Doa merupakan salah satu laku ritual penting bagi seorang manusia, terlebih bagi mereka yang beragama. Doa adalah bentuk komunikasi antara seorang hamba dengan Tuhannya. Salah satu momen terbaik untuk berdoa adalah ketika salat. Bahkan, salat itu sendiri, secara bahasa, bermakna doa (Al-Jurjani 1983, 114).
Salah satu arti penting doa dijelaskan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh al-Tirmidzi bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:
الدُّعَاءُ مُخُّ الْعِبَادَةِ
“Doa adalah inti dari ibadah.”
Salah satu fungsi doa adalah agar manusia dapat menyampaikan keperluannya kepada Sang Maha Pemberi. Ini tidak berarti bahwa Tuhan tidak mengetahui apa yang menjadi keperluan hamba-Nya, karena bagaimana pun Dia Maha Tahu.
Seorang hamba dianjurkan untuk berdoa karena berdoa itu sendiri merupakan perintah dari Allah. Dia berfirman, “ud`ūnī astajib lakum (berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan bagimu)”.
Sayangnya, banyak hamba yang tidak mengerti bagaimana berdoa yang baik dilakukan. Karena itu, Jalaluddin Rakhmat menulis secara panjang lebar mengenai masalah berdoa dalam sebuah buku yang berjudul Doa Bukan Lampu Aladin.
Kecewa dan Berhenti Berdoa
Menurut Rakhmat, banyak orang yang memberlakukan Tuhan seperti “Lampu Aladin”. Mereka menuntut Tuhan untuk menjadi “jin” yang dengan segera mengabulkan segala permintaan tuannya, sebagaimana yang terjadi pada dongeng populer itu. Ketika Tuhan tidak segera memberikan apa yang diminta, banyak hamba yang merasa kecewa kepada Tuhan.
Banyak juga yang memutuskan untuk berhenti berdoa. Mereka merasa berdoa adalah perbuatan sia-sia karena tak kunjung mendapatkan jawaban, meski telah bertahun-tahun meminta kepada-Nya.
Kita mungkin pernah bertemu dengan orang-orang seperti itu. Atau, bisa jadi kita sendiri pernah merasa kecewa karena menganggap doa yang kita panjatkan tak kunjung dikabulkan. Padahal, bisa jadi ada hikmah tersendiri mengapa doa kita tidak segera diijabah oleh-Nya.
Cerita Dua Raja
Rakhmat mengutip sebuah hadis qudsi yang menceritakan bagaimana doa seorang raja yang zalim segera dikabulkan dan, sebaliknya, doa seorang raja yang adil dan saleh tak kunjung diperkenankan hingga akhir hayatnya.
Singkat cerita, kedua raja sedang sakit parah. Menurut para tabib, hanya satu obatnya, yaitu salah satu jenis ikan. Ketika sang raja zalim sakit, sayangnya, musim itu bukanlah musim kemunculan ikan yang dimaksud. Tetapi, kehendak Allah berbeda. Dia memerintahkan kepada ikan-ikan itu untuk muncul ke permukaan sehingga mudah ditangkap. Sang raja zalim kemudian sehat seperti sedia kala setelah memakan ikan tersebut.
Sebaliknya, para tabibmerasa optimis dengan sakit yang diderita oleh raja yang adil dan saleh. Sebab, saat itu merupakan masa di mana ikan-ikan yang menjadi obat tersebut muncul ke permukaan, sehingga akan mudah dicari.
Tetapi, Allah punya kehendak lain. Dia memerintahkan malaikat untuk menggiring para ikan agar masuk ke sarang, sehingga tidak dapat ditangkap. Sang raja yang adil dan saleh itu pun menghembuskan nafas terakhirnya karena tidak bisa mengkonsumsi satu-satunya obat penyakitnya.
Di alam malakut para malaikat bingung mengapa doa seorang raja yang zalim segera dikabulkan, sedangkan doa raja yang adil malah sebaliknya. Tuhan pun berfirman:
“Walau pun yang zalim ini sering berbuat dosa, dia juga pernah berbuat baik. Demi kasih sayang-Ku, Aku berikan pahala amal baiknya. Sebelum dia meninggal, masih ada kebaikannya yang belum Aku balas. Maka Ku-segerakan membalasnya agar dia datang kepada-Ku hanya membawa dosa-dosanya.”
“Demikian juga dengan raja yang saleh itu. Walaupun ia banyak berbuat baik, ia juga pernah berbuat buruk. Aku balas semua keburukannya dengan musibah (di dunia). Menjelang kematiannya masih ada dosanya yang belum Kubalas. Maka, Aku tolak doanya agar diberi kesembuhan, supaya bila ia datang kepada-Ku, ia hanya membawa amal salehnya.”
Doa Bukanlah Lampu Aladin
Para Nabi terdahulu pun banyak yang tidak dijawab dengan segera doa-doanya. Puluhan tahun Nabi Zakaria berdoa meminta dikarunia anak, tetapi tak kunjung dikabulkan. Nabi Zakaria tidak pernah merasa kecewa apalagi berhenti berdoa. Allah bahkan memuji beliau dengan mencantumkan salah satu ucapannya dalam Firman-Nya:
قَالَ رَبِّ اِنِّيْ وَهَنَ الْعَظْمُ مِنِّيْ وَاشْتَعَلَ الرَّأْسُ شَيْبًا وَّلَمْ اَكُنْۢ بِدُعَاۤىِٕكَ رَبِّ شَقِيًّا
“Dia (Zakaria) berkata, ‘Wahai Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah, kepalaku telah dipenuhi uban, dan aku tidak pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, wahai Tuhanku.” (QS. Maryam [19]: 4).
Dari beberapa kisah di atas dapat diambil hikmah bahwa doa yang tak kunjung dikabulkan bukan berarti ditolak oleh Allah. Bisa jadi doa yang dipanjatkan dalam rentang waktu yang panjang dan tanpa rasa kecewa akan dibalas dengan balasan yang lebih besar, terlebih di akhirat kelak.
Judul Buku | : | Doa Bukan Lampu Aladin: Mengerti Rahasia Zikir dan Akhlak Memohon kepada Allah |
Penulis | : | Jalaluddin Rakhmat |
Penerbit | : | Serambi Ilmu Semesta |
Tahun Terbit | : | Juli 2012 (cetakan II) |
Editor: Yahya FR