Perspektif

Iri? Bilang, Bro Giring!

2 Mins read

Kamus besar bahasa Indonesia mengartikan kata sirik sebagai iri hati, dengki. Penyakit ini benar-benar membahayakan. Orang yang terkena penyakit ini bisa tak tenang hidupnya. Mereka yang mengidap iri/dengki akan memupuk kebencian dan bahayanya bisa lebih brutal dari hewan.

Di Indonesia, dengki/iri meluluhlantakkan profesionalitas. Orang bisa dengan mudah menjadi korban pemecatan karena persoalan iri.

Sifat Iri Hati

Pejabat A atau Menteri B, atau bahkan Gubernur C tiba-tiba dipecat atau tersandung kasus. Kalau dilihat dalam kehidupan nyata, mirip sinetron.

Orang bisa mati rasa karena sifat iri. Banyak kasus dalam birokrasi kita. Korban konflik personal dalam lingkungan pekerjaan bermula dari rasa iri. Model kepemimpinan yang canggih dan paling mutakhir sekalipun menjadi kalang kabut saat yang ditangani masalah ‘hati’. Tidak mudah, pelik dan penuh resiko. Selalu saja ada yang belum puas saat yang ditangani adalah masalah hati, terlebih mengatasi rasa “iri” tentu amat kompleks.

Kisah anak Adam, Qabil dan Habil adalah kisah paling awal bagaimana iri hati atau dengki bisa melumat nyawa. Dalam sejarah ekonomi, manusia memakan manusia lain belum pernah setragis kisah Habil dan Qabil. Namun, dalam praktik di kehidupan nyata, banyak kita temukan “orang tega makan orang” secara riil.

Kerugian karena Sifat Iri

Sikap iri hati memang tidak bisa bermesraan dengan profesionalisme. Banyak korban dari sikap iri dalam keseharian kita. Ada orang baik, pejabat baik tiba-tiba harus dipecat karena tidak disukai Si B. Ada menteri B baik hati tapi dipecat–atau direshuffle, bahasa halusnya–karena tidak banyak disukai para pengusaha misalnya.

Watak iri ini ternyata tidak timbul di kalangan pejabat semata. Dalam level paling bawah di pemerintahan RT sekalipun, ada saja warga masyarakat yang menggunakan senjata ‘iri’ untuk memperoleh kedudukan sebagai ketua RT atau lurah. Tanggungjawab, profesionalitas sampai dengan konpetensi menjadi nilai-nilai yang terlewatkan saat sikap iri hati muncul. Pertimbangan-pertimbangan yang muncul bukan lagi rasional melainkan irasional dan jelas ngawur. Agama sendiri memberi ilustrasi mengerikan perihal sikap iri hati. “Dengki akan membakar amalan seseorang seperti api yang membakar kayu bakar.” (Al hadist).

Baca Juga  Hasil Survei, Rezim Elektabilitas, dan Keberanian Partai Politik yang Perlu Dipuji

Dalam masyarakat Jawa, sikap iri hati tidak hanya melibatkan dunia nyata, tapi juga turut menghadirkan dunia maya (dunia metafisika). Orang yang iri hati bisa langsung berhubungan dengan dukun, tabib, atau pelaku ilmu gaib untuk mencelakai orang yang didengki. Dalam Madilog, Tan Malaka menolak pola pikir yang masih tertuju pada takhayul maupun hal-hal irasional seperti ini. Tan menilai pemikiran “iri hati-membuat orang Indonesia tidak maju”.

Politik di Jawa tidak bisa terhindar dari politik KKN. Jejaring atau saling kenal bisa menjadi kunci untuk masuk dalam dunia apapun termasuk dunia kerja. Bukan watak orang Jawa membiarkan saudaranya, membiarkan temannya, atau membiarkan orang yang dia kenal gagal.

Jejaring dalam dunia modern adalah sangat penting, dulu berjejaring terjalin karena kebutuhan yang sama. Saat ini jejaring di dunia modern lebih luas, lentur dan memiliki motif yang kompleks. Iri hati memang telah meremukkan sendi-sendi ekonomi, politik, dan kehidupan kita.

Kasus Giring Nidji

Muhammadiyah menjadi teladan dalam perkara mencegah iri hati. Hampir sebagian besar karyawan atau guru di Muhammadiyah tidak terjebak pada aspek iri hati. Mereka sudah pasrah dengan kuasa Tuhan. “Nrimo ing pandum,” kata orang Jawa.

Saya yakin banyak yang iri dengan PDIP saat ini yang sedang memimpin pemerintahan. Banyak yang sedang melihat-lihat dan mencari peluang untuk tampil di 2024. Mendengar dan menyimak komentar Giring, Plt Ketua Umum PSI, yang menyebut Anies pembohong dan tudingan lainnya saya jadi berpikir dan berkomentar, “Iri? Bilang, bosss!.”

Editor: Nabhan

Avatar
35 posts

About author
Pegiat Literasi
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds