Memang sangat sedikit pemimpin yang rela hidup sederhana seperti Pak AR. Sampai-sampai orang lain heran, mengapa Pak AR hidupnya begitu sederhana dan santai begitu. Untuk ukuran orang biasa, pertanyaan seperti itu sebenarnya sangat mengusik perasaan. Tetapi bagi Pak AR, pertanyaan semacam itu bukan sesuatu yang istimewa.
Dikisahkan oleh Syukriyanto AR dalam buku Anekdot dan Kenangan Lepas Tentang Pak AR (2005), pada suatu ketika Pak AR sedang mengisi sebuah penataran (istilah yang sangat populer pada masa Orde Baru untuk menyebut training atau pelatihan pada zaman sekarang). Seorang peserta penataran yang sudah tahu latar belakang kehidupan Pak AR yang sangat bersahaja mendapat kesempatan untuk bertanya.
“Maaf Pak AR, bapak kok hidupnya begitu santai. Sederhana banget. Tanpa neko-neko. Padahal, bapak Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah!”
Mendengar pertanyaan dari peserta penataran tersebut, Pak AR langsung menjawab, “Saya ini sudah bisa begini ini harus bersyukur. Kehidupan saya ini sudah melebihi kehidupan raja terbesar di Nusantara ini!”
“Lho, kok bisa begitu!” peserta penataran itu kaget.
Melebihi Hayam Wuruk
Lalu, Pak AR balik bertanya, “Siapa raja terbesar di Nusantara ini? Kan, Hayam Wuruk! Yang kerajaannya membentang dari Aceh bahkan katanya dari Madagaskar sampai Irian, bahkan dulu Malaysia dan Kalimantan Utara juga masuk wilayahnya.”
Sambil duduk santai, Pak AR kembali mengaskan, “Saya ini harus bersyukur… Dulu, Hayam Wuruk belum pernah naik mobil. Nah, saya sering naik mobil Mercy, Volvo meskipun itu hanya bus, atau diajak naik sedannya orang.”
Peserta penataran yang bertanya itu lantas menahan senyumnya. Lalu Pak AR menegaskan lagi, “Hayam Wuruk itu belum pernah naik pesawat terbang! Saya sudah beberapa kali naik pesawat terbang. Istana Hayam Wuruk cuma diterangi dengan lampu teplok. Di rumah saya, ada listrik, TV, dan lain-lain. Hayam Wuruk belum pernah naik kendaraan-kendaraan itu, istananya nggak pakai listrik.”
Penanya itu pun tampak menahan senyum sambil mengangguk-anggukkan kepalanya.
“Jadi, saya ini sebenarnya melebihi raja terbesar di negeri ini!” seloroh Pak AR.
Kontan si penanya tidak mampu lagi menahan senyum dan tertawa terpingkal-pingkal.
Di akhir kelakarnya, Pak AR berpesan, “Hidup itu jangan dibuat susah, santai saja… Jadilah orang yang bersyukur, kan enak.”
Editor: Arif dan Nabhan