Keadaan hari ini berbeda dengan beberapa tahun sebelumnya. Pembelajaran yang mengandalkan tatap muka, didorong untuk berubah menjadi pembelajaran daring. Datangnya era New Normal pada dunia pendidikan semakin memperkuat perubahan gaya pembelajaran.
Guru dan siswa tidak hanya berkutat pada interaksi sosial di kelas nyata. Interaksi berubah dengan virtual sehingga menghendaki kemampuan literasi baru dalam proses pembelajaran. Situasi ini tidak bisa dihindari. Guru dituntut untuk mendesain pembelajaran dengan memanfaatkan daring. Pembelajaran seperti ini tentu membutuhkan kemampuan literasi data yang mumpuni. Fenomena ini menjadi tanda baru bagi kemampuan literasi guru dalam mendesain pembelajaran.
4.0 dan Pembelajaran Daring
Perkembangan Revolusi Industri 4.0 seolah memaksa untuk pengubahan kebiasaan dan pola lama. Sedikitnya kontak sosial antara manusia secara fisik, diubah berbasis daring. Hubungan antara manusia tidak mengandalkan hubungan fisik. Ia dapat menggunakan piranti IT dalam membangun komunikasi personal.
Penggunaan IT yang masif menjadi tanda pengubah pola komunikasi ini. Situasi ini mengubah pola berfikir, pola hidup, dan kemampuan dalam membangun komunikasi berbasis IT. Dampaknya, produksi, sosial, dan ekonomi bergeser kenormalannya pada situasi yang baru. Revolusi Industri 4.0 bersinggungan dengan pengubahan pola kehidupan.
Dalam situasi New Normal pada pendidikan, aspek-aspek penting Revolusi Industri 4.0 sangat dibutuhkan. Termasuk di dalamnya dunia pendidikan. Tren virtual interaksi pembelajaran menghadirkan connectivity tanpa batas. Guru dan siswa dapat berinteraksi melalui pembelajaran virtual.
Kemampuan komputasi menjadi penting antara dua belah pihak dalam pembelajaran. Selain itu, internet sebagai sumber belajar menjadi bagian tak terpisahkan. Guru dan siswa dapat memanfaatkan internet dalam konteks pembelajaran.
Kecenderungan pada pembelajaran ini akan menghasilkan informasi yang besar mengenai ragam sumber. Banyaknya informasi menghendaki guru dan siswa pada penguasaan literasi berbasis sajian data. Siswa dapat menggeser pencarian sumber dengan ragam data yang banyak, tidak hanya mengandalkan buku teks. Sebuah era baru ini menandai pergeseran sudut pandang pembelajaran.
Surat Keputusan Bersama 4 Menteri pada tanggal 15 Juni 2020, mendorong sekolah untuk tanggap terhadap situasi baru. Pembelajaran dari rumah didesain sesuai dengan komposisi zona Pandemi COVID-19. Pembelajaran dari rumah dituntut untuk memanfaatkan piranti daring.
Zona hijau yang dinyatakan aman menghendaki pola baru dalam pembelajaran. Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan tatap muka terbatas dengan pembatasan fisik di kelas dan sekolah. Begitu pula, pembelajaran dilakukan dengan pergiliran rombongan belajar. Beberapa siswa masuk sekolah dan yang lainnya belajar di rumah.
Pembelajaran di rumah dituntut untuk menggunakan daring. Begitu pula masa transisi (Juli- Agustus) dan masa New Normal (September) pada pembelajaran, tidak menghentikan layanan pembelajaran bagi siswa. Pembelajaran tetap harus dilayani meskipun tidak tatap muka langsung.
Situasi ini memperkuat hubungan tanda Revolusi Industri 4.0 dengan New Normal. Tren pembelajaran berbasis daring semakin menuntut guru untuk dapat mendesainnya. Guru didorong untuk mengadaptasi implementasi pembelajaran daring sebagai bagian dari revolusi industri.
Penguatan Literasi
Guru dihadapkan pada kemampuan literasi baru. Kemampuan membaca dan menganalisis data dalam pembelajaran menandakan pembelajaran abad 21. Seolah, pembelajaran abad 21 tidak bisa menghindari dari penggunaan internet dan big data. Kemampuan penggunaan teknologi menjadi syarat utama.
Pada sisi lain, unsur kemanusiaan tetap diperhatikan. Pembelajaran daring tidak serta merta lepas dari kemanusiaan. Ia tetap menjadi landasan dalam membangun komunikasi kemanusiaan. Sisi komunikasi kemanusiaan dalam pembelajaran daring dapat disentuh melalui layanan pembelajaran yang tidak memaksa tuntutan kompetensi. Melainkan menyentuh pada sisi aktual kehidupan peserta didik, terutama pada situasi pandemi.
Literasi diperlukan pada pembelajaran kekinian. Literasi menjadi kebutuhan untuk membaca, memahami, menganalisis, dan mereproduksi informasi. Informasi pada bentuk literasi ini sekarang lebih didominasi oleh data-data berbasis web atau internet. Dalam kapasitas ini, pendidik dapat mengembangkan kemampuan literasi informasi.
Abad 21 membutuhkan kemampuan literasi data. Dalam dunia pendidikan, literasi data fokus pada data keilmuan. Kemampuan ini sejatinya tidak hanya diterapkan pada masa pandemi, melainkan harus kian melekat pada sisi kehidupan. Literasi dibutuhkan untuk menyaring informasi sehingga dapat dikomunikasikan dengan benar.
Dalam konteks pendidikan, literasi difokuskan pada proses pembelajaran, meskipun kemampuan ini belum merata. Kompetensi untuk menguraikan informasi menjadi signifikan menjadi kemampuan yang harus dimiliki oleh pendidik. Sebaran infromasi yang banyak dan beredar di berbagai sumber, dapat dijadikan oleh lembaga pendidikan dalam pengembangan pembelajaran yang bermakna.
Kemampuan literasi informasi tidak dapat diabaikan. Literasi dapat dikembangkan oleh penggerak pendidikan. Literasi informasi dapat mulai diperkenalkan dalam pendidikan baik dasar maupun menengah. Dalam konteks pengembangan konsep, akademisi berperan dalam menyebarluaskan kerangka dan desain literasi dalam berbagai kesempatan dan sumber. Sehingga, pentingnya data dan kemampuan membaca menjadi faktor penting dalam penguatan literasi.
Editor: Sri/Nabhan