Report

Belajar Mengutamakan Allah dari Yusuf Mansur

2 Mins read

Mungkin kerap kali di dalam kehidupan ini kita dilanda masalah, kesulitan, terlilit hutang, kesusahan, marabahaya, dan segala macam hal lainnya yang kemudian memberatkan kita. Akan tetapi selama ini yang kita lakukan ketika mendapatkan berbagai kepayahan itu ialah mengadu, bercerita, meminta tolong kepada sesama manusia. KH. Yusuf Mansur menyoroti ini sebagai salah satu permasalahan manusia sekarang.

Kita telah lupa bahwa manusia yang kita minta pertolongan tadi juga memiliki berbagai macam persoalan yang juga sedang menimpanya. Kita lupa bahwa ia juga merupakan seorang hamba yang sedang dikerubungi dengan segala kegundahan.

Maka seharusnya ke manakah tempat yang kita tuju pertama kali ketika sedang dirundung duka? Siapakah seharusnya yang pertama kali kita sambangi kala dipertemukan dengan berbagai perkara dunia? Jawabannya Dialah Allah Azza Wa Jalla, Dialah yang sepantasnya kita temui pertama kali ketika ditimpa musibah, Dialah yang Tuhan segala-galanya.

Kurang lebih demikian hal yang disampaikan oleh KH. Yusuf Mansur di dalam sebuah ceramahnya pada tahun 2008 yang kemudian diunggah via Youtube di kanal Kompilasi Tausiyah sehingga dapat kita simak dan dengar kembali kapan pun di manapun kita berada akan pentingnya mengutamakan Allah.

Di dalam rekaman ceramahnya yang berdurasi 30 menit, Pimpinan Pondok Pesantren Daarul Qur’an tersebut mengatakan, “Kalau perlu apa-apa, jangan pernah lari kepada manusia. Tapi datanglah kepada Allah yang punya segalanya, Tuhannya para manusia. Karena Dia tidak pernah sekalipun mengecewakan hamba-Nya.”

Sebuah nasehat sederhana, namun sangat mendalam makna dalam penerapannya. Karena di sinilah kredibilitas seorang hamba dalam meyakini keberadaan Allah Swt sebagai Tuhannya dipertanyakan.

Belajar Mengutamakan Allah di Dalam Setiap Hal

Dalam hal ini, kadar keimanan kita masih terombang-ambing atau tampaknya kita belum benar-benar yakin bahwa Allah Swt adalah Dzat yang telah menciptakan kita. Dialah juga yang menciptakan masalah kita. Dan yang pasti, Allah juga pasti memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah kita.

Baca Juga  Muktamar JIMM 2023: Mendorong Pembaharuan Pemikiran, Pengetahuan, dan Gerakan Muhammadiyah

Sungguh sangat disayangkan bahwa kita telah lalai, kita masih belum bisa mengutamakan Allah, mengistimewakan Allah, menomorsatukan Allah di seluruh sendi kehidupan kita, terutama untuk menunaikan solat tepat waktu.

Kita kadang masih tidak mampu mengendalikan pekerjaan, berarti kita masih jadi budak pekerjaan. Kalau kita masih belum bisa mengendalikan waktu, berarti kita masih menjadi budak waktu.

Maka dengan itu, Ustadz Yusuf Mansur menyarankan kepada para pendengarnya untuk memasukkan anaknya ke pondok pesantren, karena pendidikan di pesantren tidak mengutamakan yang lain kecuali solat.

“Ilmu termahal itu bukan matematika, bukan bahasa Inggris, bukan komputer. Itu mah cuma sekedar pengikut saja. Akan tetapi ilmu termahal buat anak-anak kita adalah bagaimana dia bisa ngomong begini, ‘Pah, sudah adzan. Ayo kita solat!” Itu yang harusnya kita cari!” ujar beliau.

Beliau pun menekankan bahwa program terbesar yang diterapkan di pesantren ialah bagaimana santri-santri kemudian peduli terhadap Allah di mana ketika Allah memanggilnya, dia sudah siap. Mereka akan siap menemui Allah kapan pun dan dalam kondisi apa pun itu jua.

Kenapa Allah? Karena ialah pemimpin dari seluruh pemimpin. Kelak nanti ketika anak kita dewasa, ia kemudian akan patuh terhadap atasannya, akan patuh kepada pimpinannya. Akan tetapi, akan menjadi sebuah permasalahan ketika ia nanti tidak patuh terhadap panggilan Allah yang lebih tinggi pangkat-Nya, posisi-Nya dibandingkan atasannya tadi.

Editor: Shidqi Mukhtasor

Naufal Khair
1 posts

About author
Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik di International Islamic University of Malaysia
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…