IBTimes.ID – Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Kabupaten Malang, menggelar pengajian bulanan di Taman Rekreasi Sengkaling UMM dengan tema “Dialektika Muhammadiyah dan Budaya,” Minggu (31/8/2022). Narasumber dalam agenda tersebut adalah Dr. H. Hamim Ilyas, M.A., Wakil Ketua Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.
Terinspirasi dari Ketua PDM Kabupaten Malang, Dr. H. Mursidi, M.M., yang melontarkan istilah “Me-Muhammad-kan diri,” Dr. Hamim Ilyas mengajak para peserta pengajian untuk bersikap baik atau ihsan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam momen tersebut, Dr. Hamim menyatakan bahwa warga Muhammadiyah merupakan orang-orang yang beragama, dengan cara yang berkemajuan dan menggembirakan. Pernyataan ini, menurutnya, bukan slogan semata, karena Muhammadiyah mendudukkan Islam dengan definisi yang jelas dan lengkap.
Dengan merujuk Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah, Dr. Hamim menjelaskan, “Agama yakni agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. ialah apa yang diturunkan di dalam al-Quran dan yang tersebut di dalam Sunnah yang sahih; berupa perintah-perintah dan larangan-larangan, serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat.”
Karena berorientasi menggapai kebaikan manusia di dunia dan akhirat atau (li shalahi al-‘ibadi dunyahuwa wa ukhrahum), maka itulah yang dianggap memajukan kehidupan.
Untuk memahami itu semua, Dr. Hamim memberikan contoh-contoh yang ringan, namun aktual. Dalam membantu korban erupsi merapi, misalnya, Muhammadiyah melalui Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) turun langsung ke lapangan dengan cepat, sigap dan tangkas, serta amanah (akuntabel, transparan dan tepat sasaran).
MDMC tidak hanya mengirim kebutuhan logistik, namun juga membantu korban bencana yang sakit dengan mengupayakan bantuan medis sekaligus terapi trauma atau healing.
“Muhammadiyah melakukan terapi trauma healing supaya korban lebih tentram,” ujarnya.
Secara lebih jauh, Muhammadiyah juga berkontribusi dalam membangun rumah hunian sementara, sesuai dengan jadwal yang ditentukan (tepat waktu).
“Muhammadiyah hadir untuk membantu dan mengawal hingga semuannya rampung,” menurut hematnya.
Dr. Hamim menjelaskan bahwa larangan yang ada di dalam al-Qur’an bukanlah hal yang patut dilakukan. Tapi segala upaya dalam rangka melaksanakan perintah dan menghindari larangan al-Qur’an, bertujuan mewujudkan kemaslahatan. Karena itu, ia mengingatkan bahwa tugas manusia sebagai hamba Allah sangatlah banyak.
Muhammadiyah menerjemahkan konsep li shalih al-‘ibad sebagai konsep beragama yang menjamin kesejahteraan hidup manusia, baik secara materiil dan spirituil. Menurut dosen di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta ini, “Orang baik adalah orang yang mewujudkan kesejahteraan secara material dan spiritual. Sedangkan, kesejahteraan yang dimaksud adalah kemampuan memenuhi kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.”
“Jika dulu kita memahami ukuran sejahtera hanya tiga, kini ditambah dua, kesehatan dan pendidikan,” tambah Dr. Hamim. Tentu Muhammadiyah mendukung hal ini.
Karena itu, Muhammadiyah memiliki amal usaha di bidang kesehatan dan pendidikan yang banyak dan kuat. Untuk menyuplai kebutuhan tenaga medis, Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) melalui Fakultas Kedokteran dan Fakultas Ilmu Kesehatan memproduksi para dokter dan tenaga kesehatan yang siap mengabdi di tengah-tengah masyarakat.
Muhammadiyah berkontribusi di berbagai bidang kehidupan. Bagi Muhammadiyah “banyak-banyak memberi” untuk sesama, merupakan hal yang berarti. Di samping itu, Muhammadiyah mengutamakan prinsip “tangan di atas,” sehingga warga Muhammadiyah bermental kaya dan bersikap ihsan. Demikianlah yang dimaksud dengan me-Muhammad-kan diri menurut Dr. Hamim.