Feature

AADC Adam-Hawa: Doa Penuh Kasih dari Jabal Rahmah

4 Mins read

Kelahiran, jodoh, kematian, dan rizki sering disebut rahasia ilahi. Saya percaya itu. Anda percaya juga kan? Tiada yang tahu pasti. Begitu juga Cinta dan kasih sayang terus menjadi bagian misteri bagi perjalanan hidup manusia. Pertemuan cinta Adam Hawa adalah prerogatif Allah beserta jodoh, kelahiran kematian, rizki anak cucu turunnya.

Ada Apa dengan Cinta Adam-Hawa?

Jabal Rahmah adalah bukit di Arafah yang letaknya dekat dengan Masjid Namirah. Berada di antara Mekkah dan Thaif, Arab Saudi. Tingginya sekitar 70 meter. Berjarak 2 km atau 15 menit dari tenda wukuf jemaah Indonesia. Ada “tugu” penanda titik temu cinta berupa beton 8 meter lebarnya 1.8 meter. Tak ada monumen yang sedemikian penting di dunia ini, dalam konteks cinta dan kasih sayang, yang momen-momen pentingnya berpengaruh besar terhadap perubahan peradaban sebagaimana Jabal Rahmah.

Monumen cinta setia Habibie Ainun di Pare Pare pun kalah besar jumlah pengunjung. Kalau saya boleh kasih nama, monumen ini bisa disebut tugu atau monumen AADC ADAM-HAWA. Di lokasi ini tak dibangun museum, museumnya ada dalam hati mauqif (jutaan orang yang berwukuf) di Padang Arofah.

Pada setiap musim haji, terutama saat umat Islam menjalani wukuf di Arafah, bukit cantik setinggi 70 meter ini dipenuhi oleh para jamaah haji dengan pakaian ihram seperti gumpalan putih-putih dilihat dari kamera langit. Mereka memanjatkan doa-doa panjang yang dilakoni dengan penuh kekhusyukan. Banyak yang meyakini tempat ini mustajab untuk berdoa. saya ikut berdoa tentu saja.

Situs monumental ini kerap diziarahi oleh jutaan jemaah haji yang melakukan wukuf di Arafah karena tempat ini disebut sebagai tempat pertemuan Nabi Adam dan Siti Hawa setelah terpisah 300 tahun. Bukit kasih sayang, orang ramai menamainya. Kita sebut sebagai bukit cinta manusia pertama dengan cinta bersemi di dalam kalbunya. Konsep ibu bumi atau bapak bumi adalah dua insan mulia ini karena merekalah yang bersedia menjadi khalifah, dalam relasi manusia alam mereka adalah potret stewardship di muka bumi.

Baca Juga  Penjual Pecel Naik Haji: Haji Bukan Privilege Orang Kaya

Bagi umat Islam, Jabal Rahmah atau gunung kasih sayang menjadi monumen cinta untuk memaknai semesta kehidupan dan ketidakabadian. Tempat yang dipercaya menjadi lokasi bertemunya Adam dan Hawa setelah tobat mereka diterimaNya dan dipertemukan kembali dalam suasana kangen berat. Buah cinta mereka melahirkan anak-anak Adam yang kini menghuni planet bumi sampai zaman anthroposene/capitalosene.

Di Jabal Rahmah ini pula, Nabi Ibrahim diuji cintanya, untuk melaksanakan ketentuan Allah mengorbankan anak lelaki semata wayang yang sangat lama dinanti kelahirannya. Yakin bahwa perintah berkurban ini benar-benar merupakan perintah Allah swt maka prosesi penyembelihan disiapkan dengan penuh kepatuhan. Drama pengorbanan luar biasa inilah yang membuat leluhur para nabi ini mendapat gelar khalilullah atau kekasih Allah. Ketauhidan Ibrahim adalah nomor wahid. Kita saban tahun memaknainya dalam ibadah kurban. Mengorbankan egoisme dan cinta kekuasaan duniawi.

Bagi Baginda Rasul terakhir Muhammad SAW, Jabal Rahmah menjadi tempat terakhir turunnya ayat Al-Qur’an. Ketika kembali ke Madinah, Rasulullah saw menyampaikan turunnya Surat Al-Maidah ayat 3 yang mengabarkan bahwa Islam sudah sempurna. Sebaian besar sahabat nabi menyambut riang gembira kabar tersebut, kecuali dua orang sahabat paling utama, Abu Bakar dan Umar bin Khattab yang justru gundah gulana.

Bagaimana tidak? Al Maidah ayat 3 merupakan wahyu terakhir yang turun saat Nabi Muhammad bersama umat Muslim melaksanakan haji wada’. Dinamakan haji wada’ karena haji tersebut adalah haji terakhir Nabi Muhammad, sehingga disebut haji perpisahan. Wahyu itu disampaikan oleh Nabi ketika berada di Arafah saat melakukan wukuf. Bagaimana rasanya pribadi mulia para sahabat ditinggalkan nabi agung? Tentu kehidupan yang tak terbayangkan berat saat tak ada pelindung spiritual kecintaannya.

Wahyu pamungkas misi kenabian terakhir yang sungguh menggetarkan jiwa raga dalam surat Al Maidah ayat 3.

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ ٱلْمَيْتَةُ وَٱلدَّمُ وَلَحْمُ ٱلْخِنزِيرِ وَمَآ أُهِلَّ لِغَيْرِ ٱللَّهِ بِهِۦ وَٱلْمُنْخَنِقَةُ وَٱلْمَوْقُوذَةُ وَٱلْمُتَرَدِّيَةُ وَٱلنَّطِيحَةُ وَمَآ أَكَلَ ٱلسَّبُعُ إِلَّا مَا ذَكَّيْتُمْ وَمَا ذُبِحَ عَلَى ٱلنُّصُبِ وَأَن تَسْتَقْسِمُوا۟ بِٱلْأَزْلَٰمِ ۚ ذَٰلِكُمْ فِسْقٌ ۗ ٱلْيَوْمَ يَئِسَ ٱلَّذِينَ كَفَرُوا۟ مِن دِينِكُمْ فَلَا تَخْشَوْهُمْ وَٱخْشَوْنِ ۚ ٱلْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِى وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلْإِسْلَٰمَ دِينًا ۚ فَمَنِ ٱضْطُرَّ فِى مَخْمَصَةٍ غَيْرَ مُتَجَانِفٍ لِّإِثْمٍ ۙ فَإِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Baca Juga  Sidang Isbat dan Kalender Islam Global

Artinya: “Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Syariat menyembelih hewan kurban dan kekhalalan hewan dimulai dari sini sebagai pembeda dari risalah sebelumnya. Hal ini menjadikan umat Islam selalu punya imajinasi yang sama saat hari raya idul adha atau hari raya kurban. Di mana ada kesatuan “kiblat” arafah penanda 9 dzulhijjah saat haji. Jika kesadaran spiritual ini autentik, maka kalender haji atau umat Islam dapat diwujudkan karena umat Islam sedunia (dari berbagai suku bangsa) sedang wukuf di tanggal yang sama tanpa keraguan di dalamnya. Inilah isyarat atau simbol yang monumental saban tahun akan satunya umat. Dari satunya tiga nabi (Adam, Ibrahim, Muhammad) di situs Jabal Rahmah di Padang Arofah yang berkah ini.

Jabal Rahmah menjadi saksi senyum bahagia atas pertemuan Adam dan Hawa; menjadi penanda keteguhan Nabi Ibrahim dalam menghadapi ujian cinta dari Allah; dan menjadi tempat mengabarkan akan hari kesempurnaan Islam serta sekaligus Nabi pertanda kewafatan Rasulullah karena purnanya tugas profetik.

Baca Juga  Canda Jenaka Buya Syafii

Jabal Rahmah memang paripurna menggambarkan siklus hidup manusia, yang diwakili oleh para nabi manusia pilihan. Dari pertemuan untuk memulai kehidupan manusia baru, perjuangan penuh ketaqwaan untuk mempertahankan hidup, pencapaian risalah kesempurnaan Islam, hingga akhirnya pesan kematian nabi isyarat tak kekalnya manusia di planet bumi.

Doa Pengharapan di Jabal Rahmah

Menjadi petugas haji, melihat keteguhan dan daya tahan jemaah haji lansia yang luar biasa hingga tiba sampa hari H rasanya sangat gembira. Haji ramah lansia memang sedang diupayakan dengan segenap jiwa raga petugas. Kita berikan layanan terbaik fasilitas yang memadai untuk dukungan ibadah haji. Hanya kepada Allah kita berserah pasrah memohon dimabrurkan jemaah haji lansia dan jemaah haji semuanya. Pun bagi petugas, semoga dimudahkan bagi yang tunaikan haji cum petugas. Oleh profesor Almakin, hajinya petugas disepadankan dengan hajinya para wali. Allah akbar, semoga Allah berkenan mengijabahi, memaqbulkan semua doa harapan petugas haji Indonesia.

Hari ini saya di area ini dan berdoa agar semua manusia diberikan rasa cinta kepada sesama, tak ada peperangan, tak ada penghancuran lingkungan hayati, tak ada kebanggaan menjadi tangan fasad penghancur daratan dan lautan. Juga, anak anak menjadi khalifah rahmatan lil ‘alamin, perempuan berkemajuan pembangun negeri baldatun thoyibatun warabbun ghaffur, dikarunia istri shalehah menjadi guru bagi semua, tauladan ekologis, dan sahabat-sahabat yang elegan kiprah dan menggapai mimpi-mimpinya.

Yang berjuang mencari beasiswa di luar negeri, doa dan ikhtiar kawan-kawan insyallah terkabul, yang sedang diuji sakit para tauladan kami, disembuhkan, yang galau terobati, yang rindu diberikan daya tahan, yang dizalimi kekuasaan oligarki dimenangkan. Yang menumpuk kuasa sebesar besarnya diruntuhkan. Wallahu alam bishawab.

Editor: Yusuf

Avatar
12 posts

About author
Pegiat Kader Hijau Muhammadiyah dan LHKP PP Muhammadiyah
Articles
Related posts
Feature

Belajar dari Kosmopolitan Kesultanan Malaka Pertengahan Abad ke15

2 Mins read
Pada pertengahan abad ke-15, Selat Malaka muncul sebagai pusat perdagangan internasional. Malaka terletak di pantai barat Semenanjung Malaysia, dengan luas wilayah 1.657…
Feature

Jembatan Perdamaian Muslim-Yahudi di Era Krisis Timur Tengah

7 Mins read
Dalam pandangan Islam sesungguhnya terdapat jembatan perdamaian, yakni melalui dialog antar pemeluk agama bukan hal baru dan asing. Dialog antar pemeluk agama…
Feature

Kritik Keras Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi atas Tarekat

3 Mins read
Pada akhir abad ke-19 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi, seorang ulama Minangkabau dan pemimpin Muslim terpelajar, Imam Besar di Masjidil Haram, Mekah, meluncurkan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds