InsightPerspektif

Bonus Demografi: Berkah atau Musibah?

3 Mins read

Berdasarkan hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh lembaga pemerhati pertumbuhan beragama dunia yang berpusat di Amerika, yakni Pew Research Center Religious and Public Life, disimpulkan bahwa pada Tahun 2050, diprediksi populasi penduduk muslim akan mengalami peningkatan yang cukup pesat dibanding pemeluk agama lainnya sebut saja Kristen (Katholik dan Protestan), Yahudi, Hindu, Budha, Kong Hu Chu, dan agama-agama lainnya. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor di antaranya: pemeluk agama Islam tersebar di beberapa wilayah atau negara-negara yang angka kelahirannya cukup tinggi semisal negara-negara di kawasan benua Afrika, sedang pemeluk agama lain tersebar di beberapa wilayah atau negara-negara yang angka kelahirannya tergolong rendah semisal Amerika dan Eropa.

Alasan lainnya adalah agama Islam tengah mengalami penyebaran yang cukup pesat di Tiongkok (China) yang merupakan negara dengan populasi penduduk terbesar di dunia, sehingga tak menutup kemungkinan turut serta dalam peningkatan jumlah pemeluk muslim pada perkembangan selanjutnya. Dan hal ini tentu suatu yang menggembirakan khususnya bagi kaum muslimin yang lebih kurang selama sepuluh abad mengalami kemunduran dalam berbagai bidang.

Jika dilihat dari historisitas ilmu pengetahuan, mulai dari Helenisme ilmu (tradisi ilmu dipegang oleh bangsa Yunani-Eropa), Islamisasi Ilmu (ilmu dipegang oleh para saintis muslim), Kristenisasi Ilmu (ilmu dikendalikan oleh umat Kristiani), Westernisasi Ilmu (ilmu dipegang dan dikembangkan oleh orang Barat), yang sudah barang tentu bebas nilai dan menabrak sekat-sekat humanisme dan berdampak pada Liberalisasi Ilmu Pengetahuan. Sehingga saat ini manusia selalu dibuat bingung dalam membedakan antara baik dan buruk, maslahat atau madharat, positif atau negatif, terutama dalam pemanfaatan teknologi.

Ilmu bebas nilai, yakni nilai-nilai agama, atau lazim disebut dengan spiritual capital, kelak akan menghancurkan tatanan kehidupan manusia. Excellent di satu sisi, violence di sisi lain. Parameter keberhasilan dan kesuksesan diukur berdasarkan materi semata. Hilang sudah nilai-nilai luhur agama. Jika akal sehat tak mampu lagi mencerna, keburukan dan kedzaliman merajalela, bersiaplah menghadapi azab Sang Kuasa. Artinya tanda akhir zaman akan segera tiba. Sebelum semua itu menghampiri, ada baiknya persiapkan diri, agar terbebas dari bencana.

Baca Juga  Desentralisasi Islam, dari Timur Tengah Menuju Indonesia

Sebagai muslim yang memiliki kegelisahan dan kekhawatiran terhadap kaum muslimin di masa depan. Sudah saatnya kita luangkan waktu dan kesempatan tersisa untuk sungguh-sungguh mendidik tunas-tunas tercinta agar memiliki kecakapan hidup mulai dari pengetahuan/wawasan (knowledge), keterampilan (skill), dan sikap (attitude) agar kelak mereka menjadi khalifatullah fil-ard, mampu mengembangkan, meningkatkan, dan memberdayakan potensinya sebagai insan kamil.

Apalagi didukung dengan dengan bonus demografi Indonesia yang diprediksi pada tahun 2045, 64% penduduk negeri ini didominasi oleh usia produktif antara 15 sampai dengan 40 tahun. Bonus tersebut bisa menjadi solusi maupun tragedi, barokah atau musibah, maslahat atau madharat. Semua itu ada di tangan kita semua. Jika kita lalai sedikit saja, lewat sudah kesempatan emas memunculkan kejayaan Islam, dan entah kapan dapat kita raih lagi masa itu.

Jika kita lihat pada persiapan menghadapi bonus demografi tersebut, bisa kita tengok dan ambil contoh apa yang telah dilakukan oleh negara-negara di kawasan Asia Tenggara, misalnya :

  1. Singapore yang sudah menerapkan sistem teknologi informasi (information technology) dalam berbagai sendi aktivitas perekonomiannya, baik barang maupun jasa semuanya berbasis Teknologi Informasi (information technology).
  2. Malaysia tengah mengembangkan kendaraan dalam negerinya berupa Proton, Pro 1, Pro 2, dan lain sebagainya, dimana semua instansi dan pejabatnya wajib menggunakan produk dalam negeri tersebut.
  3. Thailand sudah diakui keberadaannya sebagai produsen hasil pertanian, bisa kita lihat dan nikmati produk-produk pertanian Thailand seperti beras, sayur mayur, dan buah-buahan sudah membanjiri pasar tanah air dengan rasa dan harga yang cukup bersaing dengan produksi dalam negeri.
  4. Filipina tengah melatih dan mencetak tenaga ahli kesehatannya (dokter dan perawat) agar dapat bersaing dan bekerja di berbagai rumah sakit di dunia terutama rumah sakit-rumah sakit Internasional dan negara-negara Arab yang kaya raya seperti Uni Emirat Arab, Saudi Arabia, dan lain sebagainya.
Baca Juga  Nostalgia 1998, Akankah Mahasiswa (Kembali) Menang?

Lalu, potensi apa yang sebaiknya kita kembangkan demi menghadapi bonus demografi yang sudah di depan mata tersebut? Tak mungkin kita mengandalkan lagi para TKW belasan tahun yang KTP-nya dipalsukan agar dapat berangkat ke Arab Saudi dan sekitarnya dan tidak memiliki kemampuan apapun, sehingga sesampainya di sana malah menjadi korban percobaan pemerkosaan majikannya. Akhirnya membela diri dan dengan membunuh majikannya tersebut, berujung di tiang pancung, karena lamban dan lemahnya diplomasi internasional pemerintah. Tidak pula kita mengandalkan batu akik dari berbagai pelosok Nusantara untuk mendongkrak indeks sumber daya manusia (human development index), karena itu hanyalah permainan politik dagang monyet yang sifatnya temporal alias musiman.

Bonus demografi bisa berdampak positif, maslahah, dan berkah bagi bangsa ini bila SDM Usia Produktif tersebut berpendidikan (cerdas, beradab, dan beretika). Namun bisa berdampak negatif, madharat, dan musibah bagi bangsa ini bila generasi emasnya tidak diberikan pendidikan dengan sempurna. Mereka hanya akan menjadi manusia yang buta aksara dan buta etika. Oleh karena itu, sudah selaiknya kita mencurahkan tenaga dan pikiran untuk membangun generasi yang berkualitas, karena itu bagian dari Firman Tuhan dan Sabda Nabi Muhammad SAW. Wallahu a’lam bi al-shawab!

Editor: Arif

Related posts
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds