Fatwa

Bolehkah Perempuan Salat Berjamaah di Masjid?

4 Mins read

Salat berjamaah di masjid adalah ibadah yang dirindukan oleh sebagian umat Islam. Dalam menjalankan salat berjamaah, seseorang akan mendapatkan ketenangan dan ketenteraman batin. Selain itu ia juga akan bertemu dengan tetangga, saling sapa dan membicarakan hal-hal yang ada di sekitar mereka secara hangat dan akrab.

Masalahnya, muncul beberapa ulama yang melarang perempuan untuk salat berjamaah di masjid. Lantas, bagaimana Majelis Tarjih dan Tajdid Muhammadiyah melihat fenomena tersebut? Majelis Tarjih dan Tajdid dalam Fatwa Tarjih no. 6 tahun 2011 mengelompokkan hadis-hadis tentang hal ini menjadi tiga kelompok.

Pertama, Hadis Salat Perempuan di Rumah Lebih Afdhal.

  • Artinya: “Ibnu al-Musanna telah menceritakan kepada kami bahwa Amr bin ‘Ashim telah menceritakan kepada mereka, ia berkata; Hammam telah menceritakan kepada kami, diriwayatkan dari Qatadah, diriwayatkan dari Muwarriq, diriwayatkan dari Abu al-Ahwash, diriwayatkan dari Abdullah, dari Nabi saw, beliau bersabda: “Salat perempuan di rumahnya lebih utama daripada salat perempuan di kamar (pribadi)-nya dan salatnya di kamar yang kecil dalam rumahnya lebih utama daripada di (ruangan lain) di rumahnya.” [HR. Abu Dawud; kitab as-Shalah, bab at-Tasydid fi Dzalik. Hadis no. 482]

Abu Thayyib Muhammad Syams al-Haq al-Azim A-bady dalam kitab Aun al-Ma’bub syarah sunan Abi Dawud menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kalimat صَلاَةُ الْمَرْأَةِ فِى بَيْتِهَا  adalah salat perempuan di rumahnya, karena kesempurnaan hijab/ lebih tertutup dan lebih terhindar dari fitnah, dan maksud kalimat أَفْضَلُ مِنْ صَلاَتِهَا فِى حُجْرَتِهَا  adalah lebih utama dari salatnya yang dilakukan di kamar yang ada di dalam rumah, sedang maksud kalimat وَصَلاَتُهَا فِى مَخْدَعِهَا adalah salatnya perempuan yang dilakukan di kamar yang kecil yang berada di dalam rumahnya yang besar dan berguna untuk menjaga barang-barang yang berharga.

  • Artinya: Diriwayatkan dari as-Sa-ib hamba Umu Salamah, diriwayatkan dari Umu Salamah isteri Nabi saw, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: “Sebaik-baiknya tempat salat perempuan adalah di dalam rumah mereka”. [Sahih Ibnu Khuzaimah, bab; Ikhtiyar salat al-mar-ah fi baitiha, juz 3 hal 92, hadis no 1678, dan Musnad Ahmad, jilid 6, hal. 301]
Baca Juga  Perempuan Boleh Menjadi Pemimpin, Tidak Ada Dalil Melarang

Dari kedua hadis di atas dan yang semakna dengannya, para ulama berpendapat bahwa salat perempuan di dalam rumahnya lebih utama daripada salatnya di masjid. Musthafa al-A-dawy di dalam kitab Jami Ahkam an-Nisa (at-Thaharah wa as-Salat wa al-Janazah), juz 1. Hal. 299 menjelaskan bahwa hadis Umu Salamah merupakan tambahan dari hadis yang menjelaskan salat perempuan di rumahnya lebih utama daripada salatnya di masjid.

Selanjutnya beliau menjelaskan dengan terkumpulnya hadis-hadis tersebut dan yang semakna dengannya menunjukkan bahwa salat perempuan di rumahnya lebih utama dan baik daripada salatnya di masjid.

Kedua, Hadis tentang Perempuan Boleh Salat Berjamaah di Masjid

  1. Artinya: “Muhammad bin Abdullah bin Numair telah menceritakan kepada kami, ayahku dan Ibnu Idris telah menceritakan kepada kami, keduanya berkata; ‘Ubaidullah telah menceritakan kepada kami, diriwayatkan dari Nafi, diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda; “Janganlah kalian melarang (mencegah) hamba-hamba perempuan Allah dari masjid-masjid Allah”. [HR. Muslim, kitab as-Salah, bab Khuruj an-Nisa ila al-masjid iza lam yatarattab ‘alaihi fitnah, hadis no. 668]
  2. Artinya: “Usman bin Abu Syaibah telah menceritakan kepada kami, Yazid bin Harun telah menceritakan kepada kami, al-‘Awwam bin Hausyab telah mengkhabarkan kepada kami, Habib bin Abi Sabit telah menceritakan kepadaku, diriwayatkan dari Ibnu Umar ia berkata, Rasulullah saw bersabda; “Janganlah kalian melarang isteri-isterimu (mendatangi) masjid-masjid, sedang (salat di) rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”. [HR. Abu Dawud, bab Maa ja-a fi khuruj an-Nisa-i ilaa al-masajid, hadis no. 567, jilid 1, hal. 222]
  3. Artinya: “Musa bin Ismail telah menceritakan kepada kami, Hammad telah menceritakan kepada kami, diriwayatkan dari Muhammad bin ‘Amr, diriwayatkan dari Abu Salamah, diriwayatkan dari Abu Hurairah, sungguh Rasulullah saw bersabda; “Janganlah kalian melarang hamba-hamba perempuan Allah (menghadiri) masjid-masjid Allah, akan tetapi hendaklah mereka keluar dengan tanpa memakai wangi-wangian”. [HR. Abu Dawud, kitab as-Salah, bab Maa ja-a fii khuruj an-Nisa’ ilaa al-Masjid, hadis no. 478]
  4. Artinya: “Abu al-Yaman telah menceritakan kepada kami, Syu’aib telah mengkhabarkan kepada kami, diriwayatkan dari al-Zuhri ia berkata; ’Urwah telah mengkhabarkan kepadaku bahwa Aisyah berkata; “Sungguh Rasulullah saw mendirikan salat fajar (subuh), maka perempuan-perempuan mukmin ikut menghadiri salat bersama Rasulullah saw dengan menutup kepala dan mereka kembali ke rumah-rumah mereka tanpa seorangpun melihatnya”. [HR. al-Bukhari, kitab as-Salah, bab fii kam tushallii al-mar-ah fi as-siyab, hadis no. 259]
  5. Artinya: ’Ubaidullah bin Musa telah menceritakan kepada kami, diriwayatkan dari Hanthalah, diriwayatkan dari Salim bin Abdullah, diriwayatkan dari Ibnu Umar ra, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda; apabila isteri-isterimu meminta izin kepadamu untuk pergi ke masjid, maka izinkanlah mereka”. [HR. al-Bukhari, kitab; al-Azan, bab; Khuruj an-Nisa-i ilaa al-masjid bi al-lail wa al-ghalas, hadis no. 818]
Baca Juga  Siapa Saja yang Termasuk Mahram?

Ketiga, Hadis Salat Berjamaah Lebih Utama dari Salat Sendirian

  1. Artinya: “Hannad telah menceritakan kepada kami, ‘Abadah telah menceritakan kepada kami, diriwayat dari ‘Ubaidillah bin Umar, diriwayatkan dari Nafi, diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata; Rasulullah saw bersabda; “salat jamaah lebih utama dari salat seorang diri dengan dua puluh tujuh derajat”. [HR. al-Tirmidzi, kitab as-Salah,bab maa ja-a fi fadl al-jama’ah]

Berikut ini penjelasan Majelis Tarjih dan Tajdid mengenai hadis-hadis tersebut:

Pertama, dari hadis riwayat Muslim dari sahabat Ibnu Umar dapat dipahami bahwa kaum laki-laki dilarang untuk menghalang-halangi perempuan pergi ke masjid untuk melakukan salat berjamaah. Imam an-Nawawi dalam kitab Syarah Sahih Muslim menjelaskan bahwa hadis ini dan hadis-hadis yang semakna dengannya menunjukkan bahwa perempuan tidak dilarang untuk mendatangi masjid (untuk melakukan salat) akan tetapi dengan memperhatikan beberapa syarat yang telah disebutkan oleh para ulama yang diambil dari beberapa hadis seperti hadis no 3 dan 4  di atas dan hadis lainnya. Misalnya, mereka tidak memakai wangi-wangian yang berlebihan, menggunakan pakaian yang menutup aurat, dan tidak ikhtilat dengan kaum pria

Kedua, hadis riwayat Abu Dawud dari sahabat Abu Hurairah menjelaskan bahwa kaum laki-laki dilarang menghalang-halangi kaum perempuan menghadiri masjid untuk melakukan salat, walaupun sesungguhnya salat perempuan di rumah lebih baik daripada salat di masjid.

Kata “at-Talaffu‘” dalam hadis di atas menurut al-Ashma’iy artinya adalah perempuan menggunakan pakaian sehingga menutup badannya. Sedang Ibnu Habib dalam syarah al-Muaththa menjelaskan bahwa kata “at-Talaffu‘” artinya menutup kepalanya.

Ketiga, hadis no. 4 riwayat al-Bukhari dari Urwah menjelaskan bahwa perempuan mukmin pada masa Rasulullah saw sudah biasa menghadiri salat jamaah bersama Rasulullah saw seperti salat subuh, dan mereka mengenakan pakaian yang menutup aurat.

Baca Juga  Hukum Menjadi PNS di Bea Cukai dan Perpajakan

Keempat, hadis no. 5 riwayat al-Bukhari dari Ibnu Umar menjelaskan bahwa apabila para perempuan (istri) minta izin untuk melakukan salat di masjid, maka para laki-laki (suami) hendaklah mengizinkannya.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa:

  1. Jika hal-hal yang dilarang tidak dapat dihindari, maka lebih utama bagi wanita salat di rumah.
  2. Jika hal-hal yang dilarang dapat dihindari, maka lebih utama bagi wanita melakukan salat berjamaah di masjid, dan wajib bagi suami untuk mengizinkannya.

Sumber: Fatwa Tarjih no 6 tahun 2011

Avatar
1458 posts

About author
IBTimes.ID - Rujukan Muslim Modern. Media Islam yang membawa risalah pencerahan untuk masyarakat modern.
Articles
Related posts
Fatwa

Meluruskan Bacaan Takbir Hari Raya: Bukan Walilla-Ilhamd tapi Walillahilhamd

1 Mins read
IBTimes.ID – Membaca takbir ketika hari raya merupakan salah satu sunnah atau anjuran yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Anjuran tersebut termaktub di…
Fatwa

Menggibahi Orang Lain di Group WhatsApp, Bolehkah?

2 Mins read
Di era banjirnya informasi yang tak dapat terbendungkan, segala aktivitas manusia nampaknya bisa dilacak dan diketahui dari berbagai media sosial yang ada….
Fatwa

Fatwa Muhammadiyah tentang Tarekat Shiddiqiyyah

4 Mins read
IBTimes.ID – Menurut Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah, tarekat adalah jalan, cara, metode, sistem, mazhab, aliran, haluan, keadaan dan atau tiang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds