Sunnah Tasyri’ | Seiring dengan perkembangan masa yang dinamis, pemikiran dalam studi keIslaman juga terus berkembang. Salah satu hal yang dikaji dalam studi keIslaman adalah studi tentang konsep sunnah.
Umat Islam umumnya menganggap bahwa hadis yang terumuskan dalam sunnah merupakan sebuah hal yang tidak bisa di tawar lagi dalam pengamalanya. Sehingga, di antara mereka cenderung memandang sunnah sebagai syariat yang mengikat (al-sunnah kulluha tasyrî’iyyah).
Oleh sebab itu, muncullah permasalahan tentang pandangan bahwa sunnah Nabi merupakan syariat yang mengikat dan wajib diikuti. Dan bagi yang tidak mengikuti, akan disebut sebagai golongan inkar sunnah atau ahlu bidah (Arifin and Hasbi 2019).
Munculnya problematika di atas merupakan sebuah pemicu para ulama hadis khususnya untuk mengkaji lebih dalam lagi.
Sehingga, lahirlah sebuah konsep sunnah yang disebut dengan istilah Sunnah Tasyri’iyah dan Ghairu Tasyri’iyah.
Sebenarnya, tentang konsep sunnah tasyri’ dan ghairu tasyri’ bermuara pada konsep kedudukan Nabi Muhammad Saw.
Beliau dikenal sebagai seorang Rasul dan juga sebagai manusia pada umumnya. Klasifikasi posisi dan kedudukan nabi dibedakan menjadi tiga kategori (Wardi 2015).
Kedudukan Nabi Muhammad Saw
Pertama, Kapasitas Sebagai Seorang Rasul.
Rasulullah adalah orang yang diutus pada manusia untuk menunjukkan jalan yang benar. Dalam kapasitas beliau sebagai rasul, seluruh sabda beliau dapat menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar lagi. Beliau harus diikuti dan dipatuhi oleh seluruh muslim, suka atau tidak.
Kedua, Kapasitas Nabi Sebagai Pemimpin Masyarakat.
Sebagai seorang pemimpin, beliau menjalankan roda pemerintahan Islam di Madinah seperti layaknya kepala negara.
Beliau mengadakan rapat dengan orang-orang kepercayaannya, mengirim surat-surat kenegaraan ke negeri lain, memimpin perang, mengatur masyarakat, dan sebagainya.
Ketiga, Kapasitas Nabi Sebagai Pribadi Biasa.
Nabi Muhammad Saw juga sebagai seorang manusia biasa pada umumnya. Tentunya juga melakukan segala aktifitas seperti manusia pada umunya. Seperti halnya makan, minum, menikah dan lain sebagainya.
Apa itu Sunnah Tasyri’?
Sunnah Tasyri’iyyah, yaitu Sunnah yang disampaikan dengan jalan risalah (ma sabiluhu sabilu tabligh al-risalah). Hadis ini muncul dari diri Muhammad sebagai pembawa risalah dan harus ditaati, sebab bisa dikatakan bahwa apa yang diterima Muhammad pada kedudukan tersebut merupakan wahyu atau juga ijtihad Nabi atas bimbingan wahyu.
Menurut al-Dahlawi, jenis hadis yang masuk dalam kategori tasyri’iyyah terdapat empat kategori (Arifin and Hasbi 2019).
Contoh Sunnah Tasyri’
Pertama, Ilmu-ilmu tentang hari akhirat dan keajaiban-keajaiban yang tidak dapat dicapai oleh manusia biasa. Semua hal ini berdasarkan wahyu dari Allah.
Contoh :
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ رَسُوْلَ اللهِ ص قَالَ: اِنَّ اَحَدَكُمْ اِذَا مَاتَ عُرِضَ عَلَيْهِ مَقْعَدُهُ بِاْلغَدَاةِ وَ اْلعَشِيّ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ فَمِنْ اَهْلِ اْلجَنَّةِ وَ اِنْ كَانَ مِنْ اَهْلِ النَّارِ فَمِنْ اَهْلِ النَّارِ. يُقَالُ: هذَا مَقْعَدُكَ حَتَّى يَبْعَثَكَ اللهُ اِلَيْهِ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ. مسلم 4: 2199
Dari Ibnu ‘Umar bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya salah seorang di antara kalian apabila meninggal dunia akan diperlihatkan kepadanya tempat duduknya di waktu pagi dan sore. Jika ia termasuk ahli surga, maka akan diperlihatkan surga kepadanya. Dan jika ia termasuk ahli neraka, akan diperlihatkan neraka kepadanya. Lalu dikatakan kepadanya, “Ini adalah tempatmu hingga Allah membangkitkan kamu kepadanya pada hari qiyamat” [HR. Muslim juz 4, hal. 2199].
Kedua, Aturan-aturan syariat, batasan-batasan ibadah, dan masalah-masalah irtifaqat (muamalah sesama manusia).
Contoh:
لا يَنْظُرُ الرَّجُلُ إِلَى عَوْرَةِ الرَّجُلِ وَلاَ الْمَرْأَةُ إِلَى عَوْرَةِ الْمَرْأَةِ
“Janganlah laki-laki melihat aurat laki-laki yang lain. Janganlah pula wanita melihat aurat wanita yang lain.” (HR. Muslim no. 338).
Ketiga, kebijakan-kebijakan praktis (hikam al-mursalah) dan kemaslahatan mutlak yang nabi tidak menetapkannya untuk waktu tertentu dan tidak pula menentukan batasannya, seperti penjelasan Nabi tentang yang baik dan buruk.
Contoh:
انَّ رجلًا قالَ : يا رسولَ اللَّهِ أيُّ النَّاسِ خيرٌ ؟ قالَ : مَن طالَ عمرُهُ ، وحَسنَ عملُهُ ، قالَ : فأيُّ النَّاسِ شرٌّ ؟ قالَ : مَن طالَ عمرُهُ وساءَ عملُهُ
Ketika Rasulullah SAW ditanya, ”Siapa manusia terbaik?” Beliau menjawab, ”Orang yang panjang usianya dan baik amalnya.” Beliau kembali ditanya, ”Lalu siapa manusia terburuk?” Jawab Rasul, ”Orang yang panjang usianya tetapi jelek amalnya.” (HR at-Tirmidzi).
Keempat, keutamaan-keutamaan perbuatan dan sifat-sifat istimewa dari orang yang berbuat kebajikan.
Contoh:
انَّ الْعَبْدَ لَيَتَكَلَّمُ بِالْكَلِمَةِ، يَنْزِلُ بِهَا فِي النَّارِ أَبْعَدَ مَا بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ
“Sesungguhnya seorang hamba mengucapkan kalimat tanpa dipikirkan terlebih dahulu, dan karenanya dia terjatuh ke dalam neraka sejauh antara timur dan barat.” (HR. Muslim no. 2988).
Demikian ulasan tentang bagaimana konsep kedudukan Nabi Muhammad Saw dan juga Sunnah Tasyri’. Untuk pembahasan tentang Sunnah Ghairu Tasyri’ akan di bahas di artikel berikutnya.
Daftar Rujukan
Arifin, Johar, and M Ridwan Hasbi. 2019. “Jurnal An-Nida ’ Klasifikasi Sunnah Tasyri ’ Iyah Dan Ghairu Tasyri ’ Iyah Perspektif Pemikiran Ahmad Syah Waliyullah Al-Dahlawi Johar Arifin Jurnal An-Nida’, ” An-Nida’: Jurnal Pemikiran Islam 43 (1): 17–37.
Wardi, Moh. 2015. “Interpretasi Kenabian (Peran Ganda Nabi Muhammad Sebagai Manusia Biasa Dan Rasul).” JAU: Jurnal Penelitian Dan Pemikiran KeIslaman 2 (1): 36–46.
Editor: Yahya FR