Konon katanya, salah satu orang yang mengkritik pemikiran atau gagasan Abid al-Jabiri adalah Ali Harb. Ali adalah seorang pemikir muslim yang kian mendunia karena karya-karyanya yang bernuansa kritik yang menarik perhatian para sarjana, intelektual, dan cendekiawan dunia. Kecintaannya pada ilmu pengetahuan membuatnya tak segan untuk menulis kritik untuk kebenaran, yang akhirnya membuka cakrawala pemikiran dan pencerahan baru.
Biografi Singkat Ali Harb
Ali Harb adalah seorang intelektual, filsuf, dan pemikir muslim kontemporer yang lahir di El-Babliye, Lebanon Selatan pada tahun 1941. Ia lahir di tengah-tengah masyarakat yang kaya dan beragam dalam budaya, agama, dan geopolitik. Masa kecilnya tak begitu berjalan mulus, banyak tantangan yang menghambatnya untuk menuntut ilmu. Ali hidup di negara yang mengalami konflik politik dan ketegangan regional.
Kendati dengan situasi dan kondisi yang demikian, Ali Harb berhasil menyelesaikan studinya hingga tingkat universitas, yakni di Universitas Lebanon dan meraih master di bidang filsafat pada tahun 1978. Setelah lulus, pada tahun 1976 -1993, Ali mengajar filsafat Arab dan Yunani di kampus almamaternya. Pada tahun 1995-1996, dirinya juga berkesempatan menempuh gelar ijazah aggregation di Universitas Paris Perancis.
Ali Harb aktif menulis sejak tahun 1979. Artikel-artikelnya banyak diterbitkan di berbagai media massa di Lebanon serta jurnal-jurnal kebudayaan Arab. Ali juga aktif menyampaikan kuliah dalam berbagai seminar tentang budaya dan pemikiran di negara-negara Arab luar Lebanon seperti Tunisia, Maroko, Bahrain, Suriah, Arab Saudi, Mesir, dan Kuwait. Kini ia mengajar di Universitas Beirut Lebanon.
Pemikiran Ali
Perhatian utama Ali Harb adalah dalam bidang pemikiran bukan pada sastra atau seni, sehingga Ali lebih mengidentikkan dirinya sebagai pemikir yang menurutnya berbeda dengan intelektual. Baginya, seorang intelektual adalah orang yang lantang bersuara atau melalui tulisannya berusaha mempertahankan kebebasan berpikir yang tertindas. Adapun pemikir adalah orang yang mendobrak arena yang tersingkirkan dari wilayah pemikiran. Sebab itulah, perhatian seorang pemikir bersifat internal bukan eksternal. Hal ini dapat dilihat dari beberapa karya Ali yang lebih bersifat kritik terhadap wacana-wacana yang sedang berkembang di kalangan para pemikir Islam. Sehingga dirinya pun diidentikkan dengan pemikir muslim yang gemar mengkritik.
Pergumulannya dengan aliran filsafat Barat kontemporer bahkan disebut-sebut terpengaruh oleh Jacques Derrida dalam bukunya Critique of the Text. Lewat berbagai analisanya yang sedemikian kontroversial terhadap Islam membuat Ali Harb disejajarkan dengan pemikir muslim kontroversial, radikal, dan transformatif seperti Muhammad Arkoun (Aljazair, dikenal dengan proyek Kritik Nalar Islami), Muhammad Abid al-Jabiri (Maroko, dikenal dengan proyek Kritik Nalar Arab), Nasr Hamid Abu Zayd (Mesir, dikenal dengan proyek Kritik Tekstualitas Qur’an atau Konsepsi Teks), Hasan Hanafi (Mesir, dikenal dengan proyek Kiri Islam atau Revolusi Turath), dan lain-lain.
Meskipun posisinya sejajar dengan para pemikir Islam lainnya, bisa dikatakan Ali Harb memiliki banyak pemikiran yang tak sejalan dengan pemikiran pemikir sebelumnya. Ali sebagaimana Al-Jabiri juga memiliki banyak karya tulis ilmiah. Salah satunya yang populer berjudul ‘Madakhilat: Mabahits Hawla A’mal Muhammad Abid al-Jabiri, Husain Muruwwa, Hisyam Ja’ith, Abdus Salam bin Abdul Ali, dan Sa’id bin Sa’id’, terbit tahun 1985.
Menurut (Muhammad al-Hujairi, 2016), tahun 1985 ini adalah tahun kegemilangan karier intelektual Ali Harb. Karya-karyanya yang ilmiah filosofis banyak diterima oleh pembaca di dunia Arab. Bahkan, dianggap sebagai cara pandang baru dibanding para filsuf dunia lainnya.
Pemikiran Ali Harb membuka cakrawala yang baru, sehingga para sarjana dunia banyak yang mengutip dan mengikuti cara pandangnya sebagai rujukan utama. Sarjana lain mengenyam pemikiran Ali Harb dan pemikiran sendiri, bahkan ada yang menjadikan pemikiran Ali Harb sebagai metodologi penelitian mereka (Muhammad Syawqi Zain, 2010).
Kritik kepada Al-Jabiri
Pemikiran Ali Harb sering bertolak belakang dengan pemikiran Abid al-Jabiri. Salah satunya tentang perbedaan pendapat tentang globalisasi. Menurut Abid al-Jabiri, globalisasi adalah proyek Amerika yang ditujukan untuk menguasai dunia. Globalisasi adalah ide yang diciptakan oleh Amerika, sebagai pintu masuk untuk menguasai negara-negara lain di dunia.
Namun pendapat itu berbeda dengan pandangan Ali Harb. Bagi Ali, globalisasi bukan karya Amerika melainkan karya semua anak manusia. Globalisasi adalah bagian dari sekian banyak fakta, prestasi, dan potensi semua manusia.
Dirinya kembali menegaskan bahwa globalisasi adalah generalisasi pertukaran ekonomi, sosial, dan budaya dalam skala global. Globalisasi merupakan proses menggerakkan benda, gagasan, dan orang dengan cara yang mudah, permanen, dan belum pernah ada sebelumnya.
Karya-Karya Ali Harb
Sebagaimana yang disebutkan pada paragraf sebelumnya, Ali Harb memiliki banyak karya yang kaya akan bahasan; ada tentang intelektualitas, filsafat, dan warisan Arab. Beberapa di antaranya telah dicetak berkali-kali, serta puluhan artikel dan kajian. Berikut beberapa karyanya:
- Intervensi,1985
- Interpretasi dan Kebenaran,1985
- Cinta dan Kehilangan,1990
- Kritik terhadap Kebenaran,1993
- Kritik terhadap Teks,1993
- Pidato Identitas: Sebuah Biografi Intelektual,1996
- Islam antara Roger Garaudy dan Nasr Hamid Abu Zayd,1997
- Dunia dan Dilemanya,2002
- Manusia dari Bawah: Penyakit Keagamaan dan Hambatan Modernitas,2005
- Masa Hipermodernitas,2005
- Konspirasi Musuh,2008
- Begini Cara Saya Membaca: Pasca Dekonstruksi,2010
- Minat dan Nasib – Pembuatan Kehidupan Bersama,2010
- Revolusi Soft Power di dunia Arab: Menuju Dekonstruksi Kediktatoran dan Fundamentalisme,2011
- Permainan Makna,2012
- Terorisme dan Penciptanya,2015
Namun di antara banyaknya karya Ali Harb, buku yang paling fenomenal yang Ali tulis adalah buku berjudul “Kritik terhadap Kebenaran”. Kritik kebenaran yang ingin disampaikan buku ini bukan mengkritik sesuatu yang sudah paten, terlebih pada al-Qur’an. Buku ini berusaha memberikan penjelasan bahwa, meskipun teks Al- Qur’an memiliki kebenaran yang pasti dan absolut, penafsiran dan pemahaman terhadapnya tetap relatif dan subjektif.
Editor: Soleh