Inspiring

Cara Haji Fachrodin Galang Dana untuk Muhammadiyah

2 Mins read

Oleh: Djarnawi Hadikusuma

Ketika di Yogyakarta akan dibangun gedung sekolah baru, Haji Fachrodin berkeliling sampai Jakarta, Pekalongan, dan Surabaya untuk galang dana zakat dan derma. Dana zakat digali dari kaum Muslimin, kaum Muhammadiyah, dan dari golongan Arab keluarga perkumpulan al-Irsyad. Hasilnya tidak tangung-tanggung karena Haji Fachrodin mengumpulkan beberapa ribu rupiah (gulden), suatu jumlah yang teramat besar pada waktu itu.

Galang Dana Zakat dan Infak

Fachrodin berpendirian bahwa usaha galang dana zakat dan derma untuk amal fi sabilillah bukan pekerjaan hina. Bukan mengemis seperti kata orang sekarang. Tetapi suatu perbuatan mulia karena meminta uang tidak untuk dirinya, melainkan untuk dikembalikan kepada Allah. Dan menurut pendapatnya, para pemberi zakat dan derma itu hanyalah sekedar memenuhi kewajibannya terhadap Allah. Jika tidak dia yang memintanya, maka mereka pun masih tetap berkewajiban membayarkannya. Justru, dengan berbuat demikian, berarti dia mengarahkan zakat dan infak mereka ke arah yang benar.

Adapun mencari dana fi sabilillah dengan cara modern seperti dengan mengadakan perusahaan dan sebagainya juga dijalankannya. Tapi gaya dan kata-kata Fachrodin ketika meminta zakat atau infak tidaklah seperti gaya orang meminta-minta. Gayanya wajar dan gagah. Kata-katanya memberikan penjelasan dan meyakinkan serta nadanya mantap.

Dengan cara demikian, hampir tidak ada orang yang menanggapi Fachrodin sebagai orang yang melakukan aksi galang dana zakat seperti pengemis. Biasanya, orang yang memberi untuk pengemis hanya memberi sedikit lalu memerintahkan agar dia lekas pergi. Tetapi cara Fachrodin yang elegan membuat mereka memberikan zakat dan infaknya dengan rasa tanggung jawab dan dengan hormat dalam jumlah yang semaksimal mungkin.

Bukan Mengemis

Alangkah banyaknya sekarang ini orang-orang Muhammadiyah sendiri yang silau karena melihat ke kiri dan ke kanan. Terutama kepada pendirian bangunan umat beragama lain, lalu mengatakan kalau Muhammadiyah akan membangun apa-apa, lain tidak, hanya mengemis. Perkataan semacam ini sungguh memalukan. Seolah-olah tidak sadar lagi bahwa dalam ajaran Islam ada kewajiban zakat, shadaqah, dan infak. Tidak sadar bahwa uang itu sesungguhnya kembali kepada Allah. Allah yang memintanya dan Allah yang akan mengganti dengan pahala surga.

Baca Juga  Cikal Bakal Percetakan Pertama di Muhammadiyah

Dan juga orang-orang Muhammadiyah yang mengedarkan list derma atau zakat merasa dirinya rendah. Merasa hilang kepribadiannya dan terlalu merendahkan diri hingga seperti benar-benar mengemis, padahal tidak! Para pengedar list itu adalah ‘amil yang ada aturannya dan statusnya dalam ajaran Islam, dalam Hadits dan al-Qur’an! Juga dalam al-Qur’an penuh dengan perintah untuk ber-jihad fi sabilillah dengan harta, untuk bershadaqah dan untuk berinfak.

Sumber: buku Matahari-matahari Muhammadiyah karya Djarnawi Hadikusuma. Pemuatan kembali di www.ibtimes.id lewat penyuntingan

Editor: Arif

1005 posts

About author
IBTimes.ID - Cerdas Berislam. Media Islam Wasathiyah yang mencerahkan
Articles
Related posts
Inspiring

Kenal Dekat dengan Abdul Mu'ti: Begawan Pendidikan Indonesia yang Jadi Menteri Dikdasmen Prabowo

3 Mins read
Abdul Mu’ti merupakan tokoh penting dalam dunia pendidikan dan organisasi Islam di Indonesia. Ia dikenal sebagai Sekretaris Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah periode…
Inspiring

Beda Karakter Empat Sahabat Nabi: Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali

4 Mins read
Ketika berbicara tentang sosok-sosok terdekat Nabi Muhammad SAW, empat sahabat yang paling sering disebut adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Umar bin Khattab, Utsman…
Inspiring

Spiritualitas Kemanusiaan Seyyed Hossein Nasr

3 Mins read
Islam memiliki keterikatan tali yang erat dengan intelektual dan spiritual. Keduanya memiliki hubungan yang sangat dekat dan merupakan dua bagian realitas yang…

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

This will close in 0 seconds