Tahukah Anda bagaimana cara berbakti kepada kedua orang tua? Jika dilihat sekarang, zaman milenial ini banyak sekali anak yang masih suka melawan dengan orang tua karena minimnya pendidikan karakter. Maka dari itu, sangat penting bagi kita untuk mempelajari apa saja akhlak dalam keluarga yang sesuai dengan Al-Qur’an dan hadis.
Arti Birrul Walidain dan Perintah Melakukannya
Birrul walidain artinya berbakti kepada orang tua. Birrul walidain adalah hal yang diperintahkan dalam agama. Oleh karena itu, bagi seorang muslim, berbuat baik dan berbakti kepada orang tua bukan sekadar memenuhi tuntunan norma susila dan norma kesopanan, melainkan dalam rangka menaati perintah Allah Subhanallahu Wa Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi Wasallam.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an, yang artinya: “Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua.” (QS. An-Nisa: 36)
Birrul walidain juga diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Ketika beliau ditanya oleh Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu: “Amal apa yang paling dicintai Allah ‘Azza Wa Jalla?”. Nabi bersabda: “Shalat pada waktunya”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Lalu birrul walidain”. Ibnu Mas’ud bertanya lagi: “Lalu apa lagi?”. Nabi menjawab: “Jihad fi sabilillah. Demikian yang beliau katakan, andai aku bertanya lagi, nampaknya beliau akan menambahkan lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian, kita ketahui bahwa dalam Islam, birrul walidain bukan sekadar anjuran, namun merupakan perintah dari Allah dan Rasul-Nya, sehingga wajib hukumnya. Sebagaimana kaidah ushul fiqih, bahwa hukum asal dari perintah adalah wajib.
Bentuk-bentuk Birrul Walidain
Banyak cara bagi seorang anak untuk dapat mewujudkan birrul walidain tersebut, seperti:
Pertama, mengikuti keinginan dan saran orang tua dalam berbagai aspek kehidupan, baik masalah pendidikan, pekerjaan, jodoh, maupun masalah lainnya. Tentu selama keinginan dan saran-saran itu sesuai dengan ajaran Islam. Apabila bertentangan dengan Islam, anak tidaklah punya kewajiban untuk mematuhinya. Bahkan harus menolaknya dengan cara yang baik, seraya berusaha meluruskannya.
Sesuai dengan tuntunan Al-Qur’an: “Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak ada pengetahuan tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS. Luqman: 15)
Dalam hal ini bisa muncul problem jika terjadi perbedaan pendapat. Misalnya, dalam menentukan perguruan tinggi, tempat kerja, atau yang banyak terjadi yaitu perbedaan dalam menentukan jodoh. Dalam kasus seperti itulah akhlak seorang anak terhadap orang tua diuji. Maukah dia menomorduakan keinginannya demi untuk melaksanakan birrul walidain?
Namun, perlu dicatat juga bahwa orang tua yang bijaksana tidak akan memaksakan keinginannya kepada anak. Di samping itu, memang tidak ada orang tua yang tidak menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Di sinilah komunikasi dan keterbukaan sangat diperlukan.
Anak harus berusaha dengan maksimal dan argumentatif menjelaskan pilihannya tersebut dengan memahami argumentasi pilihan orang tua. Tentu saja kedua orang tua harus membuka diri dan berusaha juga untuk memahami pilihan anaknya.
***
Kedua, menghormati dan memuliakan kedua orang tua dengan penuh rasa terima kasih dan kasih sayang atas jasa-jasanya yang tidak mungkin bisa dinilai dengan apapun. Allah SWT berwasiat kepada kita untuk berterima kasih kepada ibu bapak sesudah bersyukur kepada-Nya:
“Dan kami wasiatkan (wajibkan) kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman:14)
Banyak cara untuk menunjukkan rasa hormat kepada orang tua, antara lain dengan memanggilnya dengan panggilan yang menunjukan hormat, berbicara kepadanya dengan lemah lembut, tidak mengucapkan kata-kata kasar (apalagi kalau mereka sudah lanjut usia), dan pamit jika ingin meninggalkan rumah.
Ketiga, membantu orang tua secara fisik dan materiel. Misalnya, jika sebelum berkeluarga anak-anak membantu orang tua (terutama ibu) mengerjakan pekerjaan rumah, setelah berkeluarga mereka membantu orang tua secara finansial, seperti membeli pakaian, makanan, minuman, dan jika ibu sedang sakit kita yang membelikan obat.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa berapa pun banyaknya engkau mengeluarkan uang untuk membantu orang tuamu, tidak akan sebanding dengan jasanya kepadamu: “Tidak dapat seorang anak membalas budi kebaikan ayahnya kecuali jika mendapatkan ayahnya tertawan menjadi hamba sahaya, kemudian ditebus dan dimerdekakannya.” (HR. Muslim)
Keempat, mendoakan orang tua agar diberi ampunan dan rahmat oleh Allah SWT. Allah SWT menjelaskan dalam Al-Qur’an, ketika doa Nabi Nuh memintakan ampunan untuk orang tuanya, dan perintah kepada setiap anak untuk memohonkan rahmat bagi orang tuanya.
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kasih sayang dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku di waktu kecil.” (QS. Al-Isra: 24)
Kelima, birrul Walidain masih bisa dilakukan setelah orang tua meninggal dunia, dengan cara:
Menyelenggarakan jenazahnya dengan sebaik-baiknya, melunasi hutangnya, melaksanakan wasiatnya, meneruskan silaturahmi yang dibinanya waktu hidup, memuliakan sahabat-sahabatnya dan mendoakannya.
Demikianlah beberapa bentuk birrul walidain yang bisa kita lakukan terhadap kedua orang tua baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dunia. Semoga kita semua menjadi anak yang selalu berbakti kepada kedua orang tua dan dijauhkan dari siksa api neraka.
Editor: Lely N