Kemanusiaan pada tahap melampaui segala harapan religius, yang merentang melampaui “yang jahat dan yang baik”, berdiri di atas semua perselisihan sepele antar nilai yang saling bertentangan, begitu sepenggal kalimat dari Nietzche. Sebuah gambaran masa depan umat manusia, menuju bentuk dari kenyamanan baru yang berlandaskan kemanusiaan, dambaan bagi manusia berakal serta berbudi luhur.
Hingga hari ini manusia sendiri berlomba mencari cara “menambal” sebuah bangunan kenyamanan di masalalunya. Dimana semua terkikis sedikit demi sedikit oleh keadaan yang disebabkan oleh Virus Covid-19 untuk menyerang siapa saja.
Rencana Herd imunity, merupakan alternatif pilihan penangangan terhadap pandemi covid-19 yang pertama kali diusul oleh negara Inggris, sempat ada wacana akan diterapkan di tanah air. Ternyata wacana tersebut diterjemahkan secara bebas oleh berbagai orang dengan dasar yang lemah. Ia menyama artikan dengan “hukum rimba”.
Hukum rimba dimana manusia dengan imun terkuatlah yang akan bertahan hidup. Hal ini menjadi ancaman baru bagi kemanusiaan. Belum selesai dengan hal tersebut, ternyata jejak peninggalan politik apartheid di negeri paman sam hingga merenggut nyawa warga sipil berkulit hitam bernama George Floyd. Disambut gelombang protes yang berakhir ricuh. Merupakan bukti nyata kita sedang diambang kepunahan rasa kemanusiaan di era new normal.
Pelonggaran PSBB, sebagai upaya menuju New Normal harus segera diikuti dengan rasa kemanusiaan untuk mencegah bencana baru di muka bumi. Gagasan tulisan ini, ingin mengungkap bahwa sejarah panjang manusia yang penuh dengan lika-liku menghadiahkan sesuatu yang baru. Tulisan ini akan mengungkap bentuk new humanity atau kemanusiaan bentuk baru yang seharusnya manusia miliki di era new normal.
Menuju Kemanusiaan Baru
Kemanusiaan sebagai landasan hidup, perannya sangatlah vital menurut Marly Belknap (2019), dalam bukunya Homo Deva bahwa posisi kemanusiaan dalam bidang morfologi bumi persis sebanding dengan jantung di tubuh manusia. Selesai sudah peradaban manusia, apabila hari ini kita tidak dengan sungguh-sungguh mencapai rasa kemanusiaan yang baru di saat era new normal.
Evolusi peradaban manusia yang harus dibayar dengan penderitaan akan selesai karena ulah sebagian dari kita yang tidak peduli dengan sesama, yang memilih menyelamatkan diri sendiri. Bahkan masih banyak ditemui di sekitaran kita orang-orang yang egois tetap mengejar kesenangan dan kepuasan batinnya, berliburan misalnya.
Evolusi menghadiahi makhluk-makhluk yang terkuat. Kekuatan tersebut ditentukan oleh kemampuannya dalam mengakses, memanfaatkan, dan memanipulasi informasi secara efektif. Pernah dikutip Mark Manson (2020) dalam bukunya Everything is F*cked, menyadarkan kita bahwa kemampuan semua makhluk di dunia ini sama, yaitu beradaptasi terhadap penderitaan.
Adaptasi menjadi salah satu sebab keberadaan kita hingga masih dapat membaca tulisan ini selanjutnya akan merasakan era new normal. Kemampuan beradaptasi yang tidak diikuti dengan rasa kemanusiaan akan berakibat pada kepunahan bagi umat manusia. Apa jadinya kita bertahan hidup tapi hanya sendiri??
Menyoba meneropong jauh kedepan bentuk kemanusiaan baru atau new humanity yang akan kita miliki di masa new normal, yang akan segera kita rasakan. Kebijaksanaan dan kepedulian terhadap sesama adalah modal awal agar kita dapat secara bersama memiliki bentuk baru dari kemanusiaan.
Memiliki rasa kemanusiaan pada setiap diri merupakan sebuah anugerah yang harus kita syukuri. Mereka yang mempunyai hal tesebut akan mencapai ketenangan hati yang abadi hingga akhir hayatnya.
Wujud Baru Kemanusiaan
Bentuk dari kemanusiaan di era normal baru, akan sangat unik seperti sifat dasar manusia. Manusia yang hidup pada hari ini tidak bisa menolak. Bahwasanya privasi kita sudah melebur menjadi satu bersama program-program dari kecerdasan artifisial. Menggunakan media sosial tertentu harus memasukan data pribadi, suka tidak suka batas antara privasi dan publik sangatlah tipis.
Bahkan ada yang dengan sengaja menunjukan privasinya kepada publik dengan memposting dan berbagi kehidupan pribadinya atau dasar perasaanya. Belum tentu orang terdekat mengetahui hal tersebut. Akui saja.
Terintegrasinya privasi individu dalam kecerdasan artifisial, sangat diperlukan di tengah pandemi seperti ini. Individu pada hari ini, akan merasa bingung ketika ponselnya tertinggal di rumah. Jarak menjadi tidak ada artinya ketika semua bisa saling berhubungan. Seperti pisau bermata dua, ia akan menjadikan manusia mencapai drajat yang mulia karena perilakunya atau membuat drajatnya rendah karena perkataan yang berisi cercaan bak buzzer di dunia maya.
Kebiasaan Baru
Di luar kemanusiaan baru yang berintegrasi dengan kecerdasan artifisial hingga membentuk new Humanity atau Kemanusiaan baru yang akan kita miliki di tengah normal baru. Kebiasaan berikut ini bisa mencapai manusia menjadi kemanusiaan baru. diantaranya:
Pertama, kemanusiaan dengan menghargai hak diri sendiri dan oranglain. Hal ini harus kita miliki, ketika oranglain menjalankan protokol kesehatan yang ketat. Kita harus menghargainya dengan tetap menjaga jarak, memakai masker dan tidak saling bersentuhan, kita juga harus menghargai hak kita agar terhindar dari virus covid-19 ini.
Kedua, kemanusiaan yang bersih dari stigma negatif terhadap orang lain tanpa menghilangkan hak diri sendiri. Kemanusiaan pada bentuk ini harus kita miliki. Adanya pemetaan daerah pesebaran virus covid-19 yang harus tetap dipantau. Ketika ada individu yang harus keluar dari daerah merah atau hitam jangan jatuhi mereka dengan stigma negatif. Bantu selama ia karantina 14 hari tahan dulu rasa itu karena kita sejatinya sama manusia rapuh!.
Ketiga, kenali sesama dari segala sisi kebaikannya, suka tidak suka, pada saat kita harus keluar rumah dan berada di tempat umum. Masker adalah barang wajib yang harus kita gunakan. Untuk saling menyapa dan mengenalinya, perlu analisis pribadi yang cukup lama. maka akan mudah ketika kita mengaitkannya dengan kebaikan yang pernah ia lakukan pada kita. Hal tersebut akan mempermudah otak dalam mengingatnya.
Akan sangat indah, ketika bisa kembali menjadi manusia baik, dan dikenal oleh oranglain karena kebaikan kita. Bukan bermaksud sombong, tetapi inilah cara mudah merawat ingatan kita setidaknya nama orang lain.
***
Pada akhirnya keberlangsungan hidup umat manusia dengan berbagai macam penemuan pembangunan budaya masih bisa kita rasakan berlandaskan tiga bentuk kebiasaan menuju kemanusiaan baru (new humanity) di masa normal baru (new normal). Pesan Mark Manson, untuk mempercepat proses memiliki rasa kemanusiaan baru adalah jadilah baik, jangan berharap menjadi baik! Kita semua makhluk rapuh. Tetap positif thinking dan selalu jaga diri!
Perlakukan lah seseorang, sebagaimana kita ingin diperlakukan. Selamat memulai kebiasaan baru.
Editor : Rizki Feby Wulandari