Perspektif

Kegembiraan atau Kesedihan Ajeg: Berkaca pada Messi dan Argentina

3 Mins read

Lionel Messi akhirnya mampu mewujudkan ambisi terbesarnya. Dia sukses membawa Argentina meraih juara di Piala Dunia 2022 usai menaklukkan Prancis. Pemain 35 tahun itu kini tercatat mampu mencetak 26 gol di semua turnamen di bawah naungan FIFA. Ia benar-benar telah menjadi mega bintang di dunia sepak bola. Kemenangan itu telah melengkapi prestasi luar biasa dalam hidupnya. Kini, ia berhasil menyamai pencapaian legenda Timnas Argentina, Diego Maradona.

Layaknya orang-orang yang sedang mensyukuri kemenangan, ribuan suporter Argentina berkumpul di zona penggemar di Buenos Aires. Mereka menyaksikan Argentina saat mengalahkan Prancis di layar lebar. Larut dalam kemenangan, sambil membawa serta bendera, topi, dan kaus biru-putih ikonik negara itu. Rakyat Argentina mengambil alih pusat kota dan tempat-tempat ikonik lainnya dalam beberapa menit setelah kemenangan.

Usai meraih kemenangan, saya menduga, bahwa ini adalah puncak capaian hidup Messi dalam dunia sepak bola. Mungkin ia akan pensiun. Mengingat usianya yang sudah 35 tahun. Impian paling diinginkan para pemain sepak bola dunia pun sudah berhasil diraihnya. Lalu berharap apa lagi? Ternyata dugaan itu keliru.

“Tidak, saya tidak akan pensiun dari tim nasional. Saya ingin terus bermain sebagai juara Piala Dunia dengan seragam Argentina,” ungkap Messi kepada TyC Sports (kumparan.com)

Sukses dan capaian lain Messi mungkin tidak akan berhenti pada dunia sepak bola. Prestasi gemilang lainnya bisa jadi masih akan masih terus diraihnya. Sebagai brand ambassador dalam berbagai produk pakaian olah raga. Sebagai pengusaha hotel dan property mewah dan pengguna Instagram dengan jutaan pengikut. Tentu semua hal yang melekat dalam diri Messi, akan membuahkan banjir berkah harta dalam hidupanya. Ia akan menjadi salah satu manusia langka, yang lekat dengan puja puji dari orang lain di seluruh dunia.

Baca Juga  Orang Punya Ilmu Agama Minim, Boleh Berdakwah?

Cerita Kontra

Menjelang subuh, saat membuka laman media sosial, ia sudah penuh dengan beragam cerita sorak sorai, lengkap dengan tampilan gambar creative dan lucu-lucu. Orang orang memuja Messi sekaligus meledek Mbappe yang sedih karena Perancis kalah. “Oh Argentina menang”. Bisik batinku. Saya segera membuka kanal YouTube versi 10 menit untuk melihat gol demi gol yang dicetak oleh para pemain Perancis dan Argentina. Saya tidak kuat begadang, meski untuk nonton piala dunia. Apalagi di rumah sedang sepi tanpa istri.

Pada urutan pesan-pesan WhatsApp selanjutnya, seorang pengamen sedang muntah darah karena sakit paru-paru. Dia butuh ongkos untuk menunggu putrinya yang akan menjalani operasi tumor lidah di Rumah Sakit Umum Daerah Pamulang. Saat mengamen di Pasar Malam, udara dingin malam telah merontokkan pertahanan tubuh dan menembus sakit asmanya yang akut.  

Belum selesai di situ. Ada pesan lain masuk yang tidak kalah sedih. Seorang Ibu tunggal dengan tiga anak, sedang butuh dana untuk melunasi tunggakan SPP sekolah anak-anaknya. Menjelang akhir tahun, rapor siswa harus segera dibagikan. Tunggakan uang sekolah pun harus segera dilunasi. Jika tidak, maka anak-anaknya akan malu karena belum melunasi tunggakan SPP dan pembagian rapor akan tertunda.

Pagi ini, cerita tentang dunia kecil yang terkisahkan dalam laman media sosial saya cukup lengkap. Mulai dari cerita kegemberiaan warga Argentina dan para pendukung fanatiknya, hingga berita kesedihan dari kawan-kawan lama yang sedang teruji kesabaran hidupnya. Perjalanan hidup manusia memang akan selalu begitu. Selalu ada kegembiraan dan sebaliknya.

Kegembiraan dan Kesedihan yang Ajeg

Warga Argentina memang sedang sangat bergembira, karena kemenangan tim mereka dalam ajang piala dunia 2022. Di sudut yang berbeda, negeri mereka tengah berduka. Argentina sedang dilanda lonjakan inflasi tinggi dan krisis ekonomi. Sekitar 40 persen penduduk Argentina tengah terdampak. Mereka sedang jatuh ke dalam kemiskinan serius.

Baca Juga  Rekam Jejak Konflik Hamka dengan Komunisme

“Kami bisa memenangkannya dengan nyaman, meski kami sedang menderita karena krisis,” kata Rogelio Vazquez, seorang pendukung Argentina sebagaimana dilansir Reuters.

Sebelum Argentina mampu meraih juara, ia terlebih dahulu dikalahkan oleh Saudi Arabia pada laga pembuka. Kekalahan yang tidak disangka itu sungguh menyakitkan. Konon, kekalahan itu pula yang menjadi bahan bakar ampuh yang mampu melecut tim Argentina untuk terus melaju hingga ke final Piala Dunia.

Mungkin, jika perjalanan mereka terlalu mulus, mudah dalam meraih kemenangan, seperti yang mereka kehendaki, maka manusia akan semakin jumawa. Mereka akan menganggap dirinya mampu mewujudkan apa saja yang mereka kehendaki. Cukup dengan bekal latihan keras dan strategi matang. Mengabaikan faktor lain yang ada di belakangnya. Dari sebuah permainan sepak bola, di mana hasilnya tidak selalu bisa diatur sesuai kehendak para pemainnya, saya semakin percaya pada kekuatan yang gaib.  

Jika rakyat dan pendukung Argentina sedang begitu bergembira meraih kemenangan, maka kepada kawan-kawanku yang sedang berada pada fase kesedihan, bersiaplah untuk menemukan tahapan lain yang berkebalikan. Saya selalu percaya, bahwa di dalam hidup ini, tidak ada kegembiraan yang ajeg dan terlalu. Sebaliknya pun demikian. Keduanya akan selalu hadir, datang silih berganti. Ia tidak pernah lebih dahulu minta restu, sesuai yang kita kehendaki.

Allah telah menciptakan pertanda yang cukup jelas. Pertanda yang memberi isyarat yang seharusnya bisa dibaca oleh manusia. Pertanda yang memberi kabar tentang sebuah hasil akhir yang penuh kesedihan atau kegembiraan. Rasa syukur dan penerimaan yang lebar, menjadi bekal sederhana untuk menerima keduanya dengan rasa yang biasa-biasa saja.

Ahsan Jamet Hamidi
5 posts

About author
Ketua Pimpinan Ranting Muhammadiyah Legoso – Ciputat Timur Program Officer The Asia Foundation
Articles
Related posts
Perspektif

Kejumudan Beragama: Refleksi atas Bahtsul Masail Pesantren NU yang Kurang Relevan

3 Mins read
Bahtsul Masail, tradisi intelektual khas pesantren Nahdlatul Ulama (NU), adalah salah satu warisan berharga dalam khazanah keilmuan Islam di Indonesia. Forum ini…
Perspektif

Menjadi Guru Hebat!

3 Mins read
Peringatan Hari Guru Nasional (25 November) tahun ini mengangkat tema, “Guru Hebat, Indonesia Kuat”. Tema ini menarik untuk dielaborasi lebih jauh mengingat…
Perspektif

Mengapa Masih Ada Praktik Beragama yang Intoleran?

3 Mins read
Dalam masyarakat yang religius, kesalihan ritual sering dianggap sebagai indikator utama dari keimanan seseorang. Aktivitas ibadah seperti salat, puasa, dan zikir menjadi…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds