Perspektif

Pasca Pandemi, Era Covid-19 Akan Kita Rindukan

3 Mins read

Beberapa orang mungkin akan menentang tulisan saya kali ini. Bagaimana tidak? Masa pandemi Covid-19 yang memakan banyak korban di belahan dunia ini mustahil akan dirindukan. Selain jutaan orang meninggal dunia, banyak negara terkena imbas secara ekonomi serta bidang lainnya. Bahkan, masa-masa ini disebut sebagai pagebluk. Covid-19 benar-benar telah meruntuhkan beberapa tatanan  negara.

Bagaimana mungkin akan kita rindukan? Yang terjadi justru sebagian orang akan mengklaim bahwa masa ini adalah malapetaka atau kenangan pahit yang tidak akan diingat-ingat lagi. Memori kolektif masyarakat Jawa, esok lara sore mati, sore lara esok mati (pagi sakit sore mati, sore sakit pagi mati), seakan menghiasi masa pandemi ini.

Penghentian Sejumlah Aktivitas

Semua kegiatan dihentikan, dan aktivitas apapun yang menjadi penyebab penyebaran Covid-19 ditunda. Keuskupan dan gereja di seluruh dunia membatalkan acara keagamaan. Sinagog di Amerika Serikat dan Eropa menutup pintu. Arab Saudi menutup akses sementara bagi WNA yang akan melakukan ibadah umroh. Festival Purim umat Yahudi yang biasanya hingar bingar, kali ini dirayakan nyaris sepi. Seperti halnya aktivitas yang dirasakan pada perayaan Holi oleh umat Hindu di India.

Dewan Sentral Muslim di Jerman juga secara resmi mengumumkan bahwa diizinkan untuk “sementara waktu tidak melaksanakan ibadah shalat Jumat atau kegiatan salat berjamaah lain lantaran pencegahan penularan virus.” Pun Indonesia yang notabene negara dengan mayoritas warganya muslim meminta untuk shalat di rumah saja.

Band papan atas Queen, Whitesnake, dan Slipknot juga menunda konsernya. Lebih dari 20 negara yang memutuskan penundaan pemilu yang meliputi pemilu lokal, pemilu legislatif hingga referendum, meskipun disebut sebut sebagai even maha penting keberlangsungan sebuah demokrasi. Selain Indonesia yang menunda beberapa tahapan Pilkada Serentak 2020, negara negara yang juga menunda pemilu antara lain Inggris, Austria, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Perancis, Peru, Argentina, Armenia, Spanyol, Iran, Srilangka, Brazil, Chili, Kolombia, Serbia, Siprus, Swiss, Italia, Paraguay, Makedonia Utara, dan Indonesia.

Baca Juga  Semua Tunduk Pada Waktu

Kampanye Physical Distancing

Beberapa negara terus berupaya mencegah penularan Covid-19 yang bringas ini. Kematian merajalela, persenjataan mutakhir yang dimiliki tiap negara tak ada gunanya, bahkan perekonomian menjadi ambruk. Upaya upaya yang dilakukan pun terus bergulir; sosial distancing, physical distancing, gaya hidup sehat, PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) sampai lockdown di tiap daerah sampai sebuah negara.

Saat ini pemerintah Indonesia bersama rakyatnya terus berupaya untuk untuk memutus mata rantai penularan virus Covid-19. Himbauan untuk menjaga jarak secara fisik (physical distancing), kerja dari rumah, belajar di rumah, hingga beribadah di rumah saja.

Menurut beberapa ahli penyebaran Covid-19 bisa disebabkan oleh binatang yang ditularkan kepada manusia. Saat ini, penyebaran virus tersebut diketahui telah terjadi antar manusia. Hal itu disebabkan apabila ada individu yang melakukan kontak secara langsung dengan penderita virus Covid-19.

Selain mengharuskan kita untuk berpola hidup sehat (sering cuci tangan pakai sabun, memakai masker, olahraga, makan bergizi), physical distancing menjadi bagian penting dalam mencegah penyebaran virus Covid-19. Physical distancing inilah yang digaungkan di sejumlah negara karena dapat meminimalisir resiko penularan. Beberapa penutupan ataupun penundaan aktivitas kenegaraan, keagamaan atau yang lainnya menjadi bagian dari physical distancing.

Physical distancing kemudian dikampanyekan dengan bahasa yang lebih mudah, salah satunya adalah dengan kalimat “stay at home”. Tag line ataupun tagar stay at home atau “di rumah saja” menghiasi hampir di seluruh media digital maupun konvensional. Kampanye ini menjadi salah satu upaya nomor wahid dalam mencegah penyebaran virus saat ini.

Hadirnya Quality Time

Imbas dari kampanye untuk tetap di rumah yakni semua pekerjaan yang biasanya dilakukan di kantor harus dilakukan dari rumah (work from home) dan pembelajaran sekolah maupun kuliah dilakukan melalui daring. Dengan kata lain, semua anggota keluarga yang biasanya beraktivitas di luar, saat ini semuanya berada di rumah.

Baca Juga  Literasi Digital: Baca Dulu Sebelum Komentar!

Ingatkah kalau kita pernah melintaskan dalam pikiran kita, bagaimana rasanya bisa dengan mudahnya bertemu dengan anggota keluarga kapan saja? Biasanya orang tua kerja, anak anak sekolah dan bisanya bertemu hanya sore sampai malam atau bahkan bisa berhari-hari tidak bertemu dengan keluarga. Sehingga beberapa orang membuat quality time dalam waktu pertemuan singkat. Saat ini pertanyaan-pertanyaan dan harapan itu terjawab dan terkabul.

Inilah sisi positifnya bahwa pandemi Covid-19 mempertemukan dan menyatukan satu keluarga di rumah, hampir setiap saat. Sementara ini, tidak ada anak yang berangkat ke sekolah ataupun tidak ditemukan orang tua bekerja atau lama di luar rumah.

Orang tua mencurahkan kasih sayangnya kepada anak anak secara full time. Orang tua yang biasanya menyerahkan penyampaian materi pelajaran kepada guru di sekolah, kini mereka harus menjadi sosok guru yang serba bisa dari semua pelajaran sampai semua tingkatan. Karena saat ini, tempat bertanya yang paling dekat yang bisa ditemui oleh anak adalah orang tua. Begitu juga dengan anak-anak, mereka akan mendapat kasih sayang yang beda dari biasanya.

Rumah yang biasanya sepi dari aktivitas keluarga, kini hampir setiap sudut terjamah. Buku-buku yang menumpuk di lemari, satu demi satu sudah dibuka dan dibaca. Para kaum ibu yang jarang berdiri di dapur, mendadak jadi koki profesional di rumahnya. Kegiatan keagamaan yang biasanya dilakukan di luar, saat ini benar benar bisa dinikmati bersama keluarga.

Apa yang dirindukan oleh beberapa orang, hampir sebagian terwujud dan terlaksana ketika pandemi ini tiba. Inilah sisi positif dari hadirnya pandemi ini dan suatu saat akan kita rindukan, bahwa selama beberapa waktu pernah menyatu secara fisik dan non fisik dengan keluarga. Bukan virusnya, tetapi masa-masa di tengah pandemi ini yang dirindukan. Ada saatnya kita ucapkan terima kasih atas kehadiran Covid-19, dan berharap pandemi ini segera berakhir. Amiin!

Editor: Arif

Baca Juga  Bully di Sekolah, Mengapa Jangan Dianggap Enteng?
Avatar
1 posts

About author
Eks Ketua Umum Nasyiatul 'Aisiyah Temanggung, Founder Maosaken Centre, dan Komisioner KPU Kabupaten Merangin Jambi Periode 2019 - 2023
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds