IBTimes.ID – Hilman Latief, Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama Republik Indonesia menyebut, kader muda Muhammadiyah harus paham isi daripada Risalah Islam Berkemajuan.
“Saya ingin mengajak kader-kader muda Muhammadiyah, termasuk IMM untuk memahami kembali sedikit isi daripada Risalah Islam Berkemajuan sebagai hasil Muktamar Muhammadiyah-Aisyiyah tahun 2022 di Surakarta,” ucapnya dalam Studium General Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah (PM3Nas) Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) pada Jum’at (11/10/24).
Hilman Latief mengatakan, Risalah Islam Berkemajuan setidaknya menegaskan empat hal. Keempat hal Ini bisa menjadi pegangan bagi para mubaligh-mubaligh muda Muhammadiyah dalam menjawab tantangan zaman.
Pertama, gerakan Muhammadiyah adalah gerakan dakwah. “Mau dalam bentuk apapun dan dimana pun, gerakan persyarikatan adalah gerakan dakwah,” tegasnya.
Hilman Latief yang saat ini juga menjabat sebagai Bendahara Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah itu mengatakan, tugas seorang mubaligh adalah menyampaikan dan mengajak orang kepada Islam yang sesuai dengan apa yang dirumuskan oleh persyarikatan.
Kendati demikian, bagi Hilman, ini tugas yang tidak mudah. Sebab masih banyak orang tidak tahu tentang Muhammadiyah. Mereka mengenal Muhammadiyah hanya sebatas sekolah, rumah sakit atau panti asuhan. Tak banyak yang tahu ada apa di balik lembaga-lembaga itu semua.
“Saya berharap kata Mubaligh Kaffah ini dikaji betul-betul, karena ini berkaitan dengan semangat kemajuan dan bisa kita hubungkan dengan Risalah Islam Berkemajuan. Yaitu mubaligh yang punya karakter untuk menjadi seorang pendakwah,” paparnya.
Kedua, Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid. Hilman Latief mengatakan bahwa dengan dinamika yang ada, Muhammadiyah mendorong dan mengharuskan kader-kadernya untuk bersikap inovatif (tajdid).
“Tajdid bukan sekedar akrobat, tapi tajdid adalah upaya yang kita lakukan semua dalam rangka mencari solusi-solusi terkait persoalan-persoalan yang ada di masyarakat,” tegasnya.
Ia menyebut, banyak gerakan-gerakan inovatig (tajdid) yang bisa dilakukan oleh seorang mubaligh muda Muhammadiyah.
Ketiga, Islam sebagai gerakan ilmu. Hilman lateif menjelaskan bahwa Risalah Islam Berkemajuan mengisyaratkan kita untuk merumuskan Islam dan juga gerakan tabligh kita yang kaffah itu, unsurnya adalah Islam sebagai gerakan ilmu.
“Artinya, basis keilmuan para mubaligh itu terus ditempah, dilatih, ditingkatkan, dan disekolahkan. Semua tergantung fokusan studi masing-masing seperti psikologi, ekonomi, politik, dan lain-lain. Intinya punya basis keilmuan yang kuat,” ungkapnya.
Hilman Latief menyebutkan, inilah yang menjadi salah satu tujuan Muhammadiyah dalam mendirikan lembaga-lembaga pendidikan, yaitu untuk memberikan basis keilmuan atau basis ilmiah.
“Inovasi tanpa basis keilmuan yang kuat itu berat. Semangat kita untuk memperkuat basis keilmuan kita harus senantiasa kita jaga dan itu tergantung pada minat masing-masing,” ujarnya.
Keempat, Islam sebagai gerakan amal. Hilman menyampaikan, menjadi mubaligh kaffah adalah menempatkan Islam sebagai gerakan amal.
“Itulah Risalah Islam Berkemajuan. Dimana ekspresi keimanan, keislaman, dan kemajuan kita harus ada artikulasinya di dalam kehidupan nyata,” ungkapnya.
Hilman Latief berharap dari kegiatan Pelatihan Mubaligh Mahasiswa Muhammadiyah Nasional (PM3Nas) Dewan Pimpinan Pusat Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (DPP IMM) lahir mubaligh-mubaligh muda yang siap mensyiarkan Islam Berkemajuan.
“Saya ingin outputnya dari kegiatan ini, ada lahir mubaligh-mubaligh muda Muhammadiyah yang siap menjawab tantangan zaman kapanpun dan di mana pun,” pungkasnya.
(Soleh)