Perspektif

Islam Agama Kasih Sayang

1 Mins read

Islam mengajarkan kasih sayang dengan banyak cara; menebar salam, saling memberi makan,  menyambung silaturrahim, bahkan membalas kejahatan atau keburukan dengan kebaikan yang lebih.

Tidak ngaruh apakah agama lain melakukan hal yang sama atau sebaliknya.

Islam mengajarkan cinta kasih, tidak penting apakah agama lain melakukan hal yang sama atau sebaliknya.

Islam mengajarkan memberi dan menolong dengan tidak melihat latar belakang agama, suku, bahasa atau ras.

Nabi Muhammad Saw punya kepribadian menarik:

عن أبي عبد الله الجَدَلِي قال: سألتُ عائشة رضي الله عنها ، عن خُلُق رسول الله صلى الله عليه وسلم فقالت: «لم يكن فاحِشًا ولا مُتَفَحِّشًا ولا صَخَّابًا في الأسواق، ولا يَجْزي بالسيئةِ السيئةَ، ولكن يَعْفو ويَصْفَح

Abu Abdullah al-Jadali mengatakan: Aku bertanya kepada Sayyidah Aisyah tentang kepribadian Nabi Saw. Sayidah Aisyah menjawab: “Beliau bukan orang yang suka berkata-kata buruk, bukan pula suka bikin ucapan buruk, bukan suka bikin gaduh di pasar dan tidak membalas keburukan orang kepadanya dengan keburukan yang sama, malahan memaafkannya”.

لَمْ يَكُنْ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَاحِشًا وَلاَ لَعَّاناً ولا سباباً

Artinya: “Nabi Saw bukanlah orang yang biasa mengucapkan kata-kata jorok/buruk, bukan pencela dan bukan pula tukang caci maki dan pengkritik.” HR. Muslim dari Anas).

Al-Quran menyebutkan:

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

Artinya: ”Jadilah pemaaf dan ajak orang lain untuk mengerjakan yang baik-baik, serta jauhkan diri dari orang-orang yang dungu”.

وَلَا تَسْتَوِی الْحَسَنَةُ وَلَا السَّیِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِی هِیَ أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِی بَیْنَکَ وَبَیْنَهُ عَدَاوَةٌ کَأَنَّهُ وَلِیٌّ حَمِیمٌ

Artinya: “Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”.

Husein Haekal, penulis biografi Nabi: “Hayat Muhammad”, setelah bercerita tentang peristiwa “Fathu Makkah” (pembukaan kota Makkah) menulis:

Baca Juga  Pembelaan Muslim Terhadap Filsafat

الرسول ليس بالرجل الذى يعرف العداوة او يريد ان تقوم بين الناس. وليس هو بالجبار ولا المتكبر. لقد امكنه الله من عدوه فقدر فعفا. فضرب بذلك العالم كله والاجيال جميعا مثلا فى البر والوفاء بالعهد, وفى سمو النفس سموا لا يبلغه احد

Artinya: “Nabi bukanlah manusia yang mengenal permusuhan atau yang akan membangkitkan permusuhan di tengah-tengah umat manusia. Dia bukan seorang tiran, dan bukan mau menunjukkan sebagai orang yang berkuasa. Tuhan telah memberi kepadanya kemampuan mengalahkan musuhnya, tetapi dia justru memberi mereka pengampunan. Dengan begitu, dia telah memberikan keteladanan yang luar biasa kepada seluruh dunia dan segala generasi manusia tentang kebaikan, kesetiaannya dalam janji dan tentang kebesaran jiwa yang belum pernah dicapai oleh siapa pun”.

Editor: Soleh

Ustadz Nurbani Yusuf
7 posts

About author
Pengasuh Komunitas Padhang Makhsyar
Articles
Related posts
Perspektif

Dulu Ngopi Jadi Ajang Merawat Religiusitas dan Nasionalisme, Sekarang?

3 Mins read
Kebanyakan mahasiswa sekarang memandang ngopi hanya sebatas sarana nongkrong di kafe saja. Tidak sekalipun mereka pernah memperdulikan substansi ngopinya untuk apa, serta…
Perspektif

Akal: Pintu Komunikasi Allah Selain Wahyu

2 Mins read
Dalam dinamika kehidupan, manusia dianugerahi kemampuan unik yang membedakannya dari makhluk lainnya—akal. Akal ini, yang memungkinkan manusia untuk berbicara, berpikir, dan merenung,…
Perspektif

Paradoks: Salah Kaprah Memaknai Glorifikasi dan Kesederhanaan

4 Mins read
“Tempat paling berbahaya adalah tempat yang paling aman.” Kalimat di atas merupakan contoh sederhana untuk mengerti bagaimana atau apa itu paradoks. Secara…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds