Beberapa hari yang lalu, tepatnya hari Jumat 22 Juli 2022 saya mengikuti salat Jumat di Masjid Islamic Center Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Saat itu, yang berkesempatan menjadi khatib adalah dosen saya ketika menempuh pendidikan di Pendidikan Ulama Tarjih Muhammadiyah (PUTM) Yogyakarta, yaitu ustaz Fajar Rachmadani.
Ustaz Fajar selain dosen di PUTM beliau juga dosen di prodi Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Dalam kesempatan khotbah beliau menyampaikan khotbah terkait dengan kesadaran yang perlu dibangun kala mendapatkan atau menghadapi ujian kehidupan. Kesadaran tersebut dapat menguatkan dan melapangkan dada kala menerima ujian tersebut.
Ustaz Fajar menyampaikan prolog dengan menyebutkan bahwa dunia adalah tempatnya ujian. Setiap umat, bahkan individu masing-masing akan diuji oleh Allah Swt (QS. al-Ankabut: 2-3).
Secara umum, ujian dari Allah Swt tidak selalu bersifat keburukan, melainkan kebaikan pun adalah ujian (QS. al-Anbiya: 35). Lalu, untuk apa ujian tersebut? Sesungguhnya semua ujian tersebut semata-mata untuk menguji siapa di antara hamba-hamba-Nya yang paling baik amalnya (QS. al-Mulk: 2).
Ketika mendapatkan ujian dari Allah Swt, terkhusus yang sifatnya adalah keburukan berdasarkan pandangan manusia, maka perlu dibangun beberapa kesadaran agar hati menjadi kuat dan lapang.
Ustaz Fajar mencoba untuk mengajak jamaah melihat ujian yang diberikan oleh Allah Swt dari sisi positif. Melihat apa hikmah yang terkandung dibalik ujian (musibah) yang diberikan oleh-Nya.
5 Kesadaran yang Harus Dimiliki Kala Menghadapi Ujian kehidupan
Pertama, sadari bahwa semua yang terjadi di muka bumi ini atas izin dari Allah Swt. Allah Swt berfirman:
Artinya: Tidak ada suatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barang siapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (QS. At-Taghabun: 11)
Orang-orang yang di dalam hatinya melekat keimanan harus yakin bahwa apa-apa yang telah ditetapkan oleh Allah Swt dan tertulis di Lauhul Mahfuz pasti jauh lebih indah dari apa-apa yang kita inginkan.
Kedua, sadari bahwa semua hal yang menimpa kita pasti ujungnya adalah kebaikan. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: “Sungguh menakjubkan urusan orang yang beriman. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik dan tidak dimiliki oleh siapa pun terkecuali orang yang beriman. Apabila ia ditimpa kebahagiaan (kelapangan hidup) ia akan bersyukur, maka itu baik baginya. Apabila ia ditimpa kesedihan (kesempitan hidup/musibah) ia akan bersabar, maka itu pun baik baginya.” (HR. Muslim no. 2999)
Ketiga, sadari bahwa semua yang menimpa telah terukur. Mustahil bagi Allah Swt memberikan ujian di luar batas kemampuan hamba-Nya. Allah Swt menegaskan:
Artinya: Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. (QS. Al-Baqarah: 286)
Ustaz Fajar menegaskan bahwa sebenarnya yang hendak diuji oleh Allah itu bukan kemampuan kita, tetapi kemauan kita. Mau tidak kita ini menerima. Mau tidak kita ini mengakui bahwa kita ini hamba-Nya yang lemah.
Mau tidak kita hanya mengadu dan memohon pertolongan pada-Nya. Maka tentu prinsip yang mesti dipegang oleh orang yang beriman adalah Lā haula wa lā quwwata illā billāh”. Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah.
***
Keempat, sadari bahwa semua yang menimpa kita akan menjadi penggugur dosa di dunia dan pengangkat derajat kita sebagai orang yang beriman di sisi Allah Swt. Rasulullah Saw bersabda:
Artinya: Tidaklah menimpa seorang muslim berupa penyakit, keletihan, kekhawatiran, kesedihan, kesusahan (hati), dan sesuatu yang mengganggu, sampai duri sekali pun yang menusuknya, melainkan Allah akan menghapus (dengan semua itu) dosa-dosanya. (HR. Al-Bukhari no. 5641).
Artinya: Tidaklah menimpa orang yang beriman sesuatu berupa duri atau yang lebih dari itu, melainkan Allah akan mengangkat derajatnya (di sisi-Nya), atau Allah akan menghapus segala dosanya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Sesungguhnya tidak ada ujian dari Allah yang sia-sia. Sekecil apapun ujian yang diberikan oleh-Nya, maka ada dua faedah yang terkandung di dalamnya; ujian itu akan menggugurkan dosa dan ujian itu akan mengangkat derajat hamba di sisi Allah Swt.
Kelima, sadari sebesar apapun ujian yang diberikan oleh Allah kepada, kita pasti akan ditolong oleh-Nya dan pertolongan-Nya itu amatlah dekat. Allah Swt menegaskan:
Artinya: Ataukah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) seperti (yang dialami) orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa kemelaratan, penderitaan, dan diguncang (dengan berbagai cobaan), sehingga Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya berkata, “Kapankah datang pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu dekat. (QS. Al-Baqarah: 214)
Pada akhirnya, bisa jadi kita kelak masuk surga bukan disebabkan oleh amalan salat, puasa, zakat, umroh, dan haji. Tetapi bisa jadi Allah memasukkan kita ke dalam surga-Nya sebab kesabaran kita atas segala ujian dan cobaan yang diberikan.
Ketika kita senantiasa ber-husnuzhan (berprasangka baik) kepada-Nya, maka insyaallah kita akan ditempatkan oleh Allah di tempat yang mulia di sisi-Nya kelak, amin.
Itulah lima kesadaran yang harus dimilki oleh orang-orang yang beriman kala menghadapi atau mendapatkan ujian agar hatinya senantiasa kuat dan lapang.
Editor: Yahya FR