Perspektif

Apabila Muhammadiyah Menjadi Negara

3 Mins read

Membayangkan Muhammadiyah menjadi sebuah negara tentu bukanlah mimpi siang bolong belaka. Dengan kekuatan ideology, massa, serta manajemen yang telah merambah seluruh sector kehidupan membuat Muhammadiyah memiliki kekuatan yang bisa dikatakan hampir setara dengan negara.

Disini penulis tidak bermaksud menjadikan Muhammadiyah sebagai musuh negara yang ingin mengkudeta pemerintahan yang sah. Penulis hanya meng-analogikan Muhammadiyah apabila menjadi sebuah negara dengan kekuatan yang dimilikinya saat ini.

Sejak didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada 1912 silam, kini Muhammadiyah menjelma menjadi sebuah organisasi keagamaan dan kemasyarakatan terbesar di Indonesia. Jaringan kader yang terbangun telah menyebar ke 34 provinsi dan otoritas kedaerahan yang ada didalamnya.

Organisasi otonom dibawah naungan Muhammadiyah dirasa mampu mengakomodir berbagai aspirasi yang muncul di berbagai lapisan masyarakat.

Mulai dari IPM bagi kalangan pelajar, IMM bagi kalangan mahasiswa, PM bagi kalangan pemuda, NA bagi kalangan pemudi, dan Aisyiah bagi kalangan wanita. Belum lagi lembaga-lembaga lain yang ada dalam struktur keorganisasian ortom.

Faktor pendukung lain adalah adanya Majelis-Majelis yang membantu dalam menyelesaikan persoalan sendi-sendi kehidupan di dalam masyarakat seperti pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi.

Konsistensi Muhammadiyah dalam berdakwah melalui beragam sektor menjadikannya memiliki amal usaha yang begitu banyak. Amal usaha bidang pendidikan dalam berbagai jenjang hampir merata dimiliki Muhammadiyah di semua provinsi.

Belum lagi amal usaha lain berupa rumah sakit, panti asuhan, panti jompo serta balai pendidikan dan keterampilan. Dengan penyebaran gerakan dakwah Muhammadiyah yang begitu massif dan konkrit maka tak ayal jumlah pengikut Muhammadiyah ditaksir melebihi angka 20 juta jiwa.

Dengan keadaan seperti yang dipaparkan diatas, lantas bisakah Muhammadiyah bertransformasi menjadi sebuah negara?

Baca Juga  Pada Mulanya Muhammadiyah Adalah "Islam Jawa"

Konsep Negara Menurut Thomas Aquinas

Bagi para pemerhati dinamika perpolitikan dunia, mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama Thomas Aquinas. Ia merupakan seorang Imam Katolik, pemikir politik serta filsuf yang sangat berpengaruh dalam tradisi skolastisisme.

Konsep negara yang digagas oleh Thomas Aquinas didasari dari argumentasinya tentang hukum alam. Manusia, dijelaskan oleh Aquinas, sebagai seorang individu yang hidup dalam alam bebas sehingga memungkinkan juga mengalami dan menyelesaikan setiap tantangan dan kekacauan.

Dalam perkembangannya, manusia membutuhkan lembaga sosial yang paling tinggi dan berfungsi untuk menjamin manusia dalam memenuhi kebutuhan fisiknya. Lembaga sosial ini harus memiliki kemampuan yang lebih besar dari lingkungan sosial kecil seperti desa dan kota. Disitulah yang menjadi alasan terbentuknya negara. 

Baginya, negara merupakan bagian integral dari alam semesta sehingga negara juga memiliki sifat dan karakter yang serupa dengan semesta. Negara juga dicita-citakan Aquinas berbentuk hierarki, dimana yang berada diatas memiliki fungsi untuk memerintah, menata dan membimbing yang berada dibawah atau yang berada dalam tatanan yang lebih rendah.

Dari berbagai bentuk negara yang ada, Aquinas berpendapat bahwa negara dengan penguasa tunggal atau monarki merupakan bentuk negara terbaik.

Aquinas juga menggaris-bawahi mengenai pentingnya pemilihan pemimpin yang dilakukan oleh pemimpin-pemimpin masyarakat yang dipilih berdasarkan kompetensi dan kualitasnya yang baik. Ia juga memandang pentingnya membatasi kekuasaan dari penguasa yang sudah terpilih.

Tentang tujuan negara, Aquinas sependapat dengan gagasan Aristoteles bahwa negara bertugas untuk menciptakan kebahagiaan individual dengan membantu warga mengembangkan kemampuan-kemampuan naturalnya.

Negara Muhammadiyah

Dalam melihat negara melalui kacamata Thomas Aquinas, maka dapat disimpulkan bahwa apabila Muhammadiyah menjadi sebuah negara, ia lebih berkemajuan dari apa yang disebut Aquinas sebagai negara terbaik.

Baca Juga  Bukannya Membenci, Umat Islam Seharusnya Belajar Kepada Cina

Saat ini, Muhammadiyah tidak hanya menjadi lembaga sosial (negara) yang mampu melayani masyarakat sesuai dengan kebutuhan fisiknya saja, dalam hal kebutuhan rohani, Muhammadiyah juga memiliki medium untuk melakukannya.

Tujuan negara versi Aquinas juga sejalan denga tujuan Muhammadiyah, yakni dakwah yang menggembirakan. Ahmad Dahlan selaku masterpiece Muhammadiyah telah memberikan berbagai contoh mengenai cara dakwah yang menggembirakan serta sarat akan makna.

Dengan hierarki struktural kepemimpinan Muhammadiyah yang runtut dan sistematis mulai dari tingkatan ranting hingga pusat, maka secara otomatis tingkatan tersebut berubah menjadi otoritas otonom kedaerahan seperti ranting yang berubah menjadi desa, cabang menjadi kecamatan, wilayah menjadi provinsi hingga pusat yang menjadi wewenang tertinggi dalam otoritas kenegaraan.

Ketua PP Muhammadiyah akan menjadi presiden negara Muhammadiyah. Proses pemilihan ketua yang selama ini dilakukan dalam Muhammadiyah selaras dengan apa yang diinginkan oleh Aquinas, yakni pemimpin ditentukan oleh orang-orang tertentu (formatur) yang dipilih berdasarkan kecakapan dalam memimpin, keluasan ilmu serta kepribadiannya dalam berakhlak.

Dan sudah menjadi pengetahuan umum bahwa pemimpin Muhammadiyah dibatasi selama 5 tahun dan maksimal memimpin selama 2 periode.

Tentu menarik jika Muhammadiyah benar-benar menjadi negara. Setiap upacara, maka masyarakat menyanyikan lagu Sang Surya, lalu mengkibarkan bendera Muhammadiyah dengan logo serta warnanya yang khas.

Kemudian setiap tanggal 18 November menjadi hari libur nasional. Untuk masalah pertahanan tak perlu dikhawatirkan lagi, Muhammadiyah mempunyai KOKAM yang siap siaga menghalau setiap ancaman luar dan dalam negeri.

Hizbul Wathan dan Tapak Suci akan menjadi ektrakulikuler wajib di seluruh institusi pendidikan yang ada di dalam negara. Dan yang paling unik lagi, masyarakat tidak akan kebingungan dalam menentukan hari-hari keagamaan seperti Idul Fitri dan Idul Adha.

Baca Juga  Menyaksikan Manusia Mengusir Tuhan

Karena pemerintahan Muhammadiyah telah memberikan tanggal pasti bahkan 10 tahun sebelum perayaannya.

Editor: Yahya FR
Avatar
11 posts

About author
Kader IMM Renaissance FISIP UMM
Articles
Related posts
Perspektif

Tidak Bermadzhab itu Bid’ah, Masa?

3 Mins read
Beberapa waktu lalu, ada seorang ustadz berceramah tentang urgensi bermadzhab. Namun ceramahnya menuai banyak komentar dari berbagai kalangan. Ia mengatakan bahwa kelompok…
Perspektif

Psikologi Sosial dalam Buku "Muslim Tanpa Masjid"

3 Mins read
Dalam buku Muslim Tanpa Masjid, Kuntowijoyo meramalkan pergeseran signifikan dalam cara pandang umat Islam terhadap agama dan keilmuan. Sekarang, ramalan tersebut semakin…
Perspektif

Paradoks Budaya Korupsi Masyarakat Religius

2 Mins read
Korupsi yang tumbuh di masyarakat yang dikenal religius memang menjadi paradoks. Di masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai agama, mestinya kejujuran, integritas, dan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds