Perspektif

Keutamaan Guru di Dunia dan Hari Kiamat

3 Mins read

Meskipun telah beberapa hari terlewati sejak hari guru 25 November lalu, namun guru adalah pekerjaan sekaligus pengabdian setiap hari. Ada beberapa hal yang dapat kita ulas untuk pelajaran sekaligus motivasi bagi guru maupun masyarakat secara umum. Salah satunya terkait keutamaan guru, baik di dunia maupun di hari kiamat.

Keutamaan Guru di Dunia

Rasulullah Saw bersabda ;

(قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُنْ عَالِمًا أَوْ مُتَعَلِّمًا أَوْ مُسْتَمِعًا أَوْ مُحِبًّا وَلَا تَكُنْ خَامِسًا فَتَهْلِكَ (رواه بيهقى

Jadilah engkau orang berilmu, atau orang yang menuntut ilmu, atau orang yang mau mendengarkan ilmu, atau orang yang menyukai ilmu, dan janganlah engkau menjadi orang yang kelima maka kamu akan celaka” (HR. Baihaqi).

Beberapa kata kunci dari hadits tentang keutamaan menuntut ilmu di atas:

  • ‘aliman = ahli ilmu yang suka mengajarkannya kepada orang lain. Dalamhadits ini tidakdigunakan kata ‘ulama tetapi ‘aliman.
  • Muta’aliman = orang yang menuntut ilmu/ siswa atau santri
  • Mustami’an = orang yang suka mendengarkan
  • Muhiban = orang yang mencintai ilmu/  atau simpatisan
  • Fatahalaka = orang yang akan celaka, yaitu  golongan kelima itu, bukan ‘alim, bukan, muta’aliman, bukan musta’mi’an, dan bukan muhiban.  .

يا ابااذر لان تعذر  فتعلمبابا من الكتاب الله تعالئ خير  لك من  انتصلئ مآتة ركعة   ولان تعذو وتعلم بابا من العلم  عمل به  اولم يعمل خيرلك  من ان تصلئ الف ركعة

“Wahai Abi Dzar, sesungguhnya engkau pergi lalu mengajarkan satu bab dari Kitabullah ta’ala (Qur’an) itu lebih baik bagimu daripada engkau shalat seratus rakaat, dan sungguh engkau pergi lalu mengajarkansatu bab dari ilmu, diamalkan  atau tidak, itu lebih baik bagimu  daripada engkau shalat seribu rakaat.”

Rasulullah mengajarkan kepada Abu Dzar agar dia menjadi muta’alim (orang yang mengajarkan) Alquran. Profesi ini pada zaman sekarang umum disebut guru. Ada guru yang formal, disebut gutu atau dosen; dan ada pula guru yang nonformal, disebut ustadz, mubaligh, kyai, dan ulama. Tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan menengah. Dari hadits di atas kita bisa belajar tentang keutamaan guru.

Baca Juga  Wafatnya Ulama, Laksana Bintang yang Padam

Mendidik dan Mengajar

Mendidik adalah mengajak, memotivasi, mendukung, membantu dan menginspirasi  orang lain untuk melakukan tindakan positif yang bermanfaat bagi dirinya dan orang lain atau lingkungan. Mendidik lebih menitikberatkan pada kebiasaan dan keteladanan.

Mengajar adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh guru untuk membantu atau memudahkan siswa  melakukan kegiatan belajar. Prosesnya dilakukan dengan memberikan contoh kepada siswa atau mempraktikkan keterampilan tertentu atau menerapkan konsep yang diberikan kepada siswa agar menjadi kecakapan yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

Suatu proses yang dilakukan oleh guru untuk menyampaikan bahan ajar untuk mentransfer ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dengan pendekatan tertentu yang sesuai dengan karakter siswa. Membimbing juga dimaksudkan untuk membantu siswa agar menemukan potensi dan kapasitasnya, menemukan bakat dan minat yang dimilikinya sehingga sesuai dengan masa perkembangan dan pertumbuhannya.

Keutamaan Guru di Hari Kiamat

تَعْلَموْا الْعِلْمَ فَأِنَّ تَعَلَّمَهُ قَرْبَةٌ اِلَئ اللَهِ عَزَوَجَلَّ وَتَعْلِيْمَهُ لِمَنْ لَا يَعْلَمُهُ صَدَقَةٌ  وَاَنَّ الْعِلْمَ لَيَنْزِلُ بِصَاحِبِهِ فِيْ مَوْضِعِ التَّرَفِ وَ الرِّفْعَةِ  والْعِلمٌ زَيْنٌ لِاَهْلِهِ فِيْ الدُّنْيَاو وَالْاَخِرَةِ

Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan kepada Allah Azza wa jalla, dan mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya adalah shadaqah. Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orang dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya di dunia dan di akhirat (HR Ar-Rabu”)

Mengajar itu adakah shadaqah, dan mengajarkan ilmu yang bermanfaat itu adalah shadaqah jariyah yang pehalanya mengalir tiada henti sampai akhirat.

Para  ustadz, para guru, dan yang seprofesi, mempunyai kedudukan yang mulia di sisi Allah. Mereka diberi kesempatan masuk surga tanpa hisab yang kedua setelah para dermawan yang lillahi ta’ala..

Imam Ghazali dalam kitabnya, Mukasyafatul Qulub  (h-65), mengutip sabda Nabi shallallahu alaihi wasallam sebagai berikut:

Baca Juga  Perlukah Menggugat Hari Kartini?

وقال صلى الله عليه وسلم إذا كان يوم القيامة يدخل أربعة الجنة بغير حساب: العالم الذي يعمل بعلمه ومن حج ولم يرفث ولم يفسق حتى مات والشهيد الذى قتل فى المعركة لإعلاء كلمة الاسلام والسخي الذي إكتسب مالا من الحلال وأنفقه فى سبيل الله بغير رياء فهؤلاء ينازع بعضاهم بعضا أيهم يدخل الجنة أولا..

“Dan Nabi SAW bersabda: ketika hari hari kiamat datang ada empat orang yang masuk surga tanpa hisab (yaitu) orang alim yang mengamalkan ilmunya, orang berhaji dan dia tidak berkata-kata keji dan dan berbuat fasik sampai dia meninggal, tentara yang gugur mati syahid dalam medan pertempuran dalam menegakkan kalimat Islam, dan orang yang dermawan yang membelanjakan hartanya kepada yang halal dan menafkahkannya di jalan Allah tanpa diikuti sikap riya’. Mereka saling berbantah-bantahan pertama yang memasuki surga.

***

Apabila telah datang hari qiyamat, maka didatangkanlah empat golongan manusia di sisi pintu surga tanpa melewati hisab dan siksa. Mereka itu adalah: orang ‘alim yang mengamalkan ilmunya, seorang haji yang sewaktu menunaikan ibadah haji tidak melakukan kerusakan (yang membatalkan hajinya), orang mati syahid yang terbunuh dalam peperangan, orang dermawan yang mengusahakan harta halal dan membelanjakannya di jalan Allah tanpa riya’  (ingin dilihat oleh manusia).

Mereka saling merebut agar bisa masuk terlebih dahulu Maka Allah ta’ala mengutus Jibril agar supaya menghukumi mereka. Pertama kali Jibril bertanya kepada yang mati syahid dengan katanya, “Apa yang telah engkau perbuat di dunia sehingga engkau mau masuk surga pertama kali?”

Dia menjawab, “Saya telah terbunuh dalam peperangan karena mencari keridhaan dan Allah ta’ala.” Kata Jibril, “Dari siapakah engkau mendengar tentang pahala orang yang mati syahid?” Dia menjawab, “Dari para ulama.” Kata Jibril, “Jagalah kasopananmu, jangan engkau mendahului gurumu yang mengajar engkau.”

Kemudian Jibril mengangkat kepalanya ke arah yang berhaji seraya berkata seperti yang pertama, dan demikian juga kepada si dermawan. Juga bertanya dengan pertanyaan yang sama. Kemudian orang alim itu berkata, “Tuhanku, tidaklah bisa menghasilkan ilmu kecuali dengan sebab sifat kasih dermawan dan kebaikan orang yang dermawan itu.” Maka Allah aza wajala berfirman, “Telah benar kata si alim itu. Hai Ridwan bukalah pintu-pintu agar supaya si dermawan itu masuk dahulu kemudian barulah orang yang lain menyusul.” (Musykatul Anwari)

Baca Juga  Bassam Tibi: Islamisme Berbeda dengan Islam

Editor: Nabhan

Avatar
77 posts

About author
Majelis Pustaka PCM Semin
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds