Risalah Islam Berkemajuan (RIB) telah resmi menjadi keputusan Muktamar Muhammadiyah ke-48 di Surakarta 18-20 November 2022. Dokumen tersebut adalah rujukan kunci mengenai hal-hal yang bersifat konseptual, misalnya, jika muncul pertanyaan, “apa itu Islam berkemajuan?” Tapi, pertanyaan yang lebih teknis, seperti “bagaimana Islam Berkemajuan itu diterapkan?” dokumen tersebut irit menjawabnya. Di sinilah kontribusi utama buku Islam Berkemajuan untuk Generasi Milenial karya Hasnan Bachtiar, cendekiawan muda Muhammadiyah.
Buku setebal 368 halaman ini mengajak kita menelusuri tema-tema kunci untuk mempraktikkan cara berpikir dan bersikap secara Islam Berkemajuan. Tema-tema kunci itu tersebar dalam lima bab utama, yakni Muhammadiyah dan Islam Berkemajuan, kiprah dan keteladanan, ijtihad kontemporer Muhammadiyah, fikih berkemajuan Muhammadiyah, dan fikih siyasah Muhammadiyah. Masing-masing bagian dapat kita selami secara terpisah sehingga memudahkan pembaca membaca sesuai topik yang digemari.
Buku ini secara sederhana mengajak kita berkeliling menimba ilmu dan keteladanan tidak hanya dari sosok-sosok besar, seperti Buya Syafii, Pak Malik Fadjar, dan Moeslim Abdurrahman, tapi juga kepada masyarakat kecil, seperti tukang becak (hlm. 355). Kesemua cerita itu ditulis dengan bahasa yang ringan dan rapi.
Bagi saya, buku ini setidaknya menyajikan refleksi utama tentang keber-Muhammadiyah-an yang kritis tetapi tetap bersahaja dan mengutamakan etika. Sajian refleksi tersebut menurut saya merangkum tiga poin penting, yakni biografi intelektual, urgensi keteladanan, dan artikulasi Islam Berkemajuan untuk anak-anak muda.
Biografi Intelektual
Untuk buku yang disajikan bagi kawula muda, buku ini amatlah bagus sebagai biografi intelektual pemikiran tokoh Muhammadiyah. Sebagaimana keterangan penulisnya, bahwa proses kreatif dan reflektif dalam menulis buku ini terinspirasi oleh tiga tokoh kunci: Buya Ahmad Syafii Maarif, Prof. Amin Abdullah, dan Pak Malik Fadjar. Yang terakhir, Pak Malik, merujuk penulisnya, adalah ‘perekat’ dari dua tokoh sebelumnya. Dari Buya Syafii belajar mengenai kerangka ilmu pengetahuan sedang dari Prof. Amin Abdullah belajar tentang kebijaksanaan dan kebersahajaan.
Sebagai biografi intelektual, buku ini menyajikan gagasan dari tokoh kunci di Muhammadiyah. Lebih-lebih mengenai pemikiran keislaman. Tentang tauhid sosial (Pak Amien Rais), Islam transformatif (Moeslim Abdurrahman), sufistisasi syariah dan sejarah pemikiran keislaman Muhammadiyah (Abdul Munir Mulkhan), ilmu sosial profetik (Kuntowijoyo), dan Islam jalan tengah (Buya Yunahar Ilyas) misalnya. Semuanya dibahas dengan ringan.
Saya kira, ulasan ringkas pemikiran tokoh-tokoh itu adalah panduan yang baik mengenalkan kepada anak-anak muda Muhammadiyah tentang jejak kontekstualisasi Islam Berkemajuan yang lebih luas. Menunjukkan Islam Berkemajuan memiliki akar sejarah yang kuat di Muhammadiyah.
Mendulang keteladanan
Tidak cukup mengajak kita menyelami pemikiran tokoh kunci Muhammadiyah, Mas Hasnan juga mengajak kita menimba keteladanan dari tokoh karismatik, seperti Pak AR. Cerita mengenai kisah hidup Pak AR yang sederhana, pembelaannya kepada masyarakat kecil, kritiknya yang santun kepada petinggi negeri, dan pemikiran keislamannya yang luas dan menyejukkan.
Upaya Mas Hasnan tersebut, menurut saya adalah cara yang sederhana untuk menunjukkan pentingnya menjaga titik keseimbangan antara berpikir yang jernih (kritis dan berdasar) dan sikap hidup bersosial yang santun dan bijaksana. Suatu keseimbangan yang boleh jadi mulai pudar akhir-akhir ini, dalam mana banyak anak muda kritis tetapi melupakan kerendahatian.
Di sisi lain, mayoritas esai yang dihimpun di dalam buku ini juga lebih banyak menyajikan refleksi dan permenungan; mengajak anak-anak muda untuk berpikir dan mengajukan pertanyaan ketimbang melakukan labelisasi, tuduhan, atau kesimpulan yang mutlak. Maka dari itu, pembaca akan menemui lebih banyak pertanyaan ketimbang jawaban. Hal semacam ini sejalan dengan prinsip Islam Berkemajuan, yang prosesnya tiada ujung (Khoirudin hlm. xx).
Artikulasi Islam Berkemajuan
Terakhir, esai-esai dalam buku ini juga menampilkan wajah Islam Berkemajuan di hari depan. Yang berupa harapan untuk kader muda Muhammadiyah. Misalnya, tentang bagaimana Islam Berkemajuan diartikan dalam konteks kekinian: ‘Islam Berkemajuan tidak lagi “sedikit bicara banyak bekerja”, tetapi “banyak promosi dan banyak bekerja kreatif”’, ‘berorientasi menyelesaikan masalah, bukan membuat masalah, apalagi memperkeruh masalah’ (hlm. 186).
Maka itu, ‘Ber-Muhammadiyah itu harus menyenangkan, mengasyikkan, sekaligus mencerdaskan’ kata Pak Malik, yang dikutip dalam buku ini (hlm. 90).
Akhirnya, sebagai sebuah esai-esai untuk kepentingan kaderisasi anak-anak muda Muhammadiyah, buku ini layak dibaca.
Judul : Islam Berkemajuan untuk Generasi Milenial
Penulis : Hasnan Bachtiar
Penerbit : Merabooks
Tahun : September 2023
Ukuran : 368 hlm, 14 cm x 21 cm
Editor: Soleh