Opini

Organisasi itu Ibarat Pohon, Harus Dirawat Sepenuh Hati

2 Mins read

Kisah Pohon Keramat

Sebuah pohon besar berdiri menjulang di tengah ratusan bahkan mungkin ribuan pohon besar lainnya. Konon  pohon itu disebut-sebut oleh pecinta tanaman sebagai pohon terbesar di dunia karena memiliki ranting yang terbanyak dan tercatat di Museum Rekor.

Orang-orang yang lewat dan mampir berteduh di bawah pohon itu sering kali menganggap sebagai pohon keramat. Penyebabnya, rindangnya pohon dan kesejukan udara di sekitar pohon membuat orang-orang yang lelah, penat bahkan sumpek pikirannya bisa tertidur pulas, sehingga beban pikiran terlupakan sementara waktu.

Di samping itu, pohon tersebut menjadi sarang bagi ratusan burung yang sangat indah ketika ngoceh. Bikin betah orang berlama-lama di situ.

Orang-orang yang suka memelihara burung sering membawa burung klangenannya yang belum bisa manggung di bawah pohon itu untuk dilatih bersuara merdu. Banyak burung yang menang kontes burung berkicau setelah dilatih di pohon itu.

Banyak orang mengira kalau pohon itu dihuni jin pembawa hoki. Padahal sebenarnya tidak, babarblas. Pohon yang memberi manfaat pada banyak orang itu dirawat, diopeni tiap hari dengan telaten oleh pemiliknya.

Secara rutin pemiliknya memberi ramuan dan pupuk penyubur tanaman, sehingga akarnya jadi kuat dan ranting-rantingnya tumbuh dedaunan lebat.

Pemiliknya, sebut saja namanya Pak Muhammad selalu memperhatikan detail perawatan akar, cabang berikut rantingnya. Pemupukan dan penyiraman rutin dilakukan. Setiap kali menyiram air, tak lupa pemiliknya mengucapkan mantra “bismillah” penyubur pohon.

Bagian ranting yang ndap-ndip susah tumbuh berkembang dan sudah sangat sering diobati dan didoakan beribu-ribu kali tetapi masih tidak sehat  harus segera dipuntes dipangkas sehingga tidak menjadi beban bagi cabang. Proses ini sering disebut prunning.

Bagi Pak Muhammad pemilik pohon itu, untuk mengobati pohon miliknya yang sedang tidak sehat harus melewati tahap yang rutin untuk dilakukan yaitu mengobati dan mendoakan biar segera sembuh.

Baca Juga  Akidah Tanzih: Perlawanan KH. Hasyim Asy’ari terhadap Estremisme Beragama

Merupakan pantangan baginya meninggalkan bahkan membuang pohonnya ketika sakit-sakitan sebelum diobati dengan pengobatan terbaik.

Pohon itu Mirip Organisasi

Sesungguhnya pohon itu mirip sebuah organisasi, Pohon memiliki akar, cabang, dan ranting. Akar ibaratnya adalah pusat organisasi yang menghidupkan cabang dan ranting.

Ranting dan cabang di sebuah organisasi yang sehat ciri utamanya adalah ada kegiatan rutin yang dilakukan. Jika tidak ada kegiatan sama sekali berarti sedang tidak sehat.

Tidak sedikit organisasi di tingkat ranting yang stagnan alias tidak berkegiatan, babarblas. Amal usahanya di bidang  ekonomi, kesehatan, dan pendidikan mati segan hidup tak mau alias tidak bermutu.

Jika kondisi ranting berikut amal usahanya yang tidak bermutu itu disebabkan oleh ketidakpedulian Pimpinan atau Pimpinan sengaja meninggalkannya dalam kondisi lemah, maka sudah bisa dipastikan gejala ini merupakan tanda-tanda kemunduran dari organisasi itu.

Beda ceritanya, kalau Pimpinan sudah berusaha mati-matian ngurip-urip ranting dan amal usahanya, maka bisa dikatakan belum beruntung dan perlu dicoba cara yang lain untuk menghidupkan ranting. Manusia hanya bisa ikhtiar menanam, yang kuasa menumbuhkan hanya Allah – al-Muhyi.

Tugas Pimpinan organisasi dakwah, khususnya organisasi yang berusia tua semakin berat, karena tidak sedikit struktur organisasi di bawah yang macet dan amal usahanya yang sulit berkembang.

Di samping itu, kenyataannya tidak sedikit Pimpinan organisasi yang sadar atau tidak sadar tak menunjukkan kepedulian pada amal usaha di ranting tempat tinggalnya. Kalau sudah begitu, maka meminjam istilahnya Mustofa W. Hasyim bahwa “Ranting itu penting” hanya tinggal jargon di rapat dan media sosial saja. Wallahu a’lam.

Editor: Soleh

Avatar
2 posts

About author
Anggota MPKSDI PCM Moyudan
Articles
Related posts
Opini

Merancang Generasi Pemberontak ala Ahmad Dahlan

3 Mins read
Anak muda bukan sekadar “matahari terbit”. Mereka adalah energi potensial yang perlu diarahkan menjadi kekuatan pembaru. Di sini, Ahmad Dahlan bukan sekadar…
Opini

Melukai Hati Masyarakat: Saat Musibah Diukur Dengan Viralitas, Bukan Fakta di Lapangan

3 Mins read
Pernyataan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto bahwa banjir yang melanda Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tidak perlu didiskusikan panjang lebar terkait…
Opini

Agus Salim: Sintesis Islam–Nasionalisme dalam Model Diplomasi Profetik Indonesia

3 Mins read
Pendahuluan Di antara tokoh-tokoh perintis Republik, nama KH. Agus Salim (1884–1954) berdiri sebagai figur yang tidak hanya cemerlang dalam kecerdasan linguistik dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *