Agama merupakan sesuatu yang sangat melekat dalam kehidupan setiap manusia. Sejak manusia lahir ke dunia, Agama merupakan identitas terbesar dan paling berharga yang dibawa oleh manusia melalui pengaruh lingkungan dan orang tua. Agama dapat diartikan sebagai sebuah sistem yang mengatur tata keimanan atau kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan yang diyakini. Perjalanan panjang agama di muka bumi telah masuk ke berbagai macam lapisan dan kelompok masyarakat sehingga timbul sebuah pemaknaan yang berbeda-beda dan terus bergerak hingga saat ini.
Manusia dengan segala kompleksitasnya selalu berusaha mencari segala pertanyaan besar yang mengusik pikirannya. Pertanyaan mendasar yang sering mengusik pikiran manusia adalah pertanyaan tentang konsep Tuhan, sehingga keberadaan agama merupakan jembatan bagi manusia untuk memahami tentang konsep ketuhanan itu sendiri.
Definisi Dasar
Sejak masa prasejarah hingga zaman modern ini, manusia selalu dihadapkan dengan dua kelompok besar agama, yaitu agama Samawi dan non-Samawi atau biasa disebut sebagai agama Ardhi. Agama samawi dapat diartikan sebagai agama yang muncul langsung dari Tuhan melalui wahyu yang dibawakan oleh utusan-Nya. Kata Samawi merujuk kepada arti langit, sebab Agama Samawi merupakan agama yang diturunkan dari langit oleh Tuhan yang berada di atas langit. Sedangkan agama non-samawi adalah agama yang diciptakan dari hasil pengembangan sebuah kebudayaan dalam masyarakat atau pemikiran seseorang yang dianggap suci yang diterima secara masif oleh banyak lapisan masyarakat.
Konsep Ketuhanan Agama Samawi dan Non-Samawi
Meskipun kedua kelompok agama ini sama-sama memiliki Zat Tertinggi yang dianggap sebagai Tuhan, namun secara konsep dasar terdapat banyak perbedaan yang sangat jelas. Agama-agama samawi seperti Islam, Kristen dan Yahudi memiliki pandangan bahwa Tuhan adalah Zat yang berdiri sendiri tanpa sesuatu pun yang mampu menyamainya. Tuhan adalah Zat Yang Maha Sempurna, yang mengatur, menguasai, dan memiliki segalanya. Tuhan mengutus seorang Rasul melalui wahyu untuk menyampaikan hakikat Ketuhanan-Nya kepada manusia. Agama Samawi juga berpandangan bahwa Tuhan merupakan Sang Pengadil satu-satunya manusia di hari kebangkitan setelah kematian seluruh umat manusia.
Dalam agama samawi, sosok Rasul atau utusan Tuhan merupakan manusia yang dianggap memiliki kelebihan dan kemuliaan dari manusia lainnya, sebab sosok Rasul selain merupakan penyampai wahyu Tuhan juga merupakan suri tauladan bagi umat pemeluk agama-agama samawi. Konsep Tuhan tidak dibuat sendiri oleh sekelompok manusia, namun melalui penjelasan wahyu-wahyu Tuhan yang disampaikan oleh utusan Tuhan. Wahyu-wahyu Tuhan dalam agama Samawi dihimpun menjadi sebuah kitab suci sebagai pedoman penganutnya.
Berbeda dengan agama samawi, agama non-Samawi menggambarkan Tuhan sebagai sosok yang tinggi, serta tidak dapat terpikirkan atau tidak berwujud karena diluar batas kemampuan nalar manusia. Pemeluk agama non-Samawi mencari dan menjadikan sosok suci sebagai objek sesembahan yang berwujud dan dapat dijangkau oleh nalar manusia. Dalam keadaan ini, sosok suci yang dianggap sebagai perwujudan Tuhan disembah dan dipuja dalam berbagai nama ataupun gelar sehingga dapat dirasa dan dinalar oleh akal manusia, maka konsep tersebut dapat dilihat dengan adanya penyembahan dam pemujaan terhadap dewa-dewa yang dianggap suci serta memiliki kelebihan untuk mengatur keberlangsungan hidup manusia. Selain itu, agama non-Samawi juga memiliki kitab suci yang dibuat dan ditulis oleh pemuka-pemuka agamanya terdahulu.
Tentang Agama dan Manusia
Sebagaimana merujuk dari definisi samawi secara istilah, agama Samawi bukanlah agama yang tumbuh dan berkembang dari manusia itu sendiri, melainkan agama yang diturunkan Tuhan untuk umat manusia. Atau dapat dikatakan sebagai agama yang turun dari langit ke bumi secara utuh. Agama Samawi turun dari langit dan disebarkan kepada manusia melalui seorang utusan Tuhan dengan membawa aturan-aturan langsung dari Tuhan. Utusan Tuhan disini hanya bertugas menyampaikan bukan menciptakan sebuah agama. Sehingga dapat disimpulkan bahwa agama samawi tidak diciptakan manusia melalui sebuah perenungan atau perasaan semata.
Berbeda dengan agama Samawi, agama non-Samawi tercipta dari sebuah proses kontemplasi atau perenungan manusia. Sebagaimana contohnya agama Buddha yang diciptakan oleh Sidharta Gautama melalui proses perenungan di bawah pohon Bodhi, lalu mendapatkan inspirasi (Ilham) berupa nilai-nilai kebaikan dan kehidupan yang menjadi dasar agama Buddha. Agama non-Samawi lainnya yang menyimpulkan tentang keberadaan dewa-dewa dan roh-roh suci untuk disembah dan dipuja juga merupakan hasil perenungan nalar manusia untuk menjangkau makna Tuhan yang sesungguhnya.
Dengan demikian, keberadaan sebuah agama di tengah-tengah kehidupan masyarakat terlepas itu agama Samawi ataupun non-Samawi adalah sama-sama menjadi jembatan bagi manusia untuk menemukan hakikat Tuhan itu sendiri.
Editor: Soleh