Perspektif

Jihad Literasi ala Pramoedya

4 Mins read

Oleh: Iffatus Sholihah*

Dewasa ini, kemajuan teknologi dan informasi kian pesat merasuki sendi-sendi kehidupan. Khususnya kaum terpelajar yang menjadi aset masa depan dalam membangun kemajuan bangsa dan negara.

Sebagai aset yang berharga, kaum terdidik harus menyadari bahwa kita memang tidak lagi berjihad melawan penjajahan kolonianisme Belanda. Melainkan kita melawan penjajahan baru. Yaitu penjajahan melawan diri kita sendiri dari gempuran hiburan: virtual game, gaya hidup hedon, malu bercakap Indonesia (yang cenderung pede dengan bahasa asing), dan jihad dalam dunia literasi.

Sebagaimama yang termaktub dalam kitab Fathul Mu’in oleh Syekh Zainuddin perihal jihad. Menurutnya, jihad merupakan fardhu kifayah bagi setiap orang (al-jihadu huwa fardl kifayatu kullu ‘am).

Fardhu kifayah itu bermakna bahwa beban hukum seseorang akan terlepas apabila ada orang lain yang sudah melaksanakan. Jihad dalam kitab tersebut bermakna sangat luas. Hal ini berarti tetap relevan jika jihad itu diterapkan dalam hal literasi.

Ikhtiar Jihad Literasi

Dunia literasi memang tidak ada habisnya didiskusikan. Karena ia merupakan aktivitas manusia yang tidak terlepas dari kehidupan sehari-hari. Lalu, seberapa pentingkah literasi ini bagi kita? Jawabannya tentu sangat penting. Karena ini menyangkut media untuk memahami dunia dan seisinya.

Literasi yang mungkin dipahami banyak orang adalah membaca dan menulis. Namun, makna literasi tidak hanya sampai di situ. Ada hal lain yang juga tidak kalah pentingnya dari sekadar membaca dan menulis.

Hal yang sama juga disebutkan di dalam Alquran bahwa literasi tidak hanya sekadar proses membaca atau menulis. Melainkan pula mencakup proses memahami dan menganalisis keadaan yang terjadi.

Sehingga informasi dan pengetahuan yang diperoleh tidak hanya dicerna sampai pada tahap permukaan saja. Akan tetapi juga dianalisis hingga tahap yang paling mendasar.

Baca Juga  Upaya Komunal Masyarakat Moderat dalam Pandemi Covid-19

Semangat literasi dalam Islam, juga ditunjukkan oleh para perawi hadis. Ketika mereka mencari sanad sampai ke Nabi Muhammad, bahkan latar belakang dari masing-masing sanad juga harus diketahui dengan jelas.

Selain itu, untuk menjadi seorang perawi hadis juga harus memenuhi syarat terlebih dahulu, seperti memiliki ingatan yang kuat (dhabit), terpercaya (tsiqqoh), dan lain sebagainya.

Salah satu tokoh yang bergelut dalam jihad literasi ini adalah Pramoedya Ananta Toer, yang biasa kita kenal dengan mbah Pram. Beliau merupakan pelopor karya sastra Indonesia yang memiliki karya mendunia dan usia yang cukup panjang.

Pram adalah salah satu penulis terbaik yang dimiliki Indonesia. Walaupun begitu,  banyak rintangan dan tantangan dalam sejarah hidupnya yang penuh dengan lika-liku.

Pramoedya Berkarya Meskipun di Penjara

Lahir dari seorang ayah yang berprofesi sebagai guru sekolah dan ibu yang berasal dari keluarga yang sholeh pada tanggal 6 Februari 1925 di Kota Blora, Pram merupakan pahlawan gerakan anti kolonial Indonesia. Ia adalah seorang pejuang hak asasi manusia dan kebebasan berbicara.

Pada usia mudanya, dia bergabung dengan pejuang anti kolonial melawan Jepang selama perang dunia II. Kemudian terdaftar sebagai pasukan melawan penjajah Belanda.

Pada tahun 1947, Pram dipenjarakan oleh Belanda dan terjun dalam dunia tulis menulis pada usianya yang ke 24 tahun. Selama 2 tahun penahanannya, Pram menghasilkan novel pertamanya. Walaupun hanya menempuh pendidikan Sekolah Dasar, Pram membuktikan kemampuan intelektualnya melalui tulisan yang dia hasilkan.

Dari hasil karyanya, beliau sudah menulis lebih dari 50 buku fiksi maupun non-fiksi. Tidak heran lagi apabila dirinya disebut sebagai sastrawan terbaik Indonesia.

Karya Pram banyak menuai penolakan dan pencekalan hingga akhirnya sampai tiga kali beliau masuk penjara. Akan tetapi, hal itu tidak menyurutkan semangatnya untuk tetap menulis.

Baca Juga  Masjid Harus Menjadi Tempat Ibadah yang Inklusif dan Ramah Penyandang Disabilitas

Ketika tidak ada pena dan kertas yang dapat  digunakan untuk menulis, Pram menceritakan kisahnya pada sesama tahanan. Bisa dibilang, Pram menghabiskan masa dewasanya dari balik penjara.

Konten Karya Pram

Tulisan Pram memuat banyak kolom dan artikel pendek yang mengkritik pemerintahan Indonesia terkini. Tulisan-tulisannya banyak menyentuh tentang  tema interaksi antarbudaya; antara Belanda, kerajaan Jawa, orang Jawa secara umum, dan Tionghoa.

Tidak luput juga, banyak dari tulisannya yang mendeskripsikan tentang kehidupannya sendiri. Selama hidupnya, Pram tetap aktif sebagai penulis dan kolumnis. Pram juga punya kegemaran merokok, sehingga di masa usia yang sudah lanjut, kesehatannya semakin menurun. Akan tetapi, Pram tidak pernah absen untuk tetap mengeluarkan karya.

Tidak hanya itu, Pram juga memiliki ketertarikan sastra dengan tema  wanita. Karyanya mencakup banyak potret kompleks dan berbagai jenis wanita dengan cara yang tak tertandingi orang-orang se-zamannya. Antara lain menjadikan wanita sebagai tokoh utama karyanya, stereotip wanita, wanita terpinggirkan, kekasih, pelacur dan lain sebagainya.

Menulis untuk Keabadian

Hikmah yang dapat dipetik dari kisah Pram adalah ketekunan beliau yang sangat mencintai dunianya. Dengan segenap tenaga beliau curahkan hidupnya hanya untuk menulis dan menulis. Hingga menua pun ia tidak pernah lelah untuk menghasilkan sebuah karya.

Seperti yang pernah dikatakan oleh beliau; orang boleh pandai setinggi langit. Akan tetapi, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah, selama ia tidak menulis. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.

Pramoedya adalah panutan anak muda yang tak kenal lelah dan takut. Sekalipun harus menjalani sebagian banyak kehidupan di dalam penjara, dia tetap mengeluarkan karya yang diakui dunia.

Meskipun dulu beliau mendapatkan perlakukan yang kurang mengenakkan karena karya-karyanya, mulai dari penolakan, pencekalan hingga beliau masuk penjara sampai tiga kali. Saat ini karya-karyanya mulai mendapatkan banyak respon dari beberapa pihak untuk difilmkan, termasuk film Bumi Manusia dan Pemburuan.

Baca Juga  Jangan Pinjam dan Kotori Baju Islam

Pada hakikatnya, jihad literasi merupakan jalan panjang bagi kita untuk memulainya, merawat, dan mempertahankannya.

Pertama: Memulainya tentu kita rasakan sejak kita mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar. Kita diajarkan tidak hanya pendidikan wacana lisan, melainkan kemampuan menulis. Meskipun hal tersebut terpulang kepada semangat masing-masing individu.

Kedua: Merawat dan mempertahankan dunia literasi baca tulis, memang hal yang gampang susah. Karena ketika telah mengenali dan memperaktikkannya, maka godaannya adalah rasa malas serta berpuas diri.

Ini dua penyakit di antara penyakit lainnya. Sekalipun demikian, kita harus tetap merawat dan mempertahankannya untuk berjihad dalam medan perang literasi baca tulis secara kontiyu.

Oleh karena itu, jihad literasi merupakan cara untuk kita bersuara dengan pena dan menumbuhkan kecintaan dengan membaca untuk menambah wawasan serta memahami dunia secara lebih luas.

Tentu melalui dari sudut pandang yang berbeda-beda. Sehingga pada akhirnya, kita tidak mudah merasa benar sendiri dan tidak saling menyalahkan bakat dan potensi literasi antara satu dengan lainnya. Wallaahu a’lam bish shawab.

 

*Alumnus Pascasarjana Prodi Interdisciplinary Islamic Studies UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

 

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds