Kiamat sudah dekat (Qs. Alqamar: 1), Kiamat atau hancurnya alam dunia itu sendiri sudah dekat. Semua manusia berpacu atau berlomba berbuat kebaikan sebagai bekal menuju akhirat. Surat Al Qamar sendiri mengisahkan tentang peristiwa mukjizat bulan terbelah.
Mukjizat Bulan Terbelah
Abu Ja’far Ibnu Jarir meriwayatkan, bahwa dia menerima dari Ya’kub dan Ya’kub ini menerima dari Ibnu ‘Athiyah, dan dia ini menerima berita dari pada ‘Atha’ bin as-Saib, dari Abu Abdurrahman as-Sulami. Dia ini berkata: “Pada suatu hari kami berhenti di Madaain sejarak satu farsakh. Maka datanglah hari Jum’at. Hadir ayah saya di sana dan saya pun turut. Di waktu itu berkhutbahlah Huzaifah. Kata beliau: “Ketahuilah bahwasanya Allah Ta’ala telah berfirman bahwasanya Hari Kiamat telah dekat dan bulan pun telah belah dan bahwasanya dunia ini sudah dekat waktunya kita tinggalkan. Ketahuilah bahwasanya hari ini kita menentukan tujuan dan besok kita akan berlomba.” Lalu saya bertanya kepada ayah saya: “Apakah manusia akan berpacu?” Ayahku menjawab: “Engkau terlalu bodoh, anak. Maksud perlombaan (berpacuan), ialah berlomba dengan amalan.” (Hamka, Tafsir Al-Azhar, jilid 9. Juz 27)
Hamka dalam Tafsir Al-Azhar jilid 9 mengatakan: Adapun tentang sabda Tuhan bulan telah terbelah, (Qs. Alqamar: 1) sesungguhnya riwayat bulan terbelah ini, menurut ilmu pertalian dan sanad Hadis, adalah riwayat yang shahih, bahkan telah menjelaskan bahwa riwayat ini adalah mutawatir sifatnya,
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ، قَالَ انْشَقَّ الْقَمَرُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِشِقَّتَيْنِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم ” اشْهَدُوا ”
“Dari Abdullah Berkata bahwa Bulan terbelah menjadi dua bagian di zaman Rasulullah, kemudian Rasulullah Saw bersabda: “Saksikanlah” (HR. Muslim: 7249)
Rasulullah juga bersabda:
عَنْ أَنَسٍ أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً فَأَرَاهُمْ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ مَرَّتَيْنِ.
1545- Dari Anas bin Malik RA, bahwasanya orang-orang Makkah pernah meminta kepada Rasulullah SAW agar beliau menunjukkan kepada mereka kekuasaan Allah. Kemudian Rasulullah SAW mempertunjukkan terbelahnya bulan dua kali kepada mereka. {Muslim 8/133}
Reaksi Kafir Quraisy
Dalam Bukhari dan Muslim diriwayatkan bahwa sebelum Rasulullah (saw) hijrah, berkumpullah tokoh kafir Quraisy, seperti Abu Jahal, Walid bin Mughirah dan Al ‘Ash bin Qail. Mereka meminta kepada nabi Muhammad (saw) untuk membelah bulan. Kata mereka, “Seandainya kamu benar-benar seorang nabi, maka belahlah bulan menjadi dua.”
Rasulullah (saw) berkata kepada mereka, “Apakah kalian akan masuk Islam jika aku sanggup melakukannya?” Mereka menjawab, “Ya.” Lalu Rasulullah berdoa kepada Allah agar bulan terbelah menjadi dua. Rasulullah (saw) memberi isyarat dengan jarinya, maka bulanpun terbelah menjadi dua. Selanjutnya sambil menyebut nama setiap orang kafir yang hadir, Rasulullah (saw) berkata, “Hai Fulan, bersaksilah kamu. Hai Fulan, bersaksilah kamu.”
Orang-orang Quraisy pun bergegas menuju keluar batas kota Mekkah menanti orang baru pulang dari perjalanan. Ketika datang rombongan yang pertama dari perjalanan menuju Mekkah, orang-orang musyrik pun bertanya, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh dengan bulan?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Pada suatu malam yang lalu kami melihat bulan terbelah menjadi dua dan saling menjauh kemudian bersatu kembali…” Maka sebagian mereka pun beriman, dan sebagian lainnya lagi tetap kafir/ingkar).
Mendustai dan Mengikuti Hawa Nafsu
Atas peristiwa ini Allah SWT menurunkan ayat Al Qur’an: “Sungguh, telah dekat hari kiamat, dan telah terbelah bulan, dan ketika melihat tanda-tanda kebesaran Kami, merekapun ingkar lagi berpaling seraya berkata, “Ini adalah sihir yang terus-menerus”, dan mereka mendustakannya, bahkan mengikuti hawa nafsu mereka. Dan setiap urusan benar-benar telah tetap…” (QS. Al Qomar 54:1-2)
Hamka menuliskan “Mereka mendustai dan mengikuti hawa nafsunya (ayat 3) Orang-orang kafir akan terus mendustakan, diberi keterangan atau tidak diberi keterangan, dikemukakan dalil-dalil ataupun tidak dikemukakan. Mereka telah terlebih dahulu menyumbat telinga sendiri sehingga kebenaran tidak bisa masuk, dan yang mereka ikuti tidak lain dari hawa nafsu, yang di zaman modern ini kita namai sentimen atau emosi.
Editor: Nabhan