Report

Bicara Kekerasan Seksual, ITB AD Gelar Bedah Buku Zakat untuk Korban Kekerasan Terhadap Perempuan

3 Mins read

IBTimes.ID – Beberapa anak muda menyampaikan pandangannya terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam seri diskusi ke-11 yang diselenggarakan oleh Pusat Studi Islam, Perempuan, dan Pembangunan (PSIPP) ITB Ahmad Dahlan Jakarta Bersama Komunitas ‘Aisyiyah ITB Ahmad Dahlan Jakarta. Diskusi tersebut mengangkat tajuk “Bedah Buku ‘Zakat untuk Korban Kekerasan terhadap Perempuan dan Anak’; Perspektif Orang Muda” pada Jum’at (5/11) secara luring di Ruang Sjahrir Nurut sekaligus pengajian rutin Komunitas ‘Aisyiyah.

Para anak muda tersebut, antara lain Nuruts Tsani Thohuroh, Ma’rifatul Hikmah, dan Junarti serta Anastasia Maulina Malik sebagai moderator.

Tsani mengatakan bahwasannya buku yang ditulis oleh Yulianti Muthmainnah ini banyak membeberkan hal-hal yang berada di lingkungan sekitar kita terkait kekerasan dan berangkat dari pengalaman yang panjang penulis dalam ranah advokasi bagi para korban.

“Korban mengalami stigmatisasi, disalahkan karena dianggap lenjeh, pakaian terbuka. Padahal pelakunya rata-rata adalah orang-orang terdekat korban,” katanya.

Di sisi lain, ia juga menyoroti TKI Indonesia, khususnya perempuan yang masih banyak mengalami pelecehan dan kekerasan oleh majikannya. Para TKI tersebut, kata Tsani, menjadi penyumbang devisa kedua Indonesia, namun pemerintah masih belum optimal dalam memperjuangkan keadilan bagi TKI.

“Walaupun Indonesia punya UU TKI, tapi kekerasan pada TKI masih tinggi,” ujarnya.

Tsani menyayangkan anggapan masyarakat yang memandang pelaku kekerasan sebagai orang penting, setelah selesai menjalani hukumannya dan keluar dari penjara malah disambut bak pahlawan, sambutan meriah, tanpa mempertimbangkan perasaan korban.

“Korban menjadi kaum yang termarjinalkan, korban mendapatkan diskriminasi, korban masih mengalami trauma berat. Padahal korban harusnya bisa memulai hidup baru. Untuk korban kaya, mungkin bisa mengakses rehabilitasi di tempat layak. Bagaimana dengan korban orang miskin? Bagaimana akses pemulihan bagi korban? Inilah yang harus kita bangun, bentuk empati kita bagi korban. Maka, zakat kita penting membebaskan mereka, para korban yang mengalami musibah besar dalam hidupnya. Zakat kita untuk membela sesama muslimah,” imbuhnya.

Baca Juga  Maarif Institute dan Islam Washatiyah

Ia mengucapkan terima kasih untuk penulis buku, Yulianti Muthmainnah yang telah menerbitkan buku Zakat Untuk Korban Kekerasan perempuan dan Anak, karena telah memberikan makna yang penting dalam pemenuhan hak-hak konstitusional warga negara, terutama dalam mengakses keadilan. Ia berharap buku ini membuat korban berani mengungkapkan kasusnya di depan meja hijau.

Kasus-kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak memang kurang banyak mendapat perhatian. Padahal, menurut Rifa, sapaan akrab Ma’rifatul Hikmah, kasus kekerasan ini sangat memilukan hati. “Tema ini sangat sensitif” ungkapnya.

Berdasarkan pengalamannya, banyak laki-laki yang sebenarnya telah melakukan kekerasan terhadap perempuan. Misalnya, ketika perempuan berjalan di gang lalu sebagian laki-laki melakukan catcalling.

“Padahal perempuannya juga tidak genit, tidak ganggu laki-laki itu, tapi kenapa malah dapat pelecehan? Kalo ingat itu, pedih rasanya. Tapi dulu saya tidak tahu apa itu kekerasan dan pelecehan seskual itu,” terangnya.

Menurutnya, kekerasan seksual itu bukan hanya soal penetrasi penis ke vagina belaka. Akan tetapi, masih banyak bentuk lain. Bahkan, lanjut Rifa, korban acap kali mengalami trauma panjang dan merasa tidak memiliki harapan untuk masa yang akan datang.

“Banyak orang yang mengalami kekerasan, dalam pacaran, dalam hubungan perkawinan. Saya menghimbau, teman-teman yang belum menikah agar mencintai diri sendiri, berani ngomong tidak. Kekerasan terhadap anak juga banyak. Di buku ini ditulis, seorang paman yang memperkosa ponakannya yang masih bayi. Apa bayi menimbulkan ketertarikan nafsu? Itu kan bayi. Pelaku adalah orang terdekat korban, bisa teman, tetangga, paman. Lebih banyak orang dekat korban,” sambungnya.

Rifa menilai kasus incest di Indonesia juga tak kalah banyaknya. Ia menyebut ada juga kasus kekerasan yang dialami oleh perempuan, pelaku perempuan yang menjebak teman perempuannya sehingga temannya sendiri dikorbankan diperkosa ramai-ramai.

Baca Juga  Gerhana Matahari Hibrid Terjadi pada 20 April 2023

Melalui buku tersebut, imbunya penulis memberikan solusi zakat untuk para korban. Bila pelaku suami, dan suami pencari nafkah dalam keluarga, maka di sinilah zakat itu penting agar ekonomi keluarga itu terus berjalan. “Mari sisihkan sedikit rezeki kita untuk para korban kekerasan terhadap perempuan dan anak,” tambah Rifa.

Sementara itu Junarti merasa tercerahkan setelah membaca buku tersebut. Sebelumnya, ia beranggapan bahwa istri yang menjadi biang atau sumber KDRT, karena istri umunya cerewet dan suami sabar. Padahal kenyataannya bukan begitu.

Menurutnya, menceritakan masalah yang dialami kepada seseorang menjadi hal yang wajar saja asalkan orang tersebut dapat dipercaya dan bukan termasuk kategori mengumbar aib keluarga.

“Buku ini memudahkan saya memahami kasus-kasus yang terjadi dengan kasus yang didampingi Kak Yuli selama bertahun-tahun ini. Kasus-kasus ini digambarkan melalui film-film sehingga memudahkan bagi pemula seperti saya untuk mengetahui kasus-kasus kekerarasan terhadap perempuan. Saya berharap, buku ini bisa menjadi rujukan kebijakan. Sebelumnya saya fikir, kok bisa ya korban masuk jadi penerima zakat. Setelah saya baca, ternyata korban memenuhi empat golongan, yakni fakir, miskin, riqob, fisabililah,” jelasnya mendukung isi buku.

Reporter: Yusuf

Avatar
1446 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Report

Anak Ideologis itu Amal Jariyah

1 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Pendakwah muda Habib Husein Ja’far Al Hadar menyebut anak ideologis lebih baik daripada anak biologis. Alasannya, karena perjuangan dengan…
Report

Alissa Wahid: Gus Dur Teladan Kesetaraan dan Keadilan

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Wahid memberikan tausiyah pada peringatan Haul Gus Dur ke-15 yang bertempat di Laboratorium Agama UIN…
Report

Alissa Wahid: Empat Faktor Penyebab Meningkatnya Kasus Intoleransi di Indonesia

2 Mins read
IBTimes.ID, Yogyakarta – Direktur Jaringan GUSDURian Alissa Qotrunnada Wahid atau Alissa Wahid menyampaikan bahwa ada empat faktor utama yang menyebabkan tren peningkatan…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds