Fikih

Benarkah Disunahkan Berbuka dengan yang Manis-Manis?

2 Mins read

Saat berbuka puasa, di antara kita mungkin lebih sering memilih menu berbuka dengan yang manis-manis. Selain rasanya enak dan mengenyangkan, juga dilansir dari artikel hallosehat berbuka dengan yang manis-manis dapat menambah gula darah tubuh yang seharian berkurang selama puasa. Karena gula darah merupakan sumber energi tubuh.

Jadi tak heran jika selama seharian puasa tubuh kita merasa lemas dan membutuhkan sumber energi dari makanan yang manis. Hanya saja yang perlu digaris bawahi tentu makanan manis disini maksudnya dari pemanis alami, tanpa campuran.

Biasanya, menu berbuka yang manis-manis dibuat dari gula buatan, bukan dari gula alami. Seperti kolak, es buah, es teh, dan aneka kue. Jarang masyarakat menjadikan buah sebagai menu berbuka puasa, kecuali buah kurma yang memang menjadi tradisi menu berbuka puasa.

Slogan “Berbuka dengan yang manis-manis” usut-punya usut berasal dari Rasulullah SAW. Karena beliau menganjurkan umatnya untuk berbuka dengan kurma, yang kita tau kurma termasuk makanan yang manis.

Namun yang mengganjal, apakah dengan anjuran berbuka dengan kurma bisa digeneralisasi dengan anjuran berbuka dengan menu makanan yang manis-manis?

Rasulullah SAW Tidak Menganjurkan Berbuka Dengan yang Manis-Manis

Dari Salman bin Amir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda “Bila kalian berpuasa, maka berbukalah dengan kurma, karena kurma itu barakah. Kalau tidak ada kurma, maka dengan air, karena air itu mensucikan” (HR. Abu Daud dan At-Tirmidzi).

Dari hadis tersebut disebutkan apabila tidak ada kurma, maka dengan air. Kita tau bahwa air tidak mengandung kadar gula, jadi tidak ada anjuran berbuka dengan yang manis-manis dari Rasulullah SAW.

Kemudian dikatakan pula dari Anas bin Malik ra, bahwa “Rasulullah SAW berbuka dengan kurma basah (ruthab), jika tidak ada tamr (kurma kering), maka minum dengan satu tegukan air.” (HR. Ahmad dan Abu Daud) Hadist ini sanadnya Sahih.

Baca Juga  Ramadhan Sebagai Penguat Iman dan Imun

Dari dua hadis di atas, tidak lagi menjadi perdebatan bahwa Rasulullah SAW memang berbuka dengan kurma, jadi yang menjadi anjuran yaitu berbuka dengan kurma, yang kita tau bahwa manisnya kurma adalah manis alami bukan buatan.

Yang menjadi miskonsepsi kebanyakan masyarakat bahwa kurma sebagai simbol makanan manis yang dianjurkan Rasulullah SAW untuk berbuka, padahal tidak demikian.

Makanan atau minuman yang manis-manis sekarang sangatlah beragam. Dan bisa dipastikan yang banyak diburu oleh masyarakat saat mencari takjil adalah makanan yang manisnya terbuat dari pemanis buatan, seperti dari sirup atau gula olahan. Jika dibandingkan dengan kurma, kandungannya tentu berbeda dengan makanan dengan pemanis buatan lainnya.

Sehatkah Berbuka Dengan yang Manis-Manis?

Berdasarkan penelitian, satu butir kurma ukuran sedang mengandung sekitar 23 kalori, 6,2 gram karbohidrat dengan 5,3 gram gula dan 0,7 gram serat.

Sedangkan, kandungan gula pada segelas teh manis hangat bisa lebih tinggi. Tergantung dari berapa banyak takaran yang dituangkan. Satu sendok makan gula pasir (13 gram) mengandung 50 kalori, 13, 65 gram karbohidrat dan 13,65 gram gula.

Jika kita masih meneruskan berbuka dengan makanan yang menggunakan pemanis buatan, maka akan sangat banyak kadar gula dalam tubuh kita. Yang ada saat kita puasa bukan malah menyehatkan tubuh, tapi malah mendatangkan penyakit. Sama saja kita berbuat dzalim dengan tubuh sendiri.

Makanan sehat untuk menu berbuka puasa menurut Alodokter yakni:

  1. Buah-buahan
  2. Sayur-sayuran
  3. Protein dari daging, ayam, telur, ikan atau tahu
  4. Karbohidrat kompleks dalam bentuk makanan pokok
  5. Produk olahan susu

Sedangkan untuk makanan yang harus dihindari saat berbuka puasa yaitu makanan yang mengandung banyak gula, lemak, makanan yang digoreng, minuman yang mengandung kafein seperti kopi, teh dan minuman bersoda. Dan yang terpenting agar tubuh kita tetap terjaga kadar airnya, kita harus memperbanyak minum air putih, untuk menghindari dehidrasi saat puasa.

Baca Juga  Tuntunan I’tikaf Sesuai Al-Quran dan As-Sunnah

Jadikanlah bulan Ramadhan ini selain untuk giat melakukan ibadah juga untuk menyeimbangkan asupan gizi yang masuk kedalam tubuh kita. Karena didalam tubuh yang sehat, terdapat akal yang sehat.

Editor: Yahya FR

Avatar
14 posts

About author
Mahasiswi STIQSI (Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an dan Sains al-Ishlah) Asal Tuban Bumi Wali
Articles
Related posts
Fikih

Hukum Memakai Kawat Gigi dalam Islam

3 Mins read
Memakai kawat gigi atau behel adalah proses merapikan gigi dengan bantuan kawat yang dilakukan oleh dokter gigi di klinik. Biasanya, behel digunakan…
Fikih

Hukum Musik Menurut Yusuf al-Qaradawi

4 Mins read
Beberapa bulan lalu, kita dihebohkan oleh polemik besar mengenai hukum musik dalam Islam. Berawal yang perbedaan pendapat antara dua ustadz ternama tanah…
Fikih

Hukum Isbal Tidak Mutlak Haram!

3 Mins read
Gaya berpakaian generasi muda dewasa ini semakin tidak teratur. Sebagian bertaqlid kepada trend barat yang bertujuan pamer bentuk sekaligus kemolekan tubuh, fenomena…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds