IBTimes.ID – Sebanyak 47 tokoh Buddha dari 17 negara yang berperan sebagai Dewan Eksekutif dan Penasehat International Network of Engaged Buddhists (INEB) berkunjung ke Muhammadiyah pada Rabu (22/11/23).
INEB dan Muhammadiyah merupakan 2 dari 5 anggota inti Buddhist-Muslim Forum yang dibentuk pada 2013 sebagai upaya strategis di kawasan Asia khususnya dan dunia umumnya, dalam mendorong kerukunan dan perdamaian lintas-agama.
Kerja sama lintas-agama para tokoh tersebut mengakui bahwa dialog dan pertemuan dengan para pemimpin Muhammadiyah sangat strategis dalam mendorong moderasi beragama dan perdamaian dunia.
Delegasi INEB-BMF mengunjungi Museum Muhammadiyah di Kompleks Kampus IV Universitas Ahmad Dahlan (UAD) lalu dilanjutkan dengan dialog bersama unsur Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah di Madrasah Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta.
Menurut inisiator dan ketua panitia kegiatan, Yayah Khisbiyah, Sekretaris Lembaga Hubungan dan Kerjasama Internasional PP Muhammadiyah (LHKI-PPM), Museum Muhammadiyah yang didesain dengan state of the art canggih dapat dengan cepat memberi pemahaman tentang latar historis di balik berkembangnya Muhammadiyah hingga menjadi salah satu organisasi Islam paling terkemuka di dunia saat ini.
Sementara itu, Wakil Sekretaris LHKI PPM Zain Maulana menyatakan kunjungan ke Madrasah Muallimin Yogyakarta merupakan bagian dari upaya delegasi INEB-BMF untuk mengenal lebih dekat lembaga pendidikan yang dikenal sebagai basis pengkaderan Muhammadiyah.
Di Muallimin, selain menyaksikan penampilan seni dan berbincang dengan para guru dan santri, LHKI PP Muhammadiyah juga menggelar sesi diskusi bertajuk “Interfaith Diapraxis: Religious Moderation for a Just and Peaceful Civilization”.
Diapraxis itu sendiri merupakan dialog yang disertai dengan aksi nyata, mempertemukan kelompok-kelompok berbeda untuk bekerjasama mencari solusi terhadap berbagai masalah sosial kemanusiaan yang memengaruhi kesejahteraan umat manusia.
Kegiatan dialog ini menampilkan narasumber Ambassador Yuli Mumpuni Widarso sebagai dewan pakar LHKI PP Muhammadiyah, dan KV Soon Vidyananda sebagai komite eksekutif INEB dan sekretaris Buddhist-Muslim Forum, dengan fasilitator Yayah Khisbiyah.
Yuli mengatakan, diapraxis ini menjadi penanda bahwa kedua belah pihak memiliki kepedulian sangat tinggi pada terwujudnya nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian global.
“Pertemuan lintas-agama perlu digalakkan mengingat salah satu tantangan terbesar kita adalah bagaimana memperkuat usaha pemerintah dalam melawan diskriminasi dan kekerasan bermotif agama,” paparnya.
Sementara KV Soon Vidya mengusulkan program exchange bagi kaum muda mancanegara untuk mengunjungi Museum Muhammadiyah dan live in di pesantren Muhammadiyah, untuk belajar dari pengalaman Muhammadiyah sebagai gerakan Islam Berkemajuan yang banyak berkontribusi pada kemajuan bangsa melalui pendidikan dan layanan sosial.
“Banyak kerjasama yang telah dan harus terus dilakukan INEB dengan Muhammadiyah, khususnya di bidang kerjasama Interfaith for Ecology and Climate Network untuk mengatasi perubahan iklim dan kerusakan ekologi, serta promosi hak asasi kebebasan beragama,” ujar Yayah Khisbiyah.
Dirjen Pembinaan Buddha Kemenag RI, Supriyadi mendukung upaya kerjasama Muslim-Buddha dalam menjaga bhinneka Tunggal Ika dan peningkatan modal sosial untuk pembangunan di dalam negeri dan perdamaian dunia.
Selain dialog, kegiatan di Muallimin juga dimeriahkan dengan art performance oleh santri-santri madrasah tersebut. Penampilan para santri itu merupakan bagian dari pengenalan budaya terhadap para delegasi yang berasal dari Amerika Serikat, Belanda, Bhutan, China, India, Inggris, Jepang, Malaysia, Myanmar, Korea Selatan, Siprus, Spanyol, Sri Lanka, Swiss, Taiwan, dan Thailand tersebut.
Sekretaris Eksekutif Moo Somboon Chungprampree menyatakan sangat terkesan dengan Muhammadiyah dan berkomitmen untuk meningkatkan kerjasama.
Direktur Muallimin Aly Aulia juga menambahkan bahwa lokasi dialog di Perpustakaan Buya Syafii Maarif merupakan komitmen Muallimin yang merupakan salah satu lembaga pendidikan unggulan Muhammadiyah untuk mencetak generasi muda kader bangsa yang memiliki wawasan luas keindonesiaan, keumatan dan kemanusiaan.
(Soleh)