Jenderal Soedirman merupakan legenda. Karirnya luar biasa, pada usia 29 tahun dipilih menjadi Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat. Terpilihnya dia secara demokratis di antara para komandan dari berbagai daerah, yaitu melalui pemungutan suara sebagai Panglima Besar Tentara Keamanan Rakyat /Angkatan Perang Republik Indonesia pada 12 November 1945.
Sebulan sebelumnya, mantan guru Muhammadiyah dan Komandan Divisi Purwokerto itu masih berumur 29 tahun dengan pangkat Kolonel dan dilantik oleh Presiden sebagai panglima besar. Tentu ini menarik kalau kita mencoba membayangkan pergolakan batin Soedirman kala itu. Ada Letnan Jendeal Oerip Soemohardjo yang berumur 52 tahun di saat Soedirman masih muda.
Dalam catatan sejarah, Soedirman meski memiliki usi muda namun matang merencanakan strategi seperti pertempuran Ambarawa dengan keberanian dan kesungguhan menjunjung tinggi marwah ke panglimaan. Ambarawa menjadi saksi pasukan Indonesia berhasil menghalau serdadu Belanda dan sekutu.
Sesungguhnya Soedirman tidak memiliki kemampuan akademik militer, namun mendapat pelatihan ketika bergabung dengan Pembela Tanah Air (Peta). Muda dengan semangat berapi membuktikan berhasil membawa kemenangan. Tidak ada kata menyerah. Soedirman sudah terikat sumpah, tentu haram untuk mundur apalagi menyerah.
Soedirman menjadi Panglima besar pada usia muda dan wafat di usia 34 tahun. Tapi rentang waktu yang singkat itu menunjukkan peran besarnya sebagai pemuda bahkan disebut-sebut sebagai pemimpin berkarisma dengan meletakkan landasan sejarah besar dan kejiwaan bagi TNI.
Peran Jenderal Soedirman menjadi fondasi penting untuk TNI mengingat tantangan awal TNI tidak mudah di masa awal kemerdekaan yang kekuatan militer belum dilengkapi persenjataan memadai dan dibutuhkan perencanaan yang matang ketika harus menghadapi tentara musuh yang profesional dan dilengkapi senjata modern.
Jenderal Soedirman dan Muhammadiyah
Jenderal Soedirman lahir di Purbalingga,Jawa Tengah, tepatnya 24 Januari 1916.Lahir dalam kesederhanaan dan kerja keras. Soedirman rajin berlatih kepanduan di Pramuka Hizbul Wathan dan menjadi guru di sekolah Muhammadiyah.
Ketika menjadi guru, Soedirman senantiasa mengajarkan pelajaran moral dan mencontoh dari kisa para rasul dan wayang tradisional. Karena kemampuannya, Soedirman diangkat menjadi Kepala Sekolah.
HIS Muhammadiyah menjadi saksi kepemimpinan dan keteladanan Soedirman sebagai seorang guru dan kepala sekolah. Sekolah tersebut akhirnya terpaksa tutup karena Belanda mengambil alih dan mengubahnya menjadi markas dadakan di Cilacap. Penutupan HIS Muhammadiyah memantik semangatnya untuk terus berdedikasi. Soedirman dibantu oleh teman-temanya berhasil mendirikan Perkoperasian Bangsa Indonesia (Perbi) dengan tujuan membantu perekonomian masyarakat.
Inspirasi Anak Muda
Gelar Jenderal Bintang Lima tentu penghargaan yang diberikan secara spesial dan tidak sembarangan. Dalam catatan sejarah, hanya ada tiga tokoh militer yang diberi gelar Jenderal Bintang Lima. Nama pertama itu Jenderal Besar Soedirman, Jenderal Besar Abdul Haris Nasution, dan Jenderal Besar Soeharto.
Semangat Jenderal Soedirman terus hidup dan abadi. Sepantasnya, Soedirman tetap menjadi sosok inspirasi untuk siapapun terutama generasi muda. Perjalanan Soedirman menghadirkan keyakinan usia muda adalah usia yang hebat untuk memberi kontribusi kepada nusa dan bangsa. Usia muda adalah modal utama untuk mengisi berbagai hal-hal yang baik dan menjadi motivasi untuk generasi masa mendatang.

