IBTimes.ID – Sebuah fakta menggemparkan terungkap di akhir tahun 2025: Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri berhasil menangani 68 anak dan remaja di 18 provinsi yang terpapar ideologi kekerasan ekstrem, termasuk Neo-Nazi dan white supremacy. Yang lebih mengejutkan, anak-anak ini tidak hanya terindoktrinasi secara daring, tapi sudah menguasai senjata berbahaya dan merencanakan aksi menyasar lingkungan sekolah serta teman sebaya mereka.
Dilansir dari Kumparan.com pada (30/12/2025), Kepala Badan Reserse Kriminal (Kabareskrim) Polri, Komjen Pol Syahardiantono, membeberkan temuan ini dalam rilis akhir tahun Polri di Mabes Polri, Jakarta, Selasa (30/12/2025).
“Mereka terpapar melalui grup True Crime Community (TCC) daring, di mana ideologi ekstrem seperti Neo-Nazi dan supremasi kulit putih disebarkan secara masif,” ujar Syahardiantono.
Penanganan ini menjadi bagian dari strategi pencegahan dini Densus 88 untuk melindungi generasi muda dari radikalisme online, yang semakin marak melalui platform digital dan game berbasis kekerasan. Densus bahkan berhasil menggagalkan 20 rencana serangan oleh anak di bawah umur sepanjang tahun ini.
Tak berhenti di situ, Densus 88 juga mencatat keberhasilan gemilang lainnya: Indonesia tetap zero terrorism attack selama tiga tahun berturut-turut (2023-2025). Capaian ini didukung penangkapan 51 tersangka terorisme di 2025, turun dari 55 di 2024 dan 147 di 2023. Selain itu, tim elite ini mengungkap jaringan radikalisme daring yang menargetkan anak bawah umur, melibatkan 5 tersangka dengan sasaran 110 anak di 23 provinsi.
Dalam pengamanan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026, Densus 88 menangkap 7 tersangka terorisme potensial dan menggagalkan 4 rencana aksi dari kelompok Anshor Daulah.
“Densus 88 berkomitmen penuh menjaga stabilitas keamanan nasional melalui pendekatan proaktif,” tegas Syahardiantono.
Temuan ini menjadi peringatan keras bagi orang tua dan pendidik: ancaman radikalisme kini mengintai di dunia digital, dan pencegahan dini adalah kunci untuk melindungi masa depan bangsa.

