Perspektif

Bicaramu Menggambarkan Kualitas Agamamu

3 Mins read

Indonesia merupakan negara yang mengedepankan sistem demokrasi -walaupun dalam pelaksanaannya masih cenderung autokrasi sih- dimana kebebasan dalam berekspresi setiap individu merupakan hal yang sangat ditekankan. Namun dengan kebebasan yang telah diberikan acap kali seseorang malah mengesploitasi makna kebebasan itu sendiri.

Bahkan tak jarang masih banyak yang berbicara seenaknya dengan dalih kebebesan. Tanpa memperhatikan validitas sebuah informasi berbagai pembicaraan selalu hilir mudik antar panca indra, antara telinga dan mulut layaknya bus antara kota yang tek tokan dari satu kota ke kota lainnya, dari suatu terminal ke terminal lainnya.

Sepertinya terdapat missing link dalam konsep berbicara, banyak orang berbicara dan mengomentari sesuatu sering kali hanya bersandarkan dengan dalih katanya yang mana sangat kontradiksi dengan buktinya dan faktanya. Mungkin itulah yang dimaksud dalam peribahasa dalam Bahasa Indonesia tong kosong nyaring bunyinya.

Biasanya orang-orang seperti ini jika dimintakan rujukan dari apa yang disampaikannya, yang bersangkutan pasti tidak akan bisa menjabarkannya. Kondisi seperti ini kalau dalam Bahasa Sunda hanyalah akan berujung dengan pakeukeuh-keukeuh yang pada akhirnya menimbulkan silat lidah semata.

Seorang Muslim yang baik seharusnya dapat menakar terlebih dahulu sebelum berbicara, melalui pertimbangan antara kemanfaatan dan kebaikan yang dapat diberikan dengan keburukan dan kemudaratan yang dapat ditimbulkan. Sehingga Ketika berbicara yang disampaikan adalah hal yang bermanfaat dan dapat dipertanggung jawabkan keabsahannya. Sudah selayaknya seorang muslim yang baik dan bijak memiliki sifat tersebut.

Bersikap Bukan Karena Ikut-Ikutan

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al Isra (17): 36)

Dengan berbagai potensi dan kelebihan yang diberikan seharusnya seorang manusia khsusunya seorang muslim dapat lebih memaksimalkan segala yang telah dititipkan kepada dirinya. Karena semuanya pasti akan dimintai pertanggung jawaban, selayaknya laporan pertanggung jawaban yang selalu muncul setelah selesainya sebuah kepanitian hehe

Baca Juga  Apakah Prinsip Ekonomi Syariah Mampu Menjawab Resesi Ekonomi Saat Ini?

Muslim yang baik adalah mereka yang bergerak, berucap, ataupun bertindak dengan landasan pemahaman bukan karena landasan yang ikut-ikutan (taklid). Ya biar umat Islam tak dicap sebagai umat yang asal ceplas-ceplos. Apalagi sampai berkata dengan landasan dalih bukan dengan landasan dalil. Agar setiap argument disusun dengan hebat dan dengan dibangun melalui premis yang kuat.

Seperti kata Descrates, “aku berpikir maka aku ada.” Seseorang Ketika ingin berbicara terhadap suatu hal haruslah berlandaskan buah pemikiran dan pemahaman. Konstruksi pembicaraan yang didirikan bukan tanpa dasar pemahaman hanyalah akan menimbulkan kerancuan. Karena kualitas seseorang dapat terlihat dari apa yang dibicarakannya layaknya sebuah teko yang akan selalu mengeluarkan apa yang ada di dalamnya? Dan semuanya itu tergantung dari input yang dimasukan dalam sebuah teko tersebut.

Diam Adalah Kunci

Seperti kata sebuah penggalan Hadist Riwayat Bukhari dan Muslim yang artinya “berkatalah yang baik atau diam” dan seperti kata pepatah bahwa diam itu adalah emas. Dengan diam nilai dari seseorang bisa lebih terlihat.

Tetapi diam bukan berarti ketika ada kemudharatan yang bisa dicegah kata pepatah ini tetap berlaku. Alangkah lebih baiknya jika dapat mencegah kalau tidak bisa lewat tindakan maka cegahlah lewat lisan, dan Ketika tidak bisa lewat lisan seminimal-minimalnya maka tentanglah dalam hati sebagaimana arti dari Hadist yang diriwayatkan oleh Muslim.

Bersikap diam tidaklah buruk dan bersikap diam juga tidaklah selamanya baik, tetapi bersikaplah secara proporsional. Seorang muslim yang bijak harus tau situasi dan kondisi yang tepat dan menempatkan diri bila ada permasalahan. Dengan mengetahui hal tersebut seorang muslim seharusnya bisa speak up Ketika memang situasi dan kondisinya yang tepat dan memungkinkan.

Baca Juga  Perayaan Maulid Nabi: Sejarah, Tradisi, dan Hikmah

Bersikap dan Bertindak

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu. (QS. Al-Hujurat (49): 6).

Melalui ayat tersebut bukankah seharusnya seorang muslim bisa lebih selektif dan crosscheck terlebih dahulu dengan tabayun. Apalagi ditambah akhir akhir ini pemberitaan dan arus informasi sudah sangat dinamis, kalau tidak bijak dalam memilih dan memilah sesuatu hal seseorang bisa saja tenggelam dalam samudra hoax tak berdasar.

Bukankah lebih indah bila pembicaraan, informasi, atau apapun yang dilakukan berdasarkan dari hal-hal yang bisa dipertanggungjawabkan? Bukannya dari hal-hal abstrak yang tidak tau asal muasalnya.

Kemudian juga jangan serta merta malah langsung menelan sebuah informasi atau malah langsung membagikan informasi tanpa di cek terlebih dahulu validitasnya karena bisa berakibat fatal, entah itu dari pemberi atau dari yang diberi informasi.

Yah untung yang ditelan bulat-bulatnya adalah informasi, kalau si informasi ini bentuknya makanan yang terjadi ketika menelannya tanpa dikunyah terlebih dahulu bisa berakibat terselak deh, kan repot jadinya.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
6 posts

About author
Seorang santri yang sedang nyantri di Unpad Fakultas Ilmu Budaya Jurusan Ilmu Sejarah dan bercita-cita ingin melanjutkan program studinya di Turki
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds