Fatwa

Siapakah Ahlu Sunnah Wal Jamaah?

1 Mins read

Tanya:

Saya belum begitu mengetahui tuntunan Muhammad dalam melaksanakan ibadah. Oleh karena saya, saya dikatakan bukan Ahlu Sunnah wal Jamaah, karena saya melaksanakan shalat Tarawih 8 rakaat dan shalat Shubuh tanpa doa qunut. Mohon penjelasan. (Penanya: Suwandi, dengan alamat SMA Muhammadiyah Comal Jawa Tengah).

Jawab:

Untuk mempelajari tuntunan ibadah menurut Muhammadiyah, sebaiknya membaca buku Himpinan Keputusan Tarjih, atau buku-buku yang disusun untuk pelajaran agama di sekolah-sekolah Muhammadiyah.

Sedang untuk mengetahui tentang masalah Ahli Sunah wal Jamaah, bacalah buku yang ditulis oleh H. Djarmawi Hadikusuma dengan judul “Ahli Sunnah wal Jamaah, Bid’ah, Khurafat”. Buku ini ditulis oleh orang Muhammadiyah. Sebagai perbandingan, berikut ini saya kutipkan beberapa ungkapan yang disampaikan oleh seorang tokoh di luar Muhammadiyah, yaitu Dr. Tolchah Mansyur, SH, dalam makalah yang berjudul “Ardhun ‘aamun haula Ahlis Sunnati wal Jama’ati”.

Antara lain dalam makalah itu disebutkan: Nahdlatul Ulama sejak mula berdiri telah menyatakan dengan jelas dan tegas akan asasnya, yaitu Islam menurut Ahlu Sunnah Wal Jamaah. Dalam perkembangannya, hal ini mendapat tantangan, apakah Islam yang dimaksud itu sama dengan Islam yang dikehendaki Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW. Tentu saja, sama! Bahkan Ahlus Sunnah wal Jamaah itulah yang Islam. Mengapa? Sebab, Islam itu tidak lain bersendikan kepada Al-Quran As-Sunnah Rasul SAW serta Jamaah Islam yang berpegang kepada Al-Quran dan Sunnah Rasul SAW.

***

Melihat pengertian Ahlus Sunnah wal Jamaah seperti itu, tentu Muhammadiyah tidak bisa lain kecuali juga termasuk pengertian Ahli Sunnah wal Jamaah. Lebih jauh dapat dikemukakan pula dalam makalah itu yang dimuat majalah Bangkit no. 3 dan 4 tahun 1980, dinukilkan tulisan Asy-Syaikh Ali bin Abu As Sunnah Saqqaf, setelah menyebut 72 golongan yang termasuk Ahlul bid’ah, menyatakan sebagai berikut: Itulah 72 golongan yang kesemuanya akan berada di neraka, sedangkan golongan yang selamat, mereka itulah Ahlus Sunnah Al-Muhammadiyah yang suci bersih.

Baca Juga  Siti Baroroh, Melawan Domestikasi Perempuan

Kata “Al-Muhammadiyah” di atas bukan nama organisasi kita, tetapi sifat sunnah yang didasarkan pada sunnah yang datang dari Nabi Muhammad SAW.

Penamaan organisasi Muhammadiyah, oleh pendirinya KHA. Dahlan pun, pada hakikatnya menginginkan adanya gerakan yang selalu mengikuti atau ittiba’ pada Nabi Muhammad SAW. Karenanya, Anda tidak usah berkecil hait menjadi anggota Muhammadiyah dan beramal sesuai dengan tuntunan yang diberikan.

Sumber: Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1.

Editor: Arif

Related posts
Fatwa

Meluruskan Bacaan Takbir Hari Raya: Bukan Walilla-Ilhamd tapi Walillahilhamd

1 Mins read
IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di…
Fatwa

Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Bolehkah?

2 Mins read
Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada….
Fatwa

Fatwa Muhammadiyah tentang Tarekat Shiddiqiyyah

4 Mins read
IBTimes.ID – Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, tarekat adalah jalan, cara, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan dan atau tiang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds