Report

Nyai HJ. Badriah Fayumi: Mengarusutamakan Ulama Perempuan

2 Mins read

IBTimes.ID – Salah satu keberhasilan terbesar Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) adalah menyuarakan dan mengaungkan kata ulama perempuan di tengah masyarakat umum hingga di berbagai perbincangan akademik. Kata ulama perempuan sudah menjadi kata yang populer dan disebut di mana-mana saat ini.

Hal tersebut disampaikan oleh Nyai Hj. Badriah Fayumi selaku Ketua Majelis Musyawarah KUPI dalam pidatonya pada Kongres Ulama Perempuan Indonesia ke 2 di Pondok KH Hasyim Asy’ari Jepara, Jawa Tengah (24/11/2022).

“Kisaran tiga puluh tahun yang lalu, belum ada itu kata ulama perempuan. Karena kalau kita menyebut ulama itu yang ilmunya tinggi, kaderisasinya di pondok pesantren selama puluhan tahun. Tak akan pernah terbayang kok ada ya ulama perempuan,” ungkap Badriah.

Namun hari ini, bukti transformasi kepemimpinan dari ulama laki-laki ke ulama perempuan sudah banyak ditunjukkan di linkungan pendidikan, baik yang berbasis negeri, swasta bahkan di pondok pesantren. Sehingga paradigma kepemimpinan yang tunggal hanya pada ulama laki-laki, namun hari ini telah berubah dan beraneka ragam.

Badriah menyebutkan, setidaknya ada tiga macam kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan ulama laki-laki. Kedua, kepemimpinan ulama perempuan. Ketiga, kepemimpinan kolaborasi antara ulama laki-laki dan ulama perempuan.

Di awal tahun 2019, lembaga pesantren mulai mengenal istilah fiqhunnisa’, begitupun dengan perguruan tinggi yang mulai memasukkan keadilan dan kesetaraan gender melalui studi-studi islam dan  kurikulumnya. Bahkan ormas-ormas keagamaan seperti Fatayat, Muslimat, Aisyiyah, Nasyiatul Aisyiyah juga fokus dengan programnya masing-masing,

Menurut Badriah, di tengah banyaknya masyarakat yang menginginkan KUPI menjadi organisasi ataupun ormas perempuan islam. Ia kembali menegaskan bahwa KUPI bukanlah seperti itu. KUPI adalah gerakan, ruang perjumpaan, ruang bersama, namun diselenggarakan dan dilaksanakan oleh semua elemen yang siap berkontribusi dan mendedikasikan diri untuk membesarkan dan mencapai cita-cita KUPI secara bersama-sama.

Baca Juga  Sukidi: Terkoyaknya Kebhinekaan, Hilangnya Kebebasan Berkeyakinan

KUPI menjadi ruang perjumpaan bagi ulama perempuan, aktivis perempuan untuk mempertemukan pemikiran dari sudut pandang perempuan tentang keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, dan kesemestaan.

“Kongres Ulama Perempuan Indonesia ini bukan kongres untuk memilih kepengurusan, tetapi bagaimana kita mampu melahirkan sebuah pemikiran dan strategi gerakan yang bagus untuk KUPI kedepannya,” ujar Badriah Fayumi.

Adapun di kongres ke 2, KUPI akan mempertegas perwujudan dari empat visi KUPI yang terintegrasi satu sama lain. Di antaranya; 1) Keislaman, 2) Kebangsaan, 3) Kemanusiaan, 4) Kesemestaan.

KUPI juga mengambil tema-tema penting tentang; Pertama, peminggiran perempuan dalam menjaga NKRI dari bahaya atas agama. Kedua, pengelolaan sampah untuk keberlanjutan lingkungan hidup dan keselamatan perempuan. Ketiga, perlindungan perempuan dari bahaya pemaksaan perkawinan. Keempat, perlindungan jiwa perempuan dari bahaya kehamilan akibat pemerkosaan. Kelima, perlindungan perempuan dari bahaya pelukaan, pemotongan tanpa alasan medis.

Bagi Badriah, apa yang KUPI hasilkan adalah bagian dari komitmen KUPI untuk melakukan transformasi sosial. Kita ingin melakukan perubahan dengan menghindari sebanyak-banyaknya kontroversi dan kegaduhan.

“Saya berharap selama tiga hari berkongres ini kita bisa memujudkan satu rumusan bersama yang nantinya akan kita terapkan dan kita jalankan sesuai dengan bidang kita masing-masing. Sehingga dari situlah kita bisa melakukan transformasi dalam tatanan kehidupan,” tutup Badriah Fayumi.

(Yusuf)

Avatar
1344 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Savic Ali: Muhammadiyah Lebih Menderita karena Salafi Ketimbang NU

2 Mins read
IBTimes.ID – Memasuki era reformasi, Indonesia mengalami perubahan yang signifikan. Lahirnya ruang keterbukaan yang melebar dan lapangan yang terbuka luas, nampaknya menjadi…
Report

Haedar Nashir: dari Sosiolog Menjadi Begawan Moderasi

2 Mins read
IBTimes.ID – Perjalanannya sebagai seorang mahasiswa S2 dan S3 Sosiologi Universitas Gadjah Mada hingga beliau menulis pidato Guru Besar Sosiologi di Universitas…
Report

Siti Ruhaini Dzuhayatin: Haedar Nashir adalah Sosok yang Moderat

1 Mins read
IBTimes.ID – Siti Ruhaini Dzuhayatin Guru Besar UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta menyebut, bahwa Haedar Nashir adalah sosok yang moderat. Hal itu terlihat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *