Perspektif

Fenomena Cek Khodam di TikTok, Bagaimana Pandangan Islam?

3 Mins read

Ketertarikan orang Indonesia terhadap hal-hal mistis adalah sesuatu yang dalam dan lahir dari sebuah budaya yang kuat. Beberapa hal utama yang dapat menjelaskan ketertarikan ini termasuk bagian dari warisan budaya kita terdahulu, pengaruh agama dan kepercayaan lokal, serta munculnya peran media sosial.

Dalam beberapa tahun terakhir, TikTok telah menjadi platform media sosial yang sangat populer di kalangan berbagai lapisan masyarakat, terutama di Indonesia. Belakangan ini, ada fenomena menarik di TikTok yang mencuri perhatian publik yaitu banyaknya konten yang membahas tentang khodam. Banyak orang berbagi pengalaman dan kisah mistis mereka, terutama tentang keberadaan khodam, sesuatu yang dianggap sebagai entitas spiritual bagi setiap manusia menyeruak dan viral di media sosial.

Namun, bagaimana pengaruh fenomena ini terhadap generasi muda yang tertarik dengan cerita supranatural yang sedang viral di TikTok? Dalam tulisan ini kita akan membahas seputar khadam dalam perspektif Islam dan pengaruhnya bagi generasi muda dalam hidup sehari-hari.

Khodam dalam Perspektif Islam

Dalam Islam, kepercayaan kepada khodam tidak didasarkan pada prinsip yang kuat. Islam secara jelas mengajarkan konsep tauhid, yaitu kepercayaan kepada Allah Swt sebagai satu-satunya Tuhan yang harus disembah dan dipercayai. Setiap bentuk kepercayaan pada kekuatan lain yang dianggap bisa memberikan kebaikan atau kerugian, termasuk kepercayaan pada khodam, bertentangan dengan prinsip tauhid.

Al-Qur’an dan hadis Nabi Muhammad Saw tidak pernah mengatakan bahwa khodam adalah entitas yang mendampingi manusia. Sebaliknya, agama Islam menegaskan betapa pentingnya manusia untuk semata-mata meminta perlindungan kepada Allah Swt dan menjauhi segala bentuk penyekutuan terhadap Nya. Dalam Surah Al-Jinn ayat 6 Allah menegaskan bahwa mencari perlindungan kepada jin (yang bisa diartikan sebagai khodam) hanya akan menambah ketakutan dan kesesatan.

Baca Juga  Mengkritik Fenomena Self Reward di Kalangan Gen Z

Para ulama mengaitkan praktik dan kepercayaan kepada khodam dengan amalan ilmu sihir. Praktik sihir di dalam Islam jelas-jelas dikecam, dan segala bentuk praktik yang mendekati atau menggunakan sihir juga dilarang. Percaya pada khodam, yang sering melibatkan upacara khusus untuk “memanggil” atau “mengaktifkan” mereka, dianggap termasuk dalam kategori ini.

Yusuf al-Qardawi, dalam bukunya “Halal dan Haram dalam Islam” menjelaskan bahwa berinteraksi dengan jin atau makhluk gaib lainnya, termasuk khodam, bertentangan dengan prinsip Islam. Ia menegaskan pentingnya menghindari segala bentuk praktik yang bisa membawa kepada kesyirikan.

***

Konten tentang khodam di TikTok seringkali disajikan dengan cara yang menarik dan menghibur. Bahkan tak sedikit orang yang membagikan video tentang cara “mengundang” khodam, pengalaman supranatural, atau bahkan bukti keberadaan khodam di sekitar mereka. Hal ini menjadi populer dan mendadak trending karena sifatnya yang misterius dan menimbulkan rasa penasaran bagi siapa yang melihatnya.

Namun, ada kekhawatiran yang muncul tentang bagaimana konten seperti ini mempengaruhi keyakinan generasi muda. TikTok sangat populer di kalangan remaja dan anak muda yang mungkin sedang dalam proses menemukan jati diri mereka, dalam pemahaman agamanya mereka cenderung labil. Terpapar konten yang mempromosikan kepercayaan kepada khodam tentu dapat menyesatkan dan menyebabkan mereka salah dalam memahami ajaran Islam.

Untuk menangani situasi ini, perlu bagi orang tua, pendidik, dan pemimpin agama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang akidah. Peningkatan kesadaran akan bahaya syirik dan pentingnya mempertahankan akidah harus disosialisasikan secara lebih intens dengan gaya yang lebih rileks agar lebih mudah diterima. Di samping itu, penting juga untuk mengajarkan kepada generasi muda kita cara menggunakan media sosial dengan bijak dan kritis.

Baca Juga  Pelajaran Toleransi dari Charlie Hebdo

Kepercayaan Lokal, Budaya Populer, dan Media Sosial

Media massa, seperti film, televisi, dan kini media sosial (Facebook, Tiktok, YouTube, Instagram, dan WhatsApp) memiliki peran yang signifikan dalam menyebarkan dan mempertahankan minat terhadap hal-hal gaib. Tak heran jika industri film horor di Indonesia, seperti KKN di Desa Penari, telah berhasil menarik perhatian masyarakat dengan sukses menarik 10 juta penonton. Minat masyarakat Indonesia pada hal-hal mistis dipengaruhi oleh peran penting media sosial dan kepercayaan lokal masyarkat kita. Keunikan budaya Indonesia, dengan segala cerita rakyat dan tradisi-tradisinya, membuat hal-hal mistis menjadi bagian penting yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.

Di samping itu, agama memiliki peran penting dalam mengembangkan dan menjaga keberadaan budaya mistis di Indonesia. Walaupun agama-agama utama memiliki ajaran yang lebih rasional dan teologis, banyak praktik mistis telah dimasukkan dan disatukan ke dalam kepercayaan dan ritus agama. Misalnya, adat istiadat Islam Kejawen di Jawa yang menyatukan unsur ajaran Islam dengan kepercayaan tradisional.

Platform media sosial seperti Facebook, TikTok, YouTube, Instagram, dan WhatsApp berperan penting dalam mempromosikan konten mistis. Konten yang menampilkan pengalaman mistis, lokasi angker, dan cerita supranatural dengan cepat menjadi populer dan menarik jutaan penonton. Algoritma media sosial yang memberikan prioritas pada keterlibatan mendorong penyebaran konten-konten seperti ini semakin massif.

***

Penting untuk diingat, bahwa minat terhadap hal-hal mistis memiliki dampak yang cukup besar secara psikologis dan sosial. Beberapa orang mungkin merasa nyaman secara emosional dan merasa terhubung dengan tradisi leluhur melalui pengalaman mistisnya. Akan tetapi, hal itu menjadikan kita semakin percaya pada hal-hal yang tidak logis dan akhirnya tidak bisa menyelesaikan permasalahan hidup, karena cara berpikirnya yang dangkal dan bertumpu pada aspek supranatural.

Baca Juga  Peran Kampus dalam Mencegah Kekerasan Seksual

Budaya mistis di Indonesia mencerminkan kekayaan dan kompleksitas sejarah serta tradisi bangsa ini. Walaupun dihadapkan pada tantangan modernisasi, budaya mistis tetap bertahan dan bahkan menemukan cara baru untuk beradaptasi dan berkembang. Media sosial dan minat dari generasi muda memiliki peran yang signifikan dalam meluaskan serta melestarikan budaya ini. Penting bagi kita untuk mensikapi fenomena ini secara arif dan bijaksana, supaya terjaga keseimbangan antara pelestarian tradisi dan merawat akal waras kita.

Editor: Soleh

Avatar
3 posts

About author
Guru Pendidikan Agama Islam SMP Muhamamdiyah Banguntapan
Articles
Related posts
Perspektif

Tak Ada Pinjol yang Benar-benar Bebas Riba!

3 Mins read
Sepertinya tidak ada orang yang beranggapan bahwa praktik pinjaman online (pinjol), terutama yang ilegal bebas dari riba. Sebenarnya secara objektif, ada beberapa…
Perspektif

Hifdz al-'Aql: Menangkal Brain Rot di Era Digital

4 Mins read
Belum lama ini, Oxford University Press menobatkan kata Brain Rot atau pembusukan otak sebagai Word of the Year 2024. Kata yang mewakili…
Perspektif

Pentingkah Resolusi Tahun Baru?

2 Mins read
Setiap pergantian tahun selalu menjadi momen yang penuh harapan, penuh peluang baru, dan tentu saja, waktu yang tepat untuk merenung dan membuat…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds