Perspektif

Marxisme: Tujuan Pendidikan Itu Membangun Karakter

3 Mins read

Membahas tentang Karl Marx beserta faham yang diciptakannya, sudah pasti akan muncul pandangan negatif. Namun, sedikit dari kita yang mengetahui bahwa Marxisme Konsep Pendidikan. Dan dari sinilah, penulis akan sedikit membahas tentang Konsep dari Pendidikan yang lahir dari pemikiran Karl Marx.

Karl Marx, pemikirannya sangat berpengaruh di seluruh dunia sejak dicetuskan olehnya hingga sekarang ini. Pemikiran Marx yang terkenal adalah kelas buruh dan petani (proletariat) yang mengharuskan untuk berjuang membebaskan diri dari penindasan oleh borjuis. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk membebaskan diri adalah melalui pedidikan.

Pendidikan merupakan salah satu cara mengentaskan manusia dari keterbelakangan ekonomi dan pengetahuan. Seperti yang dikatakan oleh Uyoh Saduloh, bahwa “Tunjuan pendidikan meliputi tiga ranah, yaitu. Otonomi yang berfokus pada pengembangan diri dan kemampuan personal. Keadilan yang menunjuk kepada kesempatan bagi setiap orang untuk ikut dalam kehidupan ekonomi. Serta Pewarisan kebudayaan kepada generasi selanjutnya”.

Serta dalam UU No 20 Tahun 2003, juga merumuskan hakekat dari pendidikan sebagai sebuah usaha dasar dan terencada untuk mewujudkan  suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembagka potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlaq mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara

Namun, sejak pemerintahan Soeharto, Marxisme dianggap momok yang menakutkan di dalam negeri. Bahkan tindakan yang bertentangan dengan pemerintahan dianggap sebagai pengaruh dari Marxisme dan komunisme sehingga mesti dibasmi. Soeharto dan para jajarannya condong kepada kapitalisme yang didektekan oleh Amerika Serikat. Yang ujung-ujungnya adalah Indonesia tetap dijajah secara terselubung. Paham Kapitalisme khususnya dalam bidang pendidikan hanya memberikan kesempatan mereka yang mampu secara ekonomi.

Baca Juga  Belajar Setara Saat Ramadhan di Tengah Wabah

Marxisme pasti ada kelebihan dan kekurangan. Namun, asumsi penguasa secara hegemoni, dan trauma sejarah, menjadikan paham ini dianaktirikan.  Berbeda dengan paham kapitalisme yang di agung-agungkan, yang pada era globalisasi ini ternyata tidak kalah hebatnya menyengsarakan masyarakat dunia, termasuk di Indonesia ini.

Komponen Pendidikan Marxisme

Ozmon dan Craver mencatat beberapa pandangan Marxisme pada komponen-komponen pendidikan. Pertama adalah Pendidik, Menurut Marx seorang pendidik adalah seseorang yang berpendidikan dan sudah dididik untuk sebuah tujuan mengubah keadaan manusia. Lenin dan Stalin mengatakan bahwa sekolah menjadi senjata yang tergantung pada siapa yang memegangnya.

Artinya, keberhasilan seorang peserta didik sangat ditentukan oleh siapa yang mengajarnya di sekolah. Marx mengkritik guru-guru dalam pola pendidikan kapitalis yang mempertahankan status quo melalui pengajaran mereka. Kedua adalah peserta didik, menurut Marxisme peserta didik adalah para buruh, berumur tujuh tahun ke atas, yang dididik agar mereka dapat mengusai pekerjaan mereka.

Kemudian anak-anak para buruh, laki-laki dan perempuan, juga dididik sebelum mereka berumur semibilan tahun. Anak-anak mesti dibebaskan dari ekploitasi kerja untuk bersekolah dengan biaya pendidikan gratis.

Dalam pandangan Marx, sistem pendidikan kapitalis keliru oleh karena pengajaran diberikan kepada peserta didik hanya untuk memenuhi kepentingan kaum borjuis. Sehingga tidak semua kaum proletar dapat mengenyam pendidikan.

Ketiga adalah Kurikulum, Marxisme mengatakan bahwa sistem pendidikan tidak adil dalam masyarakat yang tidak setara. Salah satu pengikut Marx, Louis Althusser, mengatakan bahwa dalam sistem pendidikan kapitalis menjadikan para guru sebagai agen kapitalis di dalam kelas mereka. Mereka menghasilkan peserta didik yang sesuai keinginan para guru tersebut.

Keempat adalah metode, Paulo Friere seorang marxist dari Brasil mengatakan bahwa pendidikan didasarkan pada pembebasan dan dialog serta sebuah pandangan kritis terhadap pendidikan tradisional. Ia memperkenalkan apa yang disebut banking concept yaitu sebuah pendekatan di mana guru memilih isi yang akan diajarkan dan peserta didik menyerapnya.

Baca Juga  Tiga Tradisi Budaya yang Bisa Membentuk Sikap Etis

Pendidikan Itu Bank Penyimpanan Pengetahuan

Bagi Friere, pendidikan itu laksana sebuah bank penyimpanan pengetahuan pada peserta didik. Peserta didik berada di bawah guru selaku orang yang menyimpan pengetahuan. Dengan demikian peserta didik bergantung sepenuhnya kepada guru.

Dan yang terakhir adalah Hasil Akhir Pendidikan, dalam pendidikan berbasis Marxisme, tujuan pendidikan adalah membangun karakter (character building) manusia yang tercerahkan; suatu kondisi mental yang dibutuhkan untuk membangun suatu masyarakat yang berkarakter progresif, egaliter, demokratis, berkeadilan dan berpihak terhadap kaum proletar sebagai kaum yang tertindas.

Marx mengidealkan terciptanya pendidikan kritis, radikal, dan revolusioner yang pada akhirnya mampu mencetak manusia yang sungguh-sungguh mau memperjuangkan orang yang tertindas. Pendidikan yang terjebak pada pragmatisme untuk kepentingan kapitalisme merupakan eksploitasi atas esensi terbentuknya lembaga pendidikan.

Tujuan pendidikan Marxisme dapat dilihat pada konsep sejarah dan analisis kritis yang mengatakan bahwa masyarakat mesti diubah dari kapitalis ke sosialis, dan akhirnya komunis. Di beberapa negara yang berpaham Marxisme-Leninisme, tujuan pendidikan adalah untuk menumbuhkan kesadaran seseorang untuk menjadi sosialis dan membentuk suatu masyarakat sosialis. Untuk mencapai tujuan maka pendidikan dilaksanakan.

Dengan begini, diharapkan mampu menciptakan pemahaman tentang apa itu Marxisme dan Konsep Pendidikan menurut Karl Marx. Dan penulis juga berharap agar generasi muda Indonesia, untuk lebih banyak membaca literature sebagai landasan dalam berfikir dan bergerak. Serta tidak langsung memberikan stigma buruk terhadap faham Marxisme.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Avatar
4 posts

About author
PD IPM KOMAL
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds