Dampak Pandemi Covid-19 Menurut Habib Umar Al-Muthohar
Hadirnya pandemi Covid-19 memberikan banyak perubahan bagi aspek-aspek kehidupan. Entah dari sisi sosial, kebudayaan, pendidikan, bahkan agama. Kita dilatih untuk menerapkan sistem protokol yang sebelumnya belum pernah kita lakukan.
Membiasakan hidup berjauhan antara satu sama lain, membiasakan memakai masker setiap kali kita keluar rumah, membasuh tangan setiap kali hendak atau sesudah melakukan aktivitas, tak lupa membawa hand senitizer setiap keluar rumah.
Pandemi Covid-19 memberikan banyak dampak pada masyarakat Indonesia, baik dari sisi negatif maupun positif.
Dampak Negatif meliputi aspek ekonomi masyarakat Indonesia yang naik turun, banyak buruh pabrik yang tertindas dan phk tanpa pesangon. Dilarang melakukan kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan, tidak bisa mudik waktu lebaran, bahkan sampai ada istilah work from home.
Berbelanja online, sekolah online, sampai-sampai banyak pondok yang memulangkan santri-santrinya dan diganti dengan pengajian live streaming di sosial media.
Namun dengan berjalannya waktu, kita mampu beradaptasi dengan kebiasaan-kebiasaan yang sebelumnya belum pernah kita lakukan. Mentaati himbauan pemerintah untuk selalu memakai protokol kesehatan dan mengurangi gerak aktivitas sosial.
Mauidzhoh Hasanah Habib Umar Al-Muthohar tentang Covid-19
Habib Umar Al-Muthohar adalah pengasuh pondok pesantren Al-Madinah, Gunungpati yang berada di Semarang. Beliau merupakan salah satu ulama’ yang masih termasuk dzurriyah Rasul. Siapa yang tidak mengenali beliau? Habib Umar Al-Muthohar ini masyhur dengan humorisnya dalam berdakwah.
Malam itu, saya ikut serta dalam acara pondok malem selikuran lintas benua(malam 21 Romadhon) secara virtual. Sebelum pembacaan munajat dan do’a, seperti biasa, mauidzoh hasanah tidak pernah terlupakan tiap tahunnya.
Tahun ini, pengisian mauidzoh hasanah diisi oleh Habib Umar Al-Muthohar. Dalam pengajian kali ini, Habib Umar memberi penjelasan tentang hikmah di balik adanya pandemi Covid-19.
Dawuhnya Habib Umar Al-Muthohar dalam acara Malem Selikur, “Ndilalah dalam hari-hari yang kita lakukan pada saat (pandemi) corona ini bisa kita petik hikmahnya”.
“Di masa corona ini, kita dikongkon nganggo masker siji, seng keloro kita disuruh jaga jarak, telu diken cuci tangan” (di masa corona ini, kita disuruh memakai masker yang pertama, yang kedua kita disuruh jaga jarak, ketiga disuruh mencuci tangan).
“Nek sakwise masa corona, kita sek tetep gawe masker, kita sek tetep jaga jarak, cuci tangan. Yo istimewa awak, awak, awak. Alhamdulillah…” (Kalau sesudah masa pandemic, kita masih tetap pakai masker, jaga jarak, cuci tangan. Ya istemewa kita semua. Alhamdulillah….).
***
“Lha rahasiane gawe masker iku opo? Rahasiane smean kabeh gawe masker iku cek samean kabeh gak kakean ngomong...”
“Mergo banyak kerusakan dalam kehidupan bernegara, dalam kehidupan bermasyarakat, dalam kehidupan beragama iku kakean cangkem. Banyak kerusakan muncul itu disebabkan oleh banyaknya bicara.” tuturnya dalam bahasa Jawa campur bahasa Indonesia
“Artinya apa, ayo mari dijaga mulutnya. Yang banyak meleseti manusia sampai masuk ke neraka iku katah e ngomong seng ora nggenah”.
“Nah supaya mulut ini terkendali, biasakanlah berbicara hal-hal yang baik seperti perbanyak wiridnya, sholawatnya, ngajinya sregep kalau tidak bisa ya diam, kalau tidak bisa diam pakai masker” Dawuhnya.
“Karena apa? semua yang keluar dari mulut kita ini, tidak ada yang berharga dihadapan Allah, selain kalimat toyyibah.”
Yang kedua menjaga jarak antara satu dengan yang lain. Dawuhnya Habib, “Jaga jarak yang bagaimana? jangan kita berkumpul atau bergaul dengan sembarang orang ada jarak. Pada semua orang kita berbuat baik, kasih akhlaq yang baik namun untuk kekariban, jangan pada semua orang.”
“Contohnya, kamu orang baik lalu berkumpul dengan orang fasik ya jelas ketularan. Karena jika kamu kumpul dengan orang ya’nah ya kamu juga bakal ketularan ya’nah.” lanjut beliau
Singkatnya, yang ketiga yaitu mencuci tangan.
“Membersihkan tangan, membersihkan tubuh dari kotoran-kotoran duniawi dengan apa? beristighfar. Membersihkan mulut kita yang banyak dosa, tangan kita, dan kaki kita dengan istighfar.”
Kisah Salik
Jadi teringat kisah para salik yang lebih memilih untuk mengasingkan diri dari keramaian duniawi dan bermeditasi guna mendekatkan diri pada Tuhan sang maha Esa. Berbagai macam pendekatan yang dilakukan dengan berdzikir, bersholawat, dan lain sebagainya.
Hal ini bisa dilakukan di tengah wabah pandemi covid saat ini. Kita bisa membersihkan diri dari segala dosa-dosa yang ada pada diri kita dengan cara meng-Esakan ilahi, ber-tafakkur, ber-tadzakkur.
Adapun manfaat berwudu dalam HR. Muslim No. 360 menjelaskan bahwa “Apabila seorang muslim atau mukmin berwudu, lalu membasuh wajahnya, maka akan keluar dari wajahnya setiap kesalahan yang dia lihat dengan kedua matanya bersamaan dengan air atau bersama dengan air tetes terakhir.
Apabila dia membasuh kedua tangannya keluar dari kedua tangannya setiap kesalahan yang dilakukan oleh kedua tangannya bersamaan dengan air atau bersama dengan air tetes terakhir. Apabila dia membasuh kedua kakinya, keluar setiap kesalahan yang dilakukan kakinya bersamaan dengan air atau bersama dengan air tetes terakhir, sehingga dia keluar dalam keadaan bersih dari dosa.
Dalam keadaan pandemi seperti saat ini jika kita selalu berwudhu akan memiliki dua manfaat sekaligus. Selain dijauhkan dari virus corona kita juga dapat melunturkan segala dosa yang kita perbuat.
Selalu mentaati himbauan pemerintah dan tetap patuhi protokol kesehatan adalah termasuk ikhtiyar kita dalam menyikapi pandemi. Semoga kita selalu dalam keadaan yang baik-baik saja, salam sehat untuk kita semua.
Bisa disimak pengajiannya melalui link berikut: https://youtu.be/1ac1FXbSy3M
Editor: Yahya FR