Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam mengeluarkan Surat Edaran : 31 Tahun 2020 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Penyembelihan Hewan Dan Kehalalan Daging Kurban Dalam Situasi Covid-19.
PP Muhammadiyah menetapkan Tanggal 1 Zulhijah 1441 H jatuh pada hari Rabu Wage 22 Juli 2020 M, Hari Arafah 9 Zulhijah 1441 H yang jatuh pada hari Kamis Pahing 30 Juli 2020 M dan Hari Raya Idul Adha 10 Zulhijah 1441 H yang jatuh hari Jum’at Pon 31 Juli 2020 M. M
Pada artikel kali ini akan dibahas sedikit mengenai proses penyembelihan hewan ibadah qurban sesuai prosedur protokol kesehatan, hukum, dan syarat menyembelih hewan qurban dan apakah boleh dana qurban pada tahun ini dialihkan untuk penangganan wabah virus corona.
Menurut bahasa, ibadah qurban diambil dari kata qaruba yang berarti dekat. Yaitu sesuatu yang dipersembahkan kepada Tuhan, baik berupa barang yang disedekahkan atau dalam bentuk melakukan ibadah tertentu. Tetapi kata ini lebih banyak dipahami dalam arti mempersembahkan sesuatu yang bersifat material (Quraish Shihab, 2002).
Menurut Wahbah Az-Zuhaili, ibadah qurban berarti nama dari sesuatu yang dipotong pada hari nahar, dalam istilah syara’ berarti memotong seekor binatang tertentu dengan niat pendekatan diri kepada Allah pada waktu Idul Adha dan hari-hari tasyriq. Yaitu tanggal 10, 11, 12, atau 13 Idul Adha.
Dalil & Hukum Ibadah Qurban
Dasar hukum ibadah qurban ada dalam Al-Qur’an Surah Al-Kaustar (108) : 2 yang artinya : “shalatlah untuk tuhanmu dan ptonglah binatang qurban”. Begitu pula dalam surat al-Hajj (22) : 36.
Dalam Hadis Nabi saw dalam riwayat al-Hakim, Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Aisyah ra artinya: “Tiada suatu amalan yang dilakukan oleh anak cucu Adam pada hari idul adha yang lebih dicintai oleh Allah melebihi pemotongan hewan qurban. Sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat dengan tanduknya, kukunya serta bulu-bulunya. Sesungguhnya darah hewan qurban itu telah sampai di sisi Allah sebelum menyentuh tanah, maka sucikanlah (ikhlaskanlah) dirimu” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi)
Semua ulama sepakat bahwa qurban adalah merupakan syariat Islam berdasarkan hadits-hadits Nabi, dan ia merupakan sunnah Nabi Ibrahim as. Sebagaimana Al-Qur’an surat As-Shaffat (37) : 107 yang artinya: “Dan kami menggantinya dengan sembelihan yang besar” yaitu seekor kibasy.
Adapun hikmah paling utama dalam ibadah qurban adalah mensyukuri nikmat Allah yang tidak terhingga banyaknya. Baik berupa nikmat hidup, nikmat sehat, dan nikmat sempat. Serta juga menjadi penghapus dosa-dosa yang pernah dilakukan selama hidup di dunia ini. Begitu pula untuk membagi saling peduli dengan orang lain.
Terjadi perbedaan pendapat Ulama tentang hukum ibadah qurban, sebagian mengatakan sunnah dan yang lain mengatakan wajib. Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya mengatakan “wajib satu kali setiap tahun” bagi orang yang mukmin (penduduk tetap) suatu daerah untuk berkurban.
Menurut Abu Yusuf dan Muhammad (kedua murid Abu Hanifah) hukumnya sunnah mu’akkad dengan dalil berdasarkan hadits Nabi saw yang artinya: “Barang siapa yang memiliki kelonggaran rezeki untuk berkorban lantas tidak mau berkorban, maka janganlah ia mendekati tempat shalatku” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad)
Menurut jumhur selain Abu Hanifah qurban hukumnya sunnah mu’akkad dan tidak wajib. Menurut Imam Syafi’i, hukumnya sunnah ‘ainiyah bagi setiap individu dan sunnah kifa’i bila ahlu bait banyak jumlahnya. Artinya bila sudah dilakukan satu orang maka sudah cukup untuk semua keluarga.
Syarat Wajib dan Sahnya Qurban
Menurut Imam Hanafi, yang wajib menunaikan ibadah qurban ialah yang memiliki kemampuan untuk membeli hewan qurban pada hari raya Idul Adha. Menurut Imam Syafi’i, orang yang memiliki uang lebih dari kebutuhan sekeluarga pada hari ied dan hari tasyriq. Menurut Imam Hambali, orang yang mampu membeli hewan qurban walau dengan diutang asalkan mampu membayarnya.
Adapun syarat sahnya qurban adalah hewan qurban tidak cacat, buta atau rusak matanya, sakit, kurus, dan patah kakinya. Termasuk hewan yang terpotong lebih dari ½ tanduknya, yang terpotong ujung telingannya, dan terbelah telinganya atau terlobangi telingannya. Pemotongan hewan qurban pada waktu yang ditentukan. Menurut Imam Malik tidak sah memotong hewan qurban pada malam hari dan yang memotong harus orang muslim.
Adapun unta berumur 5 tahun ke atas berlaku 10 orang, sapi berumur 2 tahun ke atas berlaku 7 orang, kambing 1 berumur 1 tahun ke atas berlaku untuk 1 orang, domba berumur 1 tahun ke atas berlaku 1 orang. Intinya, dalam riwayat hadits Rasululullah saw, hewan yang sudah musinnah (telah cukup umur).
Pelaksaanan Pemotongan Hewan
Pelaksanaan pemotongan dalam ibadah qurban harus dengan jaga jarak fisik (physical distancing) dengan membatasi jumlah panitia dalam pelaksanaan pemotongan hewan. Panitia juga harus melakukan penerapan higiene personal, menggunakan masker, APD, pemeriksaan kesehatan awal (screening), pengukuran suhu tubuh dan non kontan (thermogun) oleh petugas.
Penerapan higiene dan sanitasi, yaitu menyediakan fasilitas cuci tangan dengan sabun cair atau hand sanitizer dengan kandungan akhol paling kurang 70%.
Apakah boleh dana qurban pada tahun ini dialihkan untuk penangganan wabah virus corona? Melalui Edaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah Nomor 06/EDR/I.O/E/2020 Tentang Tuntunan Ibadah Puasa Arafah, Idul Adha, Kurban, dan Protokol Ibadah Kurban Pada Masa Pandemi Covid-19 yang isinya salah satunya berbunyi: “Pandemi menimbulkan masalah sosial ekonomi dan meningkatnya jumlah kaum duafa, karena itu sangat disarankan agar umat Islam yang mampu untuk lebih mengutamakan bersedekah berupa uang dari pada menyembelih hewan kurban. Bagi mereka yang mampu membantu penanggulangan dampak ekonomi Covid-19 sekaligus mampu berkurban maka dapat melakukan keduanya. Membantu duafa maupun berkurban keduanya mendapatkan pahala di sisi Allah SWT namun berdasarkan dalil memberi sesuatu yang lebih besar manfaatnya untuk kemaslahatan adalah lebih diutamkan.”
Maka dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa dana dari ibadah qurban dapat dialihkan untuk penangganan wabah virus corona karena kemaslahatan bersama lebih di utamakan.
Wa Allah a’lam bi al-shawab
Editor: Yusuf R Y