Perspektif

Renungi dan syukuri

2 Mins read

Kehidupan adalah anugerah dari Allah SWT. Maka kehidupan ini tak lepas dari cinta kasih-Nya. Dia telah melipat gandakan nikmat kepada manusia yang tak terhitung nilainya mulai dari ujung rambut hingga ke bawah sampai telapak kaki. Seperti yang dikutip dari firman-Nya, “Jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya tidak kan sanggup menghitungnya. ( Qs. Ibrahim: 34 ).

Siapakah yang dapat menghitung nikmat-Nya? Bahkan tak ada satu pun manusia di muka bumi ini mampu menghitung nikmat yang diberikan oleh Allah SWT. Kesehatan, keamanan negara, sandang, pangan, papan, udara, dan air adalah contoh secuil nikmat-Nya. Maka masih ingkarkah kau kepada-Nya hanya karena berdalih Allah SWT tidak memberikan sesuai keinginan kita?

Tugas Hamba: Bersyukur

Memang siapa kita, hanya bisa meminta kepadaNya tanpa berintrospeksi diri. Apakah kita sudah benar-benar menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Wahai saudaraku di manapun kalian berada, tetaplah bersyukur entah untuk hal sekecil apapun.
Setiap bangun tidur, bersyukurlah bisa melihat pagi, kemudian sarapan, lalu bekerja atau pun mengerjakan aktivitas lainnya.

Selama masih bernafas, jangan berhenti untuk bersyukur karena hidup bukan melulu tentang uang, kedudukan ataupun kemenangan. Tetapi hidup adalah anugerah dan kebaikan dari Alllah SWT agar kita bisa merasakan kenikmatan dari-Nya yang menjadikan kita lebih bersyukur dan mengenal-Nya. Tidak dipungkiri berbagai masalah terkadang menjadi beban yang membuat kita frustrasi, lelah, dan membuat kita seolah menderita sedunia.

Renungi Jalan Hidup Ini

Tetapi sadarkah bahwa masih ada banyak di dunia ini yang kondisinya jauh di bawah kita. Kita bisa makan, banyak yang masih menjadi pengemis jalanan karena kelaparan, kita bisa bekerja, banyak juga yang masih pengangguran mencari kerja. Kita punya keluarga, masih juga banyak yang hidup sebatang kara. Kita kehilangan pasangan, masih ada juga di masa senjanya hidup sendirian. Bagaimanapun keadaan kita, bukan menjadi suatu alasan untuk menyalahkan Allah Swt. Seperti dikutip firman Alquran yang berarti, “Nikmat manakah yang kau dustakan ( Qs. Ar-Rahman: 13)

Baca Juga  Hagia Sophia: Pertanda Bangkitnya Peradaban Islam?

Apakah kita menduga berjalan dengan kedua kaki adalah hal yang sepele, sedangkan bila kaki digunakan berjalan terus menerus akan menjadi bengkak? Apakah berdiri dengan kedua betis dan lutut adalah perkara yang mudah? Apabila tiba-tiba menjadi tidak kuat atau pun tiba-tiba patah? Bagaimana rasanya, banyak sekali nikmat yang diberikan Allah SWT kepada manusia. Saking banyaknya, sering kali manusia tidak pernah menyadari sehingga membuatnya lupa untuk lebih mengenal-Nya.

Coba renungkan sejenak. Sangat besar sekali suatu fungsi pendengaran yang dengannya Allah SWT menjauhkan kita dari ketulian. Mulut yang sempurna yang dengannya Allah menghindarkan kita dari kebisuan. Rabalah mata yang tidak buta dan berjumlah dua secara sempurna. Ingatlah kulit yang bebas dari penyakit lepra atau kista. Dan pikirkan dahsyatnya fungsi otak yang selalu sehat dan terhindarkan dari penyakit kegilaan yang menghinakan.

***

Apakah kita mau menukar kedua mata dengan emas sebesar gunung? Atau menjual pendengaran kita dengan perak sebesar bukit? Apakah kita mau membeli istana-istana megah dengan lidah kita? Atau menukar kedua tangan dengan mutiara- mutiara indah menyilaukan sehingga tangan kita menjadi buntung? Begitulah kita berada dalam kenikmatan tiada tara dan kesempurnaan tubuh yang luar biasa tetapi kita tidak sekalipun menyadari.

Perasaan sedih, resah, gelisah dan suntuk tetap menyelimuti meskipun kita masih punya nasi hangat untuk disantap, lauk pauk untuk dinikmati, air segar untuk diteguk, waktu untuk tidur pulas dan kesehatan yang bisa digunakan untuk terus berbuat. Kesalahan kita adalah memikirkan sesuatu yang belum tentu ada sehingga sering kali lupa mensyukuri yang sudah ada.

Jiwa mudah terguncang hanya karena kerugian materi yang mendera padahal kita masih memegang kunci kebahagiaan, memiliki jembatan penghantar kebahagiaan, karunia, kenikmatan yang diberikan Tuhan dan lain sebagainya. Coba renungi Apakah hidup kita benar-benar kekurangan dalam segi apapun?

Baca Juga  Karakter Wara': Mendidik Diri Menjadi Pribadi yang Ihsan

Pikirkan apa yang ada di dalam diri, keluarga rumah, kesehatan, akal, pikiran dan apa saja yang berada di sekeliling kita dan semoga kita bukan termasuk golongan orang-orang yang mengingkari nikmat-Nya seperti dikutip dari firman di bawah ini yang berarti, “Mereka mengetahui nikmat Allah, kemudian mereka mengingkarinya. ( Qs. An-Nahl: 83 ).

Editor: Wulan
8 posts

About author
Alumnus Universitas Islam Lamongan. Gadis penyuka sastra dan petrichor. Selain itu ia gampang memiliki rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Hal yang menjadi favoritnya adalah suasana setelah hujan dan memandang cakrawala langit biru yang luas.
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds