Tanya:
Apakah ada tuntunan membaca shadaqallahul ‘adhim setiap selesai membaca ayat Al-Quran sebagaiman sering kita dapati dalam masyarakat? (Penaya: TU Aisyiyah Wil. Sumatera Utara).
Jawab:
Kalau kita baca ayat 95 surat Ali Imran akan kita dapati ayat yang berbunyi: “Qul shadaqallahu” dan seterusnya, yang maksudnya memerintahkan untuk membenarkan apa yang difirmankan oleh Allah dalam Al-Quran tentang kehalalan makanan bagi Bani Israil, kecuali yang diharamkan oleh mereka sendiri. Dan merupakan bantahan anggapan orang Yahudi bahwa Nabi Muhammad SAW tidak benar-benar mengikuti Agama Ibrahim, karena menghalalkan daging unta dan air susunya. Padahal, yang benar ialah bahwa Allah dalam Taurat pun tidak mengharamkan daging unta dan air susunya itu, tetapi karena mereka sendiri yang mengharamkan.
Firman di atas juga bantahan terhadap anggapan orang Yahudi yang tidak membenarkan apa yang dibawa Nabi sebagai wahyu uang benar, karena tindakan Nabi mengubah kiblat. Padahal, Baitul Maqdis lebih baik dari Makkah, menurut tanggapan mereka.
Melihat sebab turunnya ayat dan munasabah ayat itu dengan ayat sebelumnya, ayat ‘Qul shadaqallahu” tidak dimaksudkan untuk tuntunan setiap akhir membaca ayat Al-Quran harus membaca ayat tersebut. Orang yang mengakhiri bacaan ayat tidak harus membaca demikian dan orang yang tidak membaca demikian setelah selesai membaca ayat juga sesuai dengan tuntunan agama.
Tentu saja dalam hati kita harus ada keyakinan yang demikian (akan kebenaran firman Allah itu), tetapi tidak perlu diucapkan menjadi rangkaian bacaan yang mesti dilakukan sebagaimana bacaan Ta’awwudz yang memang dituntunkan sebelum membaca ayat, dan sebagaimana dituntunkan untuk tenaga dan memperhatikan di kala ayat Al-Quran dibaca.
Sumber: Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Fatwa-fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1.
Editor: Arif