IBTimes.ID – Pada tahun 2019, Pimpinan Pusat Muhammadiyah membuat Pusat Syiar Digital Muhammadiyah (PSDM). Disamping pusat kontrol digital Muhammadiyah, PSDM bertujuan untuk mengembangkan website, jejaring media sosial, analisis media, dan big data. Baik data yang ada di internal Muhammadiyah maupun data yang ada di dunia digital secara umum.
Hal ini disampaikan oleh Agung Danarto, Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah dalam kegiatan Webinar Refleksi Akhir Tahun dengan tema “Aset Big Data Muhammadiyah: Di Mana dan Dikemanakan?” pada Minggu (27/12) secara daring.
Webinar ini diadakan oleh Pimpinan Cabang istimewa Muhammadiyah (PCIM) Malaysia dan dan PCIM Taiwan, bekerja sama dengan Chulia Group of Companies. Adapun pembicara yang hadir, selain Dr. Agung Danarto, ada Dr. Sukadiono, Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya; Dr. Sonny Zulhuda, Ketua PCIM Malaysia; Dr. Agus Samsudin, Ketua MPKU PP Muhammadiyah; Reza Ismail, Founder/CTO Ledger X International – Chulia Group; dan Andi Azhar, MBA, Ketua PCIM Taiwan.
Menurut Agung, meskipun untuk pengembangan website dan jejaring media sosial sudah cukup bagus, namun pelaksanaan big data belum terlalu bisa dimaksimalkan oleh PSDM. Padahal, big data adalah hal yang sangat penting bagi persyarikatan.
“Muhammadiyah itu kan sebenarnya merupakan asosiasi dari puluhan ribu LSM yang semuanya bergerak secara semi otonom. Jumlah PRM kita ada 13.693. PCM kita ada 3.850. PDM ada 461. Itu institusi level pimpinannya. Di masing-masing itu minimal ada 3 ortom yang hidup disitu. Itu jumlah yang sangat banyak,” ujarnya.
Big data diperlukan supaya entitas-entitas kecil tidak merasa bahwa entitasnya hanya berada di lokasinya sendiri. Tapi ia harus merasa menjadi bagian dari koneksi Muhammadiyah yang sangat besar.
Agung menyampaikan data bahwa Muhammadiyah memiliki 2.068 doktor yang tersebar di berbagai PTMA. Jumlah mahasiswa secara keseluruhan yang melaksanakan studi di PTMA ada 589.000. Menurut Agung, jumlah ini sangat besar namun secara pendataan belum dilaksanakan secara optimal.
Ia mencontohkan pentingnya big data ini adalah ketika ada kegiatan KKN. Ratusan ribu mahasiswa yang melaksanakan KKN setiap tahun bisa ditempatkan di seluruh ranting yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Jika Muhammadiyah memiliki big data, maka Muhammadiyah bisa mengirim mahasiswa sesuai dengan kebutuhan masing-masing ranting.
“Belum lagi dosen-dosen dan guru-guru yang dimiliki oleh Muhammadiyah. Konsep dosen dan guru di Muhammadiyah itu tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga harus aktif di Persyarikatan Muhammadiyah. Di beberapa PTM masing-masing dosen punya tugas pengabdian masyarakat. Kalau itu dikembangkan dengan data yang ada, itu akan lebih efektif dan efisien,” imbuhnya.
Saat ini jumlah tanah yang dimiliki oleh Muhammadiyah tidak kurang dari 21.000.000 m persegi. Di antaranya sudah dimanfaatkan, tetapi juga masih ada yang belum dimanfaatkan. Tanah yang belum dimanfaatkan tersebut ada yang besarnya hingga beberapa hektar.
Di Labuan Bajo, ada tanah milik persyarikatan seluas 63 hektar di lokasi yang sangat strategis untuk pariwisata namun belum dimanfaatkan dengan baik. Padahal, menurut Agung, seharusnya tanah itu bisa menjadi sesuatu yang dahsyat.
“Data penting dalam rangka untuk menginterkoneksikan satu sama lain. Jadi kalau tidak ada semangat untuk interkoneksi, kita juga tidak semangat untuk menggali data. Salah satu cara agar tanah kita bisa dimanfaatkan tentu dengan big data. Sekarang data persyarikatan sudah ada tetapi masih di majelis masing-masing,” imbuh Agung Danarto.
Ia mendorong kader-kader Muhammadiyah untuk mendirikan asosiasi sesuai dengan kepakaran di bidangnya masing-masing. Misanya Asosiasi Doktor Informatika Muhammadiyah, Forum Mahasiswa Tafsir Muhammadiyah, dan lain-lain. Begitu juga dengan tenaga ahli sesuai dengan bidang masing-masing.
Ia juga berharap PP Muhammadiyah segera mengetahui SDM-SDM yang mumpuni dalam bidang big data, kemudian memahami gagasan-gagasannya dan tindak lanjut dari gagasan tersebut.
Reporter: Yusuf