Parenting

Ayah, Teganya Kau Hancurkan Impian Anakmu!

2 Mins read

Jujur, saya menangis melihat video itu. Bahkan, saya masih terisak-isak saat menulis esai ini. Saya tidak bisa menghentikan tangis, bahkan saat saya harus memijit keyboard laptop. Ini mungkin karena saya seorang ayah dari dua orang gadis remaja. Laut, di hati saya rasanya tak lagi ada ruang untuk sekedar membayangkan, bagaimana bisa seorang ayah menghancurkan impian putrinya. Mengajak putrinya meninggalkan dunia remaja yang ceria bersama kawan-kawan sebayanya di Indonesia untuk berangkat ke Syria, bergabung dengan ISIS.

Ayah yang Mabuk Sorga, Anak yang Jadi Korban  

Apa yang diinginkan dari seorang ayah itu kepada putrinya? Mengajak putri remajanya masuk surga bersamanya? Seperti gejala orang mabuk sorga saja. Jika surga yang benar-benar dia inginkan, mengapa harus meninggalkan negara yang penuh damai ini untuk bergabung dengan organisasi teroris yang begitu ringan membantai orang-orang yang berbeda dengannya? Jika dia ingin mempersembahkan surga kepada putrinya, mengapa dia tidak berangkat seorang diri dulu, hingga dia yakin memang ada surga di sana.

Apa dia tidak rela melihat putri gadisnya berangkat ke sekolah dengan riang, berjumpa dengan teman-temannya, dan sesekali merancang kenakalan khas anak remaja? Apakah dia tidak rela anak gadisnya menikmati kedamaian lingkungan pertetanggaan dan bertemu dengan kawan-kawan sebayanya untuk sekedar mengobrol hal-hal yang tak perlu? Apakah dia tidak bahagia melihat putrinya bermain bersama kawan-kawannya di hari Minggu untuk sekedar bersantai karena besoknya sudah harus sekolah lagi? Bagaimana mungkin ada ayah seperti itu? Bagaimana mungkin?

Sang putri, dengan terisak menyatakan telah memaafkan kesalahan ayahnya. Dari ruang penjara ISIS, sang ayah menyesali perbuatannya. Dia mengakui, inilah kesalahan terbesar yang pernah dibuatnya. Saya yang sedang menulis esai ini pun menangis untuk gadis itu. Sebagai seorang ayah, hati saya terluka. Sebagai seorang ayah, saya tak sanggup memaafkan seorang ayah yang merampas sorga kehidupan anaknya dan menukarnya dengan neraka kekejaman dan kehancuran masa depan.

Baca Juga  Mendidik Anak dalam Islam, Bagaimana Caranya?

Nada Fedullah Hanyalah Korban

Gadis cantik yang malang itu bernama Nada Fedullah. Dia hanyalah seorang remaja belia yang jadi korban mabuk sorga ayahnya. Dia bercita-cita ingin menjadi dokter. Sungguh mulia cita-citanya! Pastilah dia anak yang cerdas. Seperti pengakuannya, dia anak yang suka belajar. Tapi, impian itu hancur ketika suatu hari ayahnya mengajaknya ke luar negeri. Usianya yang masih bocah membuatnya tak menyadari bahwa ia akan diajak ayahnya ke Syria. Diajak untuk bergabung dengan ISIS. Sampai di sana, dimulailah detik-detik hidupnya dalam kurungan awan gelap yang mengerikan. Yang dilihatnya adalah pembantaian, bahkan kekejaman itu dipertontonkan di jalan-jalan.

Saat dia menangis terisak menceritakan kisahnya, impian-impiannya yang hancur; trauma karena pembantaian yang tepat berada di depannya. Permohonannya untuk dimaafkan dan kerinduannya untuk kembali pulang ke Indonesia, siapa yang tak jatuh iba? Dia gadis yang manis. Dia tidak bersalah. Dia hanya korban. Dia dikorbankan oleh ayahnya atas nama hasrat agama. Atas nama jihad di jalan Allah. Atas nama keinginan masuk surga melalui pembentukan sebuah negara Islam di Syria.

Pulanglah, Nada!

Dia tak melakukan kejahatan apa-apa. Dia hanya ingin pulang ke pelukan negara yang mungkin tidak sadar selama ini sangat dicintainya. Seperti banyak yang terjadi pada kita yang baru merasakan nikmat sehat saat kita sakit. Dia mungkin baru menyadari, rasanya cinta kepada surga Nusantara saat tanpa kuasa diajak ayahnya memasuki neraka Syria.

Dia sama sekali tak bersalah. Dia hanya rindu untuk pulang ke rumahnya, ke pelukan kita. Kita adalah Indonesia. Kita bukan ISIS. Sudah semestinya kita merangkulnya, menghapus air matanya, dan memberinya cinta. Di sini, di Bumi Pertiwi ini.

Baca Juga  MarkPlus Islamic Targetkan Indonesia Jadi Pusat Industri Halal Dunia

Editor: Arif

Related posts
Parenting

Generasi Toxic Harus Dididik, Bukan Dihardik!

5 Mins read
Tulisan sederhana ini saya suguhkan, berangkat dari keresahan saya tentang fenomena “generasi toxic“. Ada rasa cemas ketika saya menyadari bahwa generasi muda…
Parenting

Ajarkan Kepada Anak-anak, Masjid Tak Sekedar Tempat Ibadah

3 Mins read
Ibadah adalah salah satu aspek penting dalam kehidupan seorang Muslim. Untuk memastikan agar generasi muda memiliki pemahaman yang kuat tentang nilai-nilai agama…
Parenting

Nasihat Nashih Ulwan untuk Para Pendidik Anak

3 Mins read
Awalan, Abdullah Nashih Ulwan sangat gemar menulis, kertas dan pena senantiasa bersama dimanapun dia berada. Walaupun sibuk dengan kuliah, undangan dan ceramah, dia tetap meluangkan waktu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds