Perspektif

Orang Tua dalam Pusaran Peredaran Narkoba

2 Mins read

Di tengah kondisi pandemi Covid-19, peredaran narkoba masih saja merajalela. Beberapa berita tentang penangkapan kurir hingga pecandu narkoba berseliweran setiap hari. Memang persoalan narkoba menjadi problem yang sangat serius dewasa ini. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi seseorang itu menggunakan narkoba. Salah satunya adalah faktor keluarga. Bisa dibilang orang tua berada dalam pusaran peredaran narkoba.

Orang Tua dan Narkoba

Banyak ahli yang mengungkap bahwa keluarga memiliki peranan paling penting untuk membuat seseorang menyalahgunakan narkoba. Seperti hasil penelitian oleh Asmoro dan Meliliani (2016) pada jurnal biometrika dan kependudukan, disebutkan bahwa orangtua menjadi faktor penting terhadap penyalahgunaan narkoba. Ada empat tipe orangtua yang memiliki potensi besar menjerumuskan anak-anaknya kepada penyalahgunaan narkoba.

Tipe pertama, adalah tipe orangtua yang menetapkan sistem otoriter dalam pendidikan anak-anaknya di keluarga. Ketegasan memang sangat diperlukan untuk mendidik anak-anak, tetapi bukan sikap diktator yang semena-mena. Ketika orangtua melarang suatu hal perlu ada penjelasan dan pendekatan yang persuasif agar si anak memahami.

Kalau hanya melarang dan tidak memberi penjelasan ya tidak berbeda dengan diktator. Pada persoalan ini keotoriteran yang dimaksud cenderung ke arah diktator. Memang persoalan keotoriteran ini tidak akan memberikan dampak positif, entah dalam pengelolaan keluarga maupun negara.

Kemudian tipe kedua adalah orangtua yang hubungan antara suami dan istri tidak berjalan secara harmonis. Terjadi banyak percekcokan yang membuat anak tertekan dan tidak mendapatkan lingkungan kondusif untuk perkembangan mental dan kognitifnya. Hingga pada akhirnya berujung pada perceraian. Tidak sedikit mereka yang merasa kesal dengan kondisi rumah melampiaskannya ke pergaulan dengan teman-temannya.

Kesibukan dan Kurangnya Perhatian

Bahkan, mereka mencoba hal-hal yang menarik untuk mereka meskipun itu dilarang, baik oleh hukum maupun agama. Tipe keluarga yang seperti ini yang paling banyak menyumbangkan korban-korban narkoba. Ironisnya lagi, dewasa ini trend kawin-cerai sangat ramai terjadi di masyarakat hingga tokoh-tokoh publik. Bahkan dengan bumbu-bumbu orang ketiga atau pelakor.

Baca Juga  Akankah Partai Baru Amien Rais Jadi "Partai Keluarga"?

Lalu tipe ketiga adalah orangtua yang sibuk dan tidak memberi perhatian secara intensif kepada anak-anaknya. Mereka hanya berfokus pada ekonomi. Kasih sayang hanya dimaknai sebagai pemberian nafkah dan uang jajan. Tidak sedikit orangtua di Indonesia yang berfikiran seperti ini.

Karena memang budaya sebagian masyarakat menganggap bahwa kasih sayang utama adalah dengan nafkah sebanyak-banyaknya. Padahal bagi mereka yang menyalahgunakan narkoba, perhatian orangtua meskipun kecil sangat berarti dan bermakna.

Tipe terakhir adalah orangtua yang menerapkan metode permisif dalam pembinaan anak-anaknya. Cara ini merupakan kebalikan dari metode otoriter. Orangtua memberikan kebebasan sebebas-bebasnya kepada anak tanpa ada rambu ataupun penjelasan. Sikap seperti ini akan menyebabkan si anak menyepelekan segala sesuatu termasuk norma hukum bahkan agama.

Tipe-tipe di atas harus menjadi perhatian bagi para orangtua yang tidak ingin anaknya terjebak dengan persoalan narkoba. Apalagi di masa pamdemi ini, di mana orangtua memiliki waktu yang cukup banyak untuk dapat mendidik anak. Kewajiban orangtua tidak hanya sebatas materi saja, akan tetapi edukasi dan penanaman etika menjadi suatu keniscayaan yang harus diberikan kepada anak-anaknya.

***

Selain itu bagi orangtua yang anaknya sudah menjadi korban penyalahgunaan narkoba, harus sadar bahwa meskipun saat ini anda telah menjadi korban narkoba dan tetaplah memberikan support sebesar-besarnya. Karena sandaran mereka di dunia ini hanya tersisa pada anda, orangtuanya. Ketika masyarakat sudah tidak menerima, sedangkan kekasih tak lagi cinta, lalu teman sudah tidak mau bersama, hanya tinggal anda sebagai orangtua yang menjadi tempat untuk kembali dan bersandar bagi mereka.

Benar kata pepatah, bahwa orang tua menjadi gerbang awal bagi anak mengenal dunia. Entah mau beragama apa, berbuat baik atau buruk, orangtua lah yang memiliki posisi pertama untuk mengantarkan mereka pada kehidupan.

Baca Juga  Jenazah Korban COVID-19 Ditolak: Jika (Keluarga) Kamu Jadi Korbannya, Gimana?

Editor: Nabhan

Avatar
5 posts

About author
Alumnus UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta. Saat ini bekerja di Kementerian Hukum dan HAM pada Balai Pemasyarakatan Kelas II Pekalongan.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds