Tajdida

Al-Yusr sebagai Hakikat Prinsip Moderasi Beragama

3 Mins read

Dewasa ini sering kali kita jumpai, agama Islam dipandang sebagian orang sebagai agama yang kaku, keras, dan berat karena terlalu banyak aturan. Bagi penulis, orang yang berpandangan seperti ini bisa dipastikan ia masih belum mengenal ajaran Islam secara lebih mendalam. Justru agama Islam adalah agama yang mudah, agama yang fleksibel, dan sama sekali tidak memberatkan. Di dalam Islam, dikenal istilah al-Yusr yang secara bahasa berarti kemudahan. Adapun al-Yusr secara istilah bermakna suatu perbuatan yang tidak memberatkan dan membebani jiwa raga. Kata al-Yusr juga banyak disebutkan di dalam ayat al-Qur’an. Ini membuktikan bahwasanya memang syariat agama Islam yang Allah turunkan mengandung kemudahan.

Karena itu, semua hamba diperintahkan untuk melaksanakan ibadah dengan mudah dan tidak merasa terberatkan lagi terpaksa. Mudah dan tidak memberatkan dalam hal ini bukan berarti membolehkan bermalas-malasan, lalai, apalagi sampai meninggalkan ibadah. Begitu pula sebaliknya, ketat bukan berarti kaku secara umum.

Islam Agama Moderat: Mudah tapi Jangan Dipermudah

Di sinilah terlihat bahwa ajaran Islam yang moderat, tidak berlalai-lalaian sampai meninggalkan aturan syariat dan tidak pula kaku kekakuan sampai memberatkan dan sangat statis.

Sebagai bukti syariat Islam yang menunjukkan sisi moderatnya tercermin di dalam Al-Qur’an dan hadis-hadis nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, di antaranya sebagai berikut:

يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ

“…Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur.” (QS. al-Baqarah: 185)

***

Meskipun prinsip kemudahan pada ayat di atas mengandung kemudahan dalam berpuasa. Akan tetapi pada ayat ini sejatinya juga mencakup kemudahan dalam segala hal. Hal ini selaras dengan kaedah al-ibrah bi umum al-lafadz la bi khusus as-sabab.

Di ayat lain juga disebutkan prinsip dasar kemudahan dalam agama Islam;

Baca Juga  Review Buku Islam, Otoritarianisme, dan Ketertinggalan

لَا يُكَلِّفُ ٱللَّهُ نَفْسًا إِلَّا وُسْعَهَا

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kemampuannya…”(QS. al-Baqarah: 286)

Pada ayat di atas, jelas dikatakan bahwa sejatinya ajaran agama Allah itu mudah, tidak ada unsur kesulitan di dalamnya. Di mana Allah sama sekali tidak menuntut hamba-hambanya dengan sesuatu yang tidak mereka sanggupi.

Sesuai dengan ayat-ayat di atas, hadis-hadis nabi pun menjelaskan hal demikian;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ هَذَا الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَيَسِّرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدَّلْجَةِ

Dari Abu Hurairah, dia berkata; “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Sesungguhnya agama ini mudah dan tidak ada seorangpun yang bersikap keras terhadap agama melainkan dia akan terkalahkan, maka bersikaplah lurus, dan bersikaplah sederhana, berilah kabar gembira, berilah kemudahan, dan mintalah pertolongan pada saat pagi hari dan sore hari dan sedikit dari waktu malam.” (HR. al-Bukhari)

Secara garis besar hadis di atas mengandung unsur perintah, sedang perintah Rasulullah bisa berlaku sebagai anjuran dan bahkan bisa menjadi kewajiban bagi umatnya sendiri. Demikian Rasulullah sendiri juga mencontohkan sikap mengambil kemudahan apabila dihadapkan dengan dua pilihan sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut;

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ مَا خُيِّرَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَ أَمْرَيْنِ أَحَدُهُمَا أَيْسَرُ مِنْ الْآخَرِ إِلَّا اخْتَارَ أَيْسَرَهُمَا مَا لَمْ يَكُنْ إِثْمًا فَإِنْ كَانَ إِثْمًا كَانَ أَبْعَدَ النَّاسِ مِنْهُ

Dari ‘Aisyah dia berkata; “Apabila Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi pilihan dari dua urusan atau pekerjaan, yang salah satunya lebih mudah dari pada yang lainnya, maka beliau memilih yang termudah, selama yang termudah itu tidak mengandung dosa. Jika perkara itu mengandung dosa, maka beliau adalah orang yang paling menjauhkan diri dari padanya. (HR. Muslim)

Baca Juga  Dari Siti Jenar Sampai Thaha: Mereka yang Dibunuh Karena Beda Pikiran

Jangan Mempersulit Diri Sendiri

Sangat jelas pada hadis di atas bahwa mengambil perkara yang paling mudah adalah kebiasaan Rasulullah. Sedangkan Rasulullah sendiri merupakan uswatun hasanah (teladan) bagi umatnya. Hal tersebut juga menunjukkan kecintaan Rasulullah kepada umatnya, tujuannya jelas agar umatnya dapat melaksanakan amalan-amalan Rasulullah dengan mudah dan tidak memberatkan. Maka demikian hal tersebut Rasulullah ajarkan kepada para sahabatnya agar dalam berdakwah selalu mengedepankan kemudahan, kesantunan, dan menghindari hal-hal yang menyusahkan.

Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut;

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي الْمَسْجِدِ فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ فَقَالَ لَهُمْ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ دَعُوهُ وَأَهْرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ دَلْوًا مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ

Dari Abu Hurairah dia berkata; bahwa ada Arab Badui kencing di masjid, maka sebagian orang mencelanya, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menegurnya, “Biarkan dia. Siramkan seember air ke kencingnya. Kalian diutus untuk memberi kemudahan, bukan untuk kesulitan.” (HR. al-Bukhari)

Hadis tersebut menjadi landasan bahwa dalam amar mar’ruf nahi munkar pun juga harus santun, berusaha memudahkan, dan menyenangkan hati orang. Dengan begitu, objek sasaran dakwah akan merasa senang. Terlebih lagi bagi mereka yang baru mengenal agama Islam akan menjadi kokoh hati dan jiwa mereka jika mengenal hakikat prinsip agama Islam yang mudah ini.

Demikian juga sebaliknya, jika kita berlaku keras dan kasar dalam berdakwah justru malah bisa menjauhkan seseorang dari agama Islam, hal ini justru memperparah keadaan dan inilah yang dikhawatirkan.

Berdasarkan beberapa hal di atas, jika kita pahami agama Islam ini secara lebih mendalam. Kita akan memahami bahwa agama Islam ini sejatinya merupakan agama yang manusiawi. Dengan demikian, memilih hal yang mudah dalam melaksanakan ajaran agama merupakan suatu keharusan, karena syariat memang menuntut kita untuk berlaku demikian.

Baca Juga  Halalbihalal: Sebuah Tradisi Ruhaniyah di Indonesia

Semoga kita tetap selalu istiqomah dengan agama Islam yang mudah ini, Aamiin ya Rabbal ‘Alamiin.

2 posts

About author
Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Jurusan Ilmu Hadis. Anggota Tim Redaksi Artikula.id, Pembina Literasisambas.org
Articles
Related posts
Tajdida

Islam Berkemajuan: Agar Umat Bangkit dari Kemunduran

7 Mins read
Islam Indonesia: Berkemajuan tapi Pinggiran Pada 2015 terjadi dua Muktamar mahapenting: (1) Muktamar Islam Nusantara milik Nahdlatul Ulama, (2) Muktamar Islam Berkemajuan…
Tajdida

Ketika Muhammadiyah Berbicara Ekologi

4 Mins read
Apabila dicermati secara mendalam, telah terjadi degradasi nilai-nilai manusia, nampakyna fungsi utama manusia sebagai khalifah fil ardh penjaga bumi ini tidak nampak…
Tajdida

Siapa Generasi Z Muhammadiyah Itu?

3 Mins read
Dari semua rangkaian kajian dan dialog mengenai Muhammadiyah di masa depan, agaknya masih minim yang membahas mengenai masa depan generasi Z Muhammadiyah….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds