IBTimes.ID – Deru air sungai yang meninggi dan hujan tanpa jeda selama sepekan terakhir menjadi meruntuhkan sebuah bangunan pendidikan agama di Aceh. Gedung asrama putra Pondok Pesantren Dayah Najmul Hidayah Al Aziziyah di Meunasah Subung Cot Meurak Blang, Kabupaten Bireuen, Aceh, ambruk ke aliran sungai yang meluap akibat longsor tebing, Rabu (26/11).
Peristiwa ini menorehkan duka mendalam, meskipun syukurnya tidak merenggut korban jiwa. Sebab ratusan santri yang menghuni asrama telah dievakuasi ke masjid pesantren sejak malam sebelumnya. Pembina Dayah, Tgk Adli Abdullah, mengonfirmasi langsung keselamatan para santri.
Longsor diduga kuat akibat runtuhnya pengaman tebing sungai yang berada persis di samping bangunan asrama. Kejadian ini menimbulkan kerugian materiil yang diperkirakan mencapai miliaran rupiah. Dan kini, para santri membutuhkan bantuan darurat.
Kronologi Ambruknya Asrama Pesantren di Bireuen
Ambruknya bangunan asrama yang dipimpin Tgk Tarmizi M Daud Al Yusufy atau Waled Ar tersebut dipicu hujan deras berkepanjangan yang melanda wilayah Aceh dalam beberapa hari terakhir.
Tekanan debit air sungai yang terus meningkat membuat tebing di sisi bangunan tak sanggup bertahan. Perlahan, tanah penyangga runtuh, menyeret tembok dan struktur asrama hingga jatuh ke dasar sungai.
Pembina Dayah, Tgk Adli Abdullah sebagaimana dikutip dari ANTARA (27/11/15) menyebutkan bahwa lokasi bangunan memang berada sangat dekat dengan bibir sungai. Dalam kondisi hujan ekstrem, arus deras menghantam pengaman tebing yang seharusnya melindungi area pesantren. Namun pengaman tersebut justru runtuh lebih dahulu, membuka jalan bagi longsor besar yang tak terelakkan.
Dan ironisnya, tembok penahan tebing sungai yang menggunakan material batu gajah itu telah lama menyimpan masalah.
Adli menjelaskan bahwa konstruksi pengaman tersebut diduga tidak dibangun sesuai standar teknis. Bahkan, proyek yang dikerjakan pada 2016 itu sempat tersandung persoalan hukum dan sebelumnya pernah jebol saat banjir bandang menerjang Sungai Krueng Batee Iliek.
Dampak dan Kebutuhan Mendesak Bagi Santri
Di tengah situasi genting itu, langkah penyelamatan datang tepat waktu. Ratusan santri yang menghuni asrama telah dievakuasi ke masjid pesantren sejak malam sebelum kejadian, menyusul kekhawatiran akan kondisi bangunan yang kian rapuh. Keputusan cepat tersebut menyelamatkan 329 santri dari potensi korban jiwa saat bangunan benar-benar ambruk.
“Alhamdulillah, tidak ada korban, karena santri sudah diungsikan dari semalam ke masjid pesantren, Allah maha kuasa,” kata Tgk Adli Abdullah.
Meski nyawa terselamatkan, kerugian materiil yang ditinggalkan tidaklah kecil. Asrama beserta fasilitas di dalamnya diperkirakan menelan kerugian lebih dari Rp6 miliar.
Adli menyebutkan bahwa kasur, lemari, kitab, pakaian, hingga perlengkapan belajar santri hanyut terbawa longsor. Dalam sekejap, ratusan santri kehilangan tempat tinggal sekaligus harta benda pribadi mereka.
Kini, kehidupan para santri bertumpu pada solidaritas dan bantuan darurat. Adli sebagai pihak Dayah mengaku sangat membutuhkan dukungan segera dari pemerintah maupun masyarakat.
Ia mengatakan, kebutuhan paling mendesak adalah pendirian dapur umum untuk memastikan ketersediaan makanan harian, serta bantuan pakaian layak pakai bagi ratusan santri terdampak.
“Kita butuh dapur darurat dan pakaian pengganti bagi santri yang menghuni asrama ini mencapai 329 orang,” kata Adli Abdullah.
Bencana ini menjadi pengingat keras akan pentingnya perencanaan dan pengawasan infrastruktur, terutama di kawasan rawan bencana. Di balik runtuhnya sebuah bangunan, tersimpan harapan besar agar keselamatan dan keberlangsungan pendidikan para santri tetap terjaga.
(MS)

