Inspiring

K.H Ahmad Sanusi: Kiprah Ulama Asal Sukabumi

3 Mins read

Miftahul Falah dalam bukunya yang berjudul Riwayat Perjuangan K.H. Ahmad Sanusi menjelaskan bahwa Ahmad Sanusi merupakan seorang ulama yang banyak berkontribusi dalam perjuangannya mengusir penjajah. Selain itu, beliau juga banyak ikut andil dalam penolakan segala bentuk imperialism. Ahmad Sanusi juga turut berperan aktif merumuskan NKRI melalui BPUPKI.

Beliau lahir pada tahun 1888 M tepatnya di hari Jum’at 12 Muharram 1303 H. Tempat lahirnya di desa Cicantayan, Cibadak wilayah Sukabumi. Berdasarkan silsilah keturunnya, beliau berasal dari keluarga yang memiliki pengaruh luar biasa dalam mempertahankan nilai-nilai keislaman di Sukaumi. Ayahnya bernama Abdul Muhyi dan nama kakeknya adalah Yasin.

Semenjak kecil, beliau hidup dalam keluarga yang cukup sederhana namun sangat menjungjung tinggi nilai-nilai keislaman. Beliau tumbuh di perkampungan yang kebanyakan penduduknya berprofesi sebagai petani. Ahmad Sanusi sejak kecil telah diberikan amanah oleh keluarganya untuk mengembala domba.

Ayahnya sebagai pengasuh pesantren sekaligus sebagai ulama di daerahnya. Sebelum menimba ilmu ke berbagai daerah, Ahmad Sanusi mendapatkan banyak pendidikan di pesantrennya sendiri bersama ayahnya. Memasuki usia ke 17 tahun, beliau mulai mendalami ilmu dari satu pesantren ke pesantren lainnya. Bahkan, beliau melanjutkan pendalaman ilmunya ke wilayah Timur Tengah yaitu kota Makkah.

Munandi Shaleh dalam bukunya yang berjudul K.H. Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan Nasional menjelaskan bahwa Ahmad Sanusi setelah melakukan perjalanan intelektual yang sangat panjang, pada tahun 1915 beliau kembali ke tanah kelahirannya. Atas kegigihannya dalam mendalami keilmuan, Ahmad Sanusi tumbuh menjadi pribadi yang mulia, cerdas dan berkualitas, sehingga sangat berpengaruh terhadap peristiwa penjajahan yang terjadi pada masa hidupnya.

Sekitar abad ke 20, terjadilah pertumpahan darah yang dilakukan oleh kolonial Hindia Belanda. Pada saat itu, semua gerakan kaum pribumi yang diketahui oleh pemerintah kolonial, akan ditangkap dan dipenjara. Sekitar tahun 1926, pemerintah kolonial Hindia Belanda melakukan penangkapan terhadap Ahmad Sanusi dengan dugaan kuat bahwa beliau dan kelompoknya secara diam-diam merancang berbagai gerakan perlawanan.

Baca Juga  Satu Abad Taman Pustaka: Muhammadiyah Menggerakkan Pengetahuan

Kiprah Ahmad Sanusi

Kegelisahanya pemerintahan kolonial Hindia Belanda diperkuat oleh adanya isu yang beredar bahwa berbagai fatwa yang dilontarkan oleh Ahmad Sanusi dapat mempengaruhi masyarakat untuk mendukung tumbuhnya faham revolusioner. Kolonial Hindia Belanda terus berupaya untuk menghentikan aksi yang dilakukan oleh Ahmad Sanusi beserta kelompoknya. Melihat kekacauan yang sedang terjadi, Ahmad Sanusi tetap melanjutkan aksinya meskipun dengan resiko besar terhadap dirinya.

Munandi Shaleh dalam karyanya yang berjudul “K.H. Ahmad Sanusi: Pemikiran dan Perjuangan dalam Pergolakan Nasional” menjelaskan beberapa pergerakan yang dilakukan olehnya, yaitu sebagai berikut:      

Pertama, Ahmad Sanusi mendirikan sebuah organisasi berlandaskan nilai-nilai keislaman demi kelancaran aksinya dalam melawan penjajahan. Organisasi tersebut diberi nama Al-Ittihdijatoel Islamijjah (AII). Organisasi tersebut bergerak untuk meningkatkan kecerdasan masyarakat melalui jalan perbaikan pendidikan yang berlandaskan nilai-nilai keislaman. Dengan demikian, masyarakat dapat berpikir kritis terhadap adanya pemberontakan dari para penjajah.

Kedua, Ahmad Sanusi mendirikan perguruan Syamsul Ulum. Sebagai salah satu gerakan dalam pembinaan kader umat Islam, beliau mendirikan sekaligus mengurus perguruan tersebut. Tentunya, lembaga pendidikan yang beliau dirikan memiliki pengaruh besar dalam pertahanan wilayah Sukabumi berlandaskan nilai-nilai keislaman. Bagi Ahmad Sanusi, masyarakat harus berpikir kritis berlandaskan pemahaman yang komprehensif agar tidak mudah dijajah oleh bangsa lain.

Ketiga, Ahmad Sanusi menjadi anggota BPUPKI. Negara Indonesia pada saat itu mengalami keterpurukan akibat dari penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Belanda. Selepas penjajahan Belanda, Jepang mulai menancapkan bendera penjajahan ke tanah air. Berkisaran tahun 1944, Jepang ikut terlibat dalam kasus Perang Dunia II.

Berbeda dengan taktik keras yang dilakukan pada masa penjajahan Belanda, secara perlahan-lahan bangsa Jepang menarik perhatian masyarakat Indonesia. Tujuannya untuk memperoleh simpati agar mendapatkan bantuan dalam perang Asia Timur Raya dengan menjanjikan akan memberikan kemerdekaan Indonesia apabila mau membantu dalam peperangan Asia Timur Raya.

Baca Juga  Empat Pola Pendidikan Orang Tua Kiai Ahmad Dahlan

Melanjutkan rencana tersebut, pada tahun 1945 tepatnya tanggal 01 Maret, Jepang memberikan pengumuman akan pembentukan suatu badan yang terfokus dalam persiapan kemerdekaan Indonesia dengan nama Dokuritsu Junbi Cosakai berarti Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPKI). Badan tersebut dipimpin oleh R.T. Radjiman Wediodiningrat dan Ahmad Sanusi menjadi anggotanya.

Pemikiran Politik Ahmad Sanusi

Ahmad Sanusi diberikan kesempatan untuk menyampaikan argumentasi berlandaskan nili-nilai keislaman di setiap persidangan. Meskipun, beliau memiliki latar belakang pendidikan pesantren yang sangat kuat, namun atas kecerdasan yang dimilikinya dalam berpolitik ia tidak kalah dengan para cendekiawan lain yang menempuh pendidikan di Barat. Hal itu berhasil beliau buktikan melalui argumentasimya dalam setiap persidangan yang dilakukan oleh BPUPKI.

Asep Mukhtar dalam bukunya yang berjudul “K.H. Ahmad Sanusi dalam Pergolakan Pemikiran Islam dan Pergerakan Kebangsaan di Sukabumi” menjelaskan bahwa sebagai ulama yang hidup pada masa penjajahan, tentu Ahmad Sanusi tidak tinggal diam dalam melakukan pembelaan terhadap tanah air Indonesia.

Beliau banyak berkontribusi dalam merumuskan hubungan antara agama dan negara yang sesuai dengan kondisi situasi Indonesia. Menurut pandangan Ahmad Sanusi, sebuah negara berhak mendirikan kemerdekannya dan terbebas dari pengaruh Negara manapun.

Meskipun mayoritas rakyat Indonesia beragama Islam, Ahmad Sanusi tidak memaksa berdirinya negara dengan ideologi Islam. Akan tetapi, beliau mengupayakan adanya negara yang menerapkan nilai-nilai keislaman tanpa mengesampingkan pemeluk agama lainnya. Beliau menekankan adanya konsep negara yang tidak bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam, namun juga dapat diterima oleh pemeluk agama lainnya.

Menurut Ahmad Sanusi, beliau mendukung adanya konsep Negara Republik yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai keislaman dengan tetap menghargai dan menghormati agama lainnya. Sebab, menurut beliau konsep tersebut sudah sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, apabila terjadi kasus penistaan agama, pemerintah harus tegas dalam menangani kasus tersebut tanpa membeda-bedakan antara agama yang satu dengan agama lainnya.

Baca Juga  Al-Qur'an Tidak Diadopsi dari Yahudi, Kritik Kepada Abraham Geiger

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa Ahmad Sanusi merupakan sosok ulama yang moderat dalam pemikirannya. Beliau memandang segala sesuatunya berdasarkan substansi yang tepat sasaran dan kontekstual dengan situasi kondisi kemasyarakatan yang sedang dihadapinya. Kembalinya Ahmad Sanusi ke tanah air memberikan kontribusi sangat luar biasa yang patut dijadikan contoh tauladan bagi masyarakat Indonesia di masa mendatang.

Editor: Dhima Wahyu Sejati

Andris Nurita
4 posts

About author
Mahasiswa Pascasarjana UIN Sunan Ampel Surabaya
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds