IBTimes.ID – Global Forum for Climate Movement (GFCM) menjadi ajang penting bagi perwakilan dari berbagai sektor dan negara untuk bersatu dalam mengatasi krisis lingkungan. Diadakan di Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta, Indonesia, acara ini diselenggarakan oleh Muhammadiyah pada 17-18 November 2023. Forum dilaksanakan dengan dukungan dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Viriya ENB, Lazismu, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove Indonesia, serta Bank Syariah Indonesia.
Seruan Aksi untuk Menghadapi Perubahan Iklim
Pernyataan bersama dan seruan aksi yang diterbitkan dalam forum ini menyoroti komitmen yang teguh dari Muhammadiyah terhadap isu lingkungan melalui empat langkah: 1) menumbuhkan budaya hijau; 2) inovasi untuk resiliensi iklim; 3) menciptakan strategi, inisiatif, peraturan, dan kerangka finansial untuk menghadapi dampak perubahan iklim; serta 4) membangun aliansi untuk masa depan yang lebih hijau. Muhammadiyah juga menggarisbawahi bahwa energi terbarukan penting dan mendesak untuk menyelamatkan Bumi.
Muhammadiyah, yang telah lama menegaskan pentingnya lingkungan, mengakui perlunya tindakan nyata dalam advokasi, pendidikan, dan kesadaran sosial demi masa depan yang lebih hijau. Dalam upaya tersebut, Muhammadiyah telah membentuk Lembaga Lingkungan Hidup sejak tahun 2000—yang kemudian berubah menjadi Majelis Lingkungan Hidup—di semua tingkatan organisasi, memastikan isu lingkungan tercakup dalam pedoman Islamnya.
Pada Konferensi Pers di akhir Forum, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang membidangi Hubungan dan Kerjasama Internasional, Syafiq A. Mughni, menyampaikan beberapa hal. “Forum yang berjalan selama 2 hari ini memberikan inspirasi, pengetahuan, motivasi kepada kita semua untuk melakukan aksi, membangun sebuah gerakan untuk menyelamatkan planet bumi dari kerusakan,” ungkapnya. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa terdapat 3 garis besar yang menjadi pembicaraan di forum ini, yaitu: budaya hijau, inovasi, dan kolaborasi.
“Dalam mempromosikan budaya hijau, kami mendiskusikan upaya-upaya yang bisa merubah perilaku masyarakat, dan membangun kesadaran untuk bersama menyelamatkan planet bumi di mana kita hidup bersama,” ucap Syafiq. Dalam forum ini, Muhammadiyah juga mendeklarasikan pembentukan Muhammadiyah Climate Center (MCC).
***
Adapun terkait inovasi, Syafiq mengatakan bahwa harus ada inovasi-inovasi yang memberikan jalan keluar, dari dampak yang mungkin bisa dilahirkan dari global warming. baik itu inovasi di dalam membangun struktur masyarakat, teknologi, ilmu pengetahuan, untuk membuat energi lebih berkelanjutan, lebih aman, dan lebih bersih. “Kita semua punya kelebihan dalam berbagai bidang. Kolaborasi dengan berbagai lembaga yang berkiprah di dalam hal yang sama, akan membuat gerakan ini lebih kuat,” lanjutnya.
Mewakili Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Umar Hadi, kembali menggarisbawahi urgensi aksi-aksi nyata yang berkelanjutan untuk mengatasi tantangan iklim, seperti pembentukan MCC dan kontribusi Indonesia mengurangi laju deforestasi. Umar juga menekankan pentingnya setiap negara berperan sesuai kapasitasnya dalam semangat kemitraan agar dapat menyiasati keterbatasan sumber daya yang ada, dan keperluan akan pendekatan multi-pihak dari seluruh lapisan, pemerintah, organisasi internasional, lembaga swadaya masyarakat, swasta, dan lembaga keagamaan serta komunitas lokal.
“Kami di Kemlu melihat Muhammadiyah punya sumberdaya intelektual yang sangat besar. Bayangkan dari 172 universitas, di UAD saja, berapa sarjana, berapa intelektual yang ada di sini. Kalau sebagian mau mencurahkan perhatiannya untuk mengatasi persoalan ini, kita bisa beradaptasi untuk mengatasi problem yang diakibatkan perubahan iklim. Manusia harus bertumpu pada inovasi, tempat yang paling baik melakukan inovasi ya universitas,” ungkap Umar.
***
Selanjutnya, Susanti Sitorus dari Yayasan Viriya Energi ENB menyatakan dukungannya untuk aksi bersama pasca Global Forum. “Kami mendorong agar Indonesia emisi nol bersih, melalui kelompok masyarakat, pemerintah dan dunia usaha. Peran central Muhammadiyah sebagai organisasi masyarakat tertua di Indonesia, memiliki kapasitas intelektual dan kapasitas membuat aksi, ini sangat kami perlukan,” ungkapnya. Ia pun berharap, melalui kegiatan ini Muhammadiyah menjadi inspirasi bagi umat dengan keyakinan yang lain untuk melakukan perubahan di komunitasnya.
Sementara itu, Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Abdul Mu’ti memaparkan rencana kegiatan pasca pertemuan ini. “Setelah acara ini Muhammadiyah akan melanjutkan dan memperkuat inisiatif untuk membangun gerakan yang kaitannya pelestarian lingkungan dan perubahan iklim, melalui Green Campus, Green Hospital, dan mengembangkan berbagai gerakan maupun program berbasis masyarakat” ungkapnya.
UAD menjadi salah satu kampus yang kedepan akan dikembangkan menjadi inspirasi Green Campus di seluruh kampus Muhammadiyah. Terkait dengan Green Hospital, Mu’ti mengaku bahwa sudah melakukan assessment dengan mitra PP Muhammadiyah dan beberapa Lembaga yang concern dalam pengembangan solar cell atau energi berbasis matahari, untuk mengembangkan model Green Hospital, atau rumah sakit Muhammadiyah yang ramah lingkungan.
Energi Terbarukan Penting dan Mendesak untuk Menyelamatkan Bumi
Melalui seruan aksi, Muhammadiyah bersama peserta dari berbagai negara dan sektor berkomitmen untuk mengatasi perubahan iklim sebagai isu kemanusiaan universal. Fokus utama adalah pengembangan energi terbarukan yang mendesak untuk menyelamatkan bumi.
Seruan aksi yang diterbitkan pada acara GFCM menekankan beberapa poin penting, termasuk penumbuhan budaya hijau melalui nilai-nilai agama yang menyoroti keberlanjutan lingkungan, integrasi solusi energi terbarukan dalam infrastruktur pendidikan dan fasilitas publik, serta pengembangan mekanisme keuangan berkelanjutan untuk mendukung adaptasi iklim.
Partisipan dari berbagai lembaga dan negara, termasuk organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan pemerintah, telah menegaskan komitmen mereka untuk melaksanakan seruan aksi ini. Aliansi lintas sektor dan kerjasama antarnegara menjadi kunci utama dalam menjawab tantangan lingkungan yang semakin mendesak.
Sebagai bagian dari komitmen global untuk masa depan yang lebih hijau, GFCM mengajak peserta untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan, agama, dan organisasi internasional, menandai langkah penting menuju upaya bersama dalam melindungi Bumi.
Dengan adanya kolaborasi lintas negara dan sektor serta komitmen yang kuat, harapan untuk mencapai tujuan Emisi Nol Bersih pada tahun 2060 atau lebih awal, menjaga keberlanjutan lingkungan, dan membangun masa depan yang berkelanjutan semakin nyata. Forum ini menjadi momentum krusial dalam membangun aliansi untuk menjaga bumi kita, rumah bagi semua makhluk.
Membangun Aliansi untuk Masa Depan yang Lebih Hijau
GFCM tidak hanya menjadi platform diskusi, tetapi juga peluang untuk membangun aliansi yang kuat demi masa depan yang lebih hijau. Peserta dari berbagai sektor, termasuk organisasi masyarakat sipil, sektor swasta, dan pemerintah, bersatu untuk mencari solusi konkrit dalam mengatasi perubahan iklim.
Seruan aksi yang dikeluarkan pada acara ini menekankan pentingnya kolaborasi dalam menangani tantangan iklim. Terbukti bahwa pembentukan kemitraan dan kerjasama lintas sektor merupakan kunci utama dalam mencapai dampak positif, baik secara lokal maupun global.
Di antara kolaborasi yang telah disebutkan mencakup kolaborasi pada proyek-proyek berkelanjutan seperti kegiatan komunitas membersihkan lingkungan, inisiatif penanaman pohon, serta kampanye pengurangan limbah.
Tidak hanya itu, forum ini juga mendorong pendirian forum dan lokakarya untuk berbagi pengetahuan serta praktik baik dalam menjaga lingkungan. Ini penting dalam rangka menggalang keahlian dan sumber daya yang diperlukan untuk mengatasi masalah lingkungan global.
***
Adapun langkah konkret yang diambil mencakup organisasi program outreach yang bekerja sama dengan sekolah dan universitas. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan praktik berkelanjutan di antara siswa dan keluarga. Inisiatif seperti ini bertujuan untuk membangun pemahaman sejak dini tentang tanggung jawab terhadap lingkungan.
GFCM diikuti peserta dari berbagai negara, yaitu Jepang, Kenya, Malaysia, Norwegia, Papua Nugini, Singapura, The Holy See, Belanda, Filipina, Inggris, Amerika Serikat, dan lembaga pembangunan pemerintah bilateral seperti Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT) Australia, Japan International Cooperation Agency (JICA), dan United States Agency for International Development (USAID).
Kehadiran lembaga internasional seperti European Union (EU), United Nations Development Programme (UNDP), serta United Nations Economic and Social Commission for Asia and the Pacific (UNESCAP) menambah bobot dan keseriusan dalam upaya kolaboratif ini.
Di sinilah kesempatan bagi para pemangku kepentingan dari berbagai belahan dunia untuk bersatu dalam menjaga bumi kita. Dalam mengimplementasikan seruan aksi ini, para peserta GFCM berkomitmen untuk menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan dan hijau bagi generasi mendatang. Ini bukan hanya pernyataan semata, tetapi komitmen nyata untuk bertindak demi kebaikan bersama.
Seruan aksi dalam Bahasa Indonesia dapat diunduh melalui tautan: https://drive.google.com/drive/folders/1iBkV4zMahovz3fvFtHCbXAlmP7-DfC2y
Reporter: Nabhan