Tafsir

Ayat-Ayat Toleransi dalam Al-Qur’an yang Wajib Kamu Pahami!

3 Mins read

Toleransi memang sudah ada sejak zaman Rasulullah. Umat Islam memahami bahwa piagam Madinah sebagai salah satu bukti bahwa kehidupan Nabi Muhammad yang penuh akan toleransi terhadap umat beragama non Islam yang hidup di Madinah kala itu. Namun, perlu kita ketahui dan pahami juga bahwa di dalam Al-Qur’an juga terdapat ayat-ayat yang berbicara tentang toleransi. Mari coba kita bahas.

Inilah Ayat-Ayat Toleransi dalam Al-Qur’an

Berikut adalah beberapa ayat-ayat toleransi dalam Al-Qur’an yang dapat dapat kita pelajari dan pahami bersama:

Pertama, Surah Al-Baqarah ayat 256

لَآ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِالطَّاغُوْتِ وَيُؤْمِنْۢ بِاللّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَامَ لَهَا ۗوَاللّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

Artinya: Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.”

Secara umum, ayat di atas mengandung makna peringatan atas adanya suatu larangan bagi golongan yang satu kemudian memaksa golongan yang lain untuk memeluk dan menganut keyakinan yang dianutnya. Setiap manusia diberikan kehendak agar mereka bisa hidup damai tanpa adanya pemaksaaan. Terutama bagi mereka yang non muslim tidak ada paksaan sekalipun untuk memeluk agama Islam.

Al-Nawawi dalam tafsirnya Marah Labid menjelaskan bahwa di dalam ayat di atas menegaskan akan adanya larangan untuk memaksa orang lain untuk masuk ke dalam satu agama, termasuk agama Allah (Islam) sekalipun. Manusia yang diberikan akal tentu sudah tentu mengetahui mana yang hak dan bathil, baik dan buruk serta yang benar atau sesat.

Baca Juga  Misbahul Arifin; Hafidz, Tunanetra, dan Pegiat Isu Toleransi

***

Kedua, Surah Yunus Ayat 99-100

Adapun bunyi dari ayat 99 yaitu:

وَلَوْ شَاۤءَ رَبُّكَ لَاٰمَنَ مَنْ فِى الْاَرْضِ كُلُّهُمْ جَمِيْعًاۗ اَفَاَنْتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتّٰى يَكُوْنُوْا مُؤْمِنِيْنَ

Artinya: Dan jika Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang di bumi seluruhnya. Tetapi apakah kamu (hendak) memaksa manusia agar mereka menjadi orang-orang yang beriman?”

Kemudian dilanjutkan pada ayat 100 berbunyi:

وَمَا كَانَ لِنَفْسٍ اَنْ تُؤْمِنَ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَيَجْعَلُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِيْنَ لَا يَعْقِلُوْنَ

Artinya: Dan tidak seorang pun akan beriman kecuali dengan izin Allah, dan Allah menimpakan azab kepada orang yang tidak mengerti.”

Memahami ayat di atas secara umum, nampaknya kita sendiri akan menemukan makna keimanan adalah sebuah anugerah dari Allah. Tidak ada satu orang pun yang mampu memberikan atau memaksakan keimanan terhadap manusia yang lain.

Tugas kita sebagaimana manusia hanya menyampaikan dakwah, bukan memaksakan mereka untuk menganut dan mekayini apa yang kita dakwahkan.

Adapun pada ayat berikutnya, Wahbah Az-Zuhaili dalam tafsirnya Al-Munir menegaskan bahwa setiap manusia tidak akan beriman kecuali kehendak dan pertolongan dari Allah. Allah akan memberi petunjuk kepada siapa yang dikehendaki Nya dengan bijaksana, pengetahuan dan sifat adil Nya.

