sekolah hingga final nasional di Universitas Indonesia, mencerminkan proses seleksi sesungguhnya. Ini tidak hanya mengasah kemampuan akademik, tetapi juga membangun kepercayaan diri. Siswa dari kelas 5 SD hingga 12 SMA dapat berpartisipasi, sehingga persiapan dimulai lebih awal. Hasilnya, siswa yang terlatih memiliki keunggulan signifikan, meskipun mereka berasal dari daerah dengan fasilitas terbatas. Fleksibilitas akses melalui perangkat digital seperti ponsel memastikan inklusivitas, sehingga tes ini menjadi jembatan menuju pendidikan berkualitas bagi semua.
4. TKA Membentuk Mental Tangguh dan Strategi Belajar untuk Persaingan Global
TKA penting dilaksanakan karena mampu membentuk mental tangguh dan strategi belajar yang dibutuhkan di era persaingan global. Latihan Tes Kemampuan Akademik bukan hanya tentang mengerjakan soal, melainkan juga mengelola tekanan dan waktu secara efektif. Dalam simulasi seperti KENAL TKA, siswa diajak menghadapi suasana kompetitif yang sehat, yang membangun ketangguhan mental. Ini krusial karena dunia kerja dan pendidikan tinggi menuntut tidak hanya kecerdasan, tetapi juga resiliensi.
Urgensi ini semakin terlihat dalam webinar bersama Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur dan Kota Batam, di mana ribuan pendidik membahas peran TKA dalam menciptakan penilaian holistik. Dengan mengombinasikan TKA dengan portofolio dan prestasi non-akademik, pendidikan tidak lagi terfokus pada nilai semata, melainkan pada pengembangan karakter. Siswa yang terbiasa berlatih sejak dini akan lebih siap menghadapi tantangan global, seperti kompetisi internasional atau karir di luar negeri. Tanpa Tes Kemampuan Akademik, siswa berisiko mengalami “teaching to the test” yang negatif, tetapi dengan rancangan tepat, tes ini justru mendorong strategi belajar inovatif. Ini adalah investasi untuk mencetak generasi yang cerdas dan adaptif.
5. Memperkuat Kolaborasi dan Pemerataan Kesempatan Pendidikan Nasional
Akhirnya, TKA berperan dalam memperkuat kolaborasi antarpihak dan pemerataan kesempatan pendidikan. Kegiatan seperti KENAL TKA melibatkan sekolah, orang tua, lembaga pendidikan, dan pemerintah daerah, menciptakan ekosistem pendidikan yang solid. Dukungan dari berbagai provinsi menunjukkan bagaimana tes ini bisa menjadi gerakan nasional untuk mengurangi kesenjangan.
Sistem pendaftaran kolektif oleh sekolah memudahkan partisipasi luas, sementara format online memastikan akses bagi siswa di daerah terpencil. Ini bukan hanya latihan, melainkan sarana keadilan, di mana setiap siswa memiliki kesempatan bersaing. Dalam jangka panjang, tes ini berkontribusi pada kemajuan bangsa dengan melahirkan generasi siap global. Manfaat ekonominya juga nyata, karena sekolah mendapatkan data untuk evaluasi, yang pada akhirnya meningkatkan mutu pendidikan secara keseluruhan.
Kesimpulannya, pelaksanaan tes ini adalah kebutuhan mendesak untuk membangun pendidikan Indonesia yang berkualitas dan adil. Meski ada kontra, jalan tengah seperti kombinasi dengan penilaian holistik bisa mengatasi kekhawatiran. Dengan persiapan matang melalui simulasi, Tes Kemampuan Akademik bukan lagi beban, melainkan peluang untuk masa depan cerah. Di era kompetitif ini, mengabaikan tes berbasis kemampuan siswa berarti membiarkan generasi muda tertinggal. Mari dukung TKA sebagai investasi bagi bangsa.
*)Artikel ini merupakan hasil kerjasama IBTimes dengan BKHM Kemendikdasmen RI