***

Ketiga, Al-Hajj Ayat 40

الَّذِيْنَ اُخْرِجُوْا مِنْ دِيَارِهِمْ بِغَيْرِ حَقٍّ اِلَّآ اَنْ يَّقُوْلُوْا رَبُّنَا اللّٰهُ ۗوَلَوْلَا دَفْعُ اللّٰهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَّهُدِّمَتْ صَوَامِعُ وَبِيَعٌ وَّصَلَوٰتٌ وَّمَسٰجِدُ يُذْكَرُ فِيْهَا اسْمُ اللّٰهِ كَثِيْرًاۗ وَلَيَنْصُرَنَّ اللّٰهُ مَنْ يَّنْصُرُهٗۗ اِنَّ اللّٰهَ لَقَوِيٌّ عَزِيْزٌ

Artinya: “(yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa.”

Ayat itu umumnya mengidentifikasikan akan kesamaan hak antara penganut agama yang satu dengan agama yang lainnya. Mengingat bahwa bagaimana kala itu umat Islam diusir karena mengucapkan kalimat syahadat di hadapan mereka para orang orang kafir. Ayat ini pun dijadikan landasan untuk diperbolehkannya perang di masa itu.

Baca Juga  Empat Keuntungan Mentadabburi Al-Qur’an

Namun seharusnya, umat muslim maupun non muslim senantiasa menjunjung tinggi nilai toleransi; persamaan hak, kedamaian, keamanan dan kenyaman di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Al-Nawawi menjelaskan bahwa sikap orang kafir di dalam ayat tersebut mencermikan sikap yang intoleran, karena pada hakikatnya setiap orang berhak menganut segala keyakinan yang mereka anggap itu benar.

***

Keempat, Surah Al-An-‘Am Ayat 108

وَلَا تَسُبُّوا الَّذِيْنَ يَدْعُوْنَ مِنْ دُوْنِ اللّٰهِ فَيَسُبُّوا اللّٰهَ عَدْوًاۢ بِغَيْرِ عِلْمٍۗ كَذٰلِكَ زَيَّنَّا لِكُلِّ اُمَّةٍ عَمَلَهُمْۖ ثُمَّ اِلٰى رَبِّهِمْ مَّرْجِعُهُمْ فَيُنَبِّئُهُمْ بِمَا كَانُوْا يَعْمَلُوْنَ

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Agama Islam tidak mengajarkan dan sangat melarang umatnya untuk mencela, mencaci-maki atau menghina agama lain dalam bentuk apapun. Adanya kewajiban untuk saling menjaga dan merawat kedamaian, kenyamanan, ketentraman dalam hidup, semua umat beragama juga berhak menjaga kesucian agama masing-masing. Melarang adanya sifat mencela, sehingga munculnya keharmonisan antar sesama pemeluk agama.

Adapun ayat-ayat di atas adalah ayat-ayat yang jarang dibahas oleh dai, karena itu kita harus sering sering mendakwahkan ayat tersebut supaya nilai-nilai toleransi dalam Al-Qur’an lebih familiar didengar oleh orang-orang Islam.

Artikel ini diproduksi atas kerjasama antara IBTimes dan INFID dalam program Kampanye Narasi Islam Moderat kepada Generasi Milenial.

Editor: Soleh

Related posts
Tafsir

Apakah Allah Bisa Tertawa?

4 Mins read
Sebagaimana menangis, tawa juga merupakan fitrah bagi manusia. Hal tersebut sesuai dengan firman Allah dalam QS. al-Najm [53]: 43 mengenai kehendak-Nya menjadikan…
Tafsir

Kontroversi Tafsir Ayat Pernikahan Anak dalam Qur’an

4 Mins read
Pernikahan, yang seharusnya menjadi lambang cinta dan komitmen, kerap kali terjebak dalam kontroversi. Salah satu kasus terbaru yang menarik perhatian publik adalah…
Tafsir

Sepintas Sejarah Gagasan Tafsir Modern di Indonesia

4 Mins read
Pada subbab yang ditulis oleh Abdullah Saeed berjudul “The Qur’an, Interpretation, and the Indonesian Context” merupakan bagian dari bukunya Saeed sendiri, yaitu…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds